MARKET DATA

Hashim Masuk Radar Jadi Investor: Saham FOLK Bakal Terbang Mirip TRIN?

Tim Riset,  CNBC Indonesia
12 December 2025 09:25
Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Multi Garam Utama Tbk (FOLK) memasuki fase penentu dengan agenda right issue pada hari ini, Jumat (12/12/2025).

Aksi korporasi ini menjadi bagian dari strategi besar perusahaan untuk memperkuat struktur permodalan sekaligus membuka pintu bagi investor strategis melalui rencana private placement serta perombakan manajemen yang akan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada hari yang sama.

Dua langkah tersebut dipandang sebagai fondasi menuju ekspansi yang lebih agresif pada 2026.

Pergerakan FOLK semakin menarik perhatian karena terjadi bersamaan dengan dinamika besar di ekosistem bisnis Bong Chandra.

Pada 2 Desember 2025, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, keponakan Presiden Prabowo Subianto, resmi menjabat sebagai Komisaris Utama di PT. Perintis Triniti Properti Tbk (TRINdan PT Triniti Dinamik Tbk (TRUE).

Sepanjang tahun ini, saham TRUE terbang 1.241,2% sementara TRIN melesat 740%.

Masuknya figur dari keluarga besar Djojohadikusumo ini memicu spekulasi pasar bahwa konsolidasi dan penataan struktur kepemimpinan memang sedang diarahkan untuk menghadapi ekspansi di tingkat grup.
Dalam konteks itulah nama Hashim Sujono Djojohadikusumo ikut sering disebut pelaku pasar. Hashim, sebagai tokoh bisnis berpengaruh dan kakak dari Presiden Prabowo Subianto, selama ini dikenal publik memiliki rekam jejak panjang dalam dunia investasi.

Di berbagai forum dan komunitas pasar modal, muncul pandangan bahwa perusahaan yang berada di orbit figur-figur besar keluarga Djojohadikusumo kerap mendapatkan sentimen positif dari investor.

Walaupun tidak ada klaim resmi maupun jaminan kinerja, persepsi semacam ini sering memengaruhi psikologi pasar dan meningkatkan antusiasme terhadap saham-saham yang dinilai "berpotensi tersentuh jaringan keluarga besar tersebut.

Ekosistem FOLK sendiri memiliki posisi strategis sebagai bagian dari TRIN dan TRUE, yang menaungi beragam lini bisnis Bong Chandra-mulai dari gaya hidup, media, teknologi, hingga pengembangan properti premium seperti Sequoia Hills. Struktur ini membuat FOLK dianggap sebagai kendaraan ideal untuk menyerap modal besar dan mempercepat pertumbuhan lintas sektor.

Dalam rencana private placement, FOLK akan menerbitkan hingga 394,8 juta saham baru atau setara 10% dari modal ditempatkan dan disetor. Dana yang diperoleh akan dialokasikan untuk pengembangan berbagai portofolio bisnis seperti Folkative, Finfolk, Dr Soap, USS Networks, R66 Media, Otospector, hingga proyek Sequoia Hills.

Namun bagi banyak analis, private placement ini tidak sekadar soal pendanaan jangka pendek. Langkah tersebut dipandang sebagai sinyal pembukaan ruang bagi masuknya investor strategis berskala besar-sebuah pola yang lazim terjadi ketika sebuah perusahaan mulai menarik perhatian kelompok konglomerasi.

Rencana penyegaran direksi dan komisaris memperkuat asumsi bahwa FOLK sedang menyiapkan tata kelola yang lebih matang, selaras dengan standar yang biasa diterapkan oleh investor institusional maupun grup bisnis besar. Dengan struktur kepemimpinan yang diperbarui, perusahaan dinilai lebih siap berkolaborasi dengan mitra strategis jangka panjang.

Dengan modal yang diperkuat, manajemen yang disegarkan, ekosistem usaha yang makin solid, serta sentimen positif pasar terkait figur-figur penting yang berada di sekitar lingkup TRIN-TRUE, FOLK kini berada pada momentum krusial untuk naik kelas. Perusahaan ini dipandang tengah berada di jalur yang tepat untuk menarik aliansi dengan grup-grup konglomerasi besar dan memasuki fase pertumbuhan baru yang lebih agresif.

Posisi saham FOLK saat ini tengah dalam tren strong bullish, dengan aksi korporasi private placement tersebut, saham FOLK berpotensi menembus level Rp800 per lembar saham.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)



Most Popular