MARKET DATA
Newsletter

The Fed Pangkas Bunga: Hari Ini Pesta Besar Siap Dimulai!

Emanuella Bungasmara Ega Tirta,  CNBC Indonesia
11 December 2025 06:10
Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (REUTERS/Leah Millis)
  • Pasar keuangan Indonesia lagi-lagi tak kompak, IHSG menguat sementara rupiah melemah
  • Wall Street pesta pora usai The Fed pangkas suku bunga
  • Keputusan suku bunga The Fed akan menjadi penggerak utama pasar Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan dalam negeri ditutup beragam kemarin. IHSG ditutup menguat sementara rupiah kembali ditutup melemah. 

Pasar keuangan diharapkan kompak menguat hari ini setelah Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunganya sebesar 25 bps ke level 3,50-3,75%. Selengkapnya mengenai proyeksi pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terapresiasi 43,74 poin atau menguat 0,51% pada penutupan perdagangan Rabu (10/12/2025). Indeks bertengger di level 8.700,92.

Sebanyak 258 saham naik, 431 turun, dan 113 tidak bergerak. Nilai transaksi hingga jeda makan siang tercatat ramai atau mencapai Rp 33,62 triliun, melibatkan 68,02 miliar saham dalam 3,49 juta kali transaksi.

Kapitalisasi pasar pun terkerek naik menjadi Rp 16.024 triliun atau sedikit lagi mencapai US$ 1 triliun.

Meski transaksi tercatat jumbo, mayoritas terjadi di pasar reguler dengan saham Bumi Resources (BUMI) tercatat menjadi yang paling aktif. Nilai transaksi BUMI tercatat Rp 6,62 triliun atau lebih dari seperempat nilai transaksi bursa kemarin. Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga tercatat paling aktif ditransaksikan baik secara frekuensi maupun volume perdagangan.

Beralih ke pasar valas, mata uang Garuda kembali tertekan terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (10/12/2025) seiring dengan sikap wait and see pelaku pasar jelang pengumuman kebijakan suku bunga bank sentral AS (The Fed).

Merujuk data Refinitiv, rupiah ditutup di posisi Rp16.680/US$ atau melemah sebesar 0,12%. Pelemahan ini sekaligus membalikkan posisi rupiah dari perdagangan sebelumnya yang masih mampu menguat 0,15%.


Sejak pembukaan perdagangan pagi hari, rupiah sudah berada di zona merah dengan pelemahan 0,06% di level Rp16.670/US$, dan terus bergerak tertekan hingga menyentuh level penutupan. Sepanjang kemarin, rupiah bergerak di rentang Rp16.670 - Rp16.693/US$.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia, pada pukul 15.00 WIB terpantau mengalami pelemahan 0,09% ke level 99,130.
Dari pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun melandai ke 6,19% pada perdagangan kemarin, dari 6,22%. Imbal hasil yang melandai menandai harga SBN yang tengah naik karena diburu investor.

Bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street pesta pora pada perdagangan Rabu atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Wall Street berpesta setelah Federal Reserve kembali memutuskan untuk memangkas suku bunga tahun ini, sementara para pelaku pasar bertaruh bahwa pelonggaran tambahan akan terjadi tahun depan.

Indeks Dow Jones menguat  497,46 poin, atau 1,1%, dan ditutup pada 48.057,75. Indeks S&P 500 naik 0,7% menjadi 6.886,68 dan sempat diperdagangkan di atas rekor penutupan sebelumnya yaitu 6.890,89. Nasdaq Composite terbang 0,3% menjadi 23.654,16.

The Fed menyetujui pemangkasan suku bunga 25 bps pada akhir pertemuan kebijakan dua hari mereka. Pemangkasan ini-yang merupakan ketiga berturut-turut-membawa suku bunga federal funds ke kisaran 3,5%-3,75%.

Ada sejumlah hal dalam pernyataan The Fed dan komentar Ketua Jerome Powell yang dianggap positif bagi pasar saham oleh pelaku Wall Street.

The Fed mengumumkan akan mulai membeli obligasi jangka pendek, memperluas neraca bank sentral. Hasilnya, imbal hasil Treasury jangka pendek turun.

The Fed menyoroti melemahnya pasar tenaga kerja dalam pernyataannya, dengan menghapus frasa bahwa kondisi tenaga kerja "tetap rendah." Ini menunjukkan fokus The Fed mulai bergeser dari inflasi ke dukungan ekonomi.

Meskipun Powell mengatakan The Fed perlu "wait and see" sebelum mengambil langkah berikutnya, ia hampir menutup kemungkinan kenaikan suku bunga selanjutnya.
"Saya tidak berpikir kenaikan suku bunga adalah skenario dasar siapa pun saat ini," ujarnya.

Di sisi lain, The Fed memproyeksikan hanya satu kali pemotongan suku bunga pada 2026, tetapi pelaku pasar bertaruh akan ada pemangkasan lebih banyak. Alat CME FedWatch menunjukkan bahwa kontrak berjangka fed funds memperkirakan lebih dari 77% kemungkinan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga dua kali lagi tahun depan.

José Torres, ekonom senior di Interactive Brokers, mengatakan kurangnya pemotongan yang lebih dalam mungkin bisa dilihat negatif oleh Wall Street.

"Tetapi kabar bahwa neraca The Fed akan mulai diperluas lagi-meskipun perlahan-jelas menjadi alasan untuk optimisme dan lebih dari cukup untuk mengimbangi kekhawatiran soal terbatasnya pemangkasan suku bunga ke depan. Selain itu, dot plot menunjukkan proyeksi pertumbuhan yang lebih kuat, ekspektasi inflasi yang lebih ringan, dan proyeksi pasar tenaga kerja yang netral. Semua ini mendukung reaksi bullish pada saham dan imbal hasil." ujarnya kepada CNBC International.

Pada 29 Oktober, sehari setelah S&P 500 mencatat rekor penutupan terakhirnya, The Fed memangkas suku bunga, namun Powell memberi sinyal bahwa pemotongan berikutnya untuk Desember belum tentu terjadi. Hal itu membuat saham turun dan pasar memasuki periode berat sepanjang November, hingga beberapa anggota The Fed memberi sinyal bahwa pemotongan Desember mungkin terjadi.

"Keputusan suku bunga terakhir tahun 2025 pada dasarnya membuka jalan bagi reli Santa Claus untuk menutup tahun, dan S&P 500 berpeluang menembus level 7.000 dalam beberapa minggu ke depan." ujar Torres.

Pasar keuangan hari ini akan menghadapi sejumlah sentimen dari dalam dan luar negeri. Sentimen terbesar akan datang dari keputusan The Fed yang memangkas suku bunga sebesar 25 bps.

The Fed Pangkas Suku Bunga, Pasar RI Berpesta?

The Fed akhirnya memenuhi harapan dunia dengan memangkas suku bunganya sebesar 25 bps ke level 3,50-3,75%. Pemangkasan ini menjadi kabar baik bagi Indonesia.

Dengan pemangkasan bunga maka aliran dana asing diharapkan segera mengalir deras ke Indonesia sehingga rupiah dan IHSG bisa menguat.

The Fed mengumumkan suku bunga pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (10/12/2025) setelah menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) selama dua hari. Ini merupakan pemangkasan ketiga sepanjang tahun ini setelah September dan Oktober lalu. Suku bunga saat ini adalah yang terendah sejak November 2022 atau hampir tiga tahun terakhir.

Seperti diketahui, The Fed telah mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka baru memangkasnya pada September 2024 dan dilanjutkan pada November serta Desember 2024 dengan total 100 basis poin (bps) di tahun kemarin ke 4,25-4,50%. The Fed kemudian menahan suku bunga hingga Agustus 2025 sebelum memangkasnya pada September dan Oktober 2025.

Pemangkasan suku bunga tahun ini dilakukan sebagai respons terhadap makin banyaknya tanda pelemahan pasar tenaga kerja, termasuk pertumbuhan lapangan kerja yang sangat lambat dan meningkatnya pengangguran di kalangan anak muda serta kelompok minoritas.
Dalam pernyataan resminya, The Fed inflasi meningkat sejak awal tahun dan tetap berada pada level yang relatif tinggi.

"Dalam mempertimbangkan besaran dan waktu penyesuaian tambahan terhadap kisaran target suku bunga, Komite akan menilai secara cermat data yang masuk, perkembangan prospek ekonomi, dan keseimbangan risiko," tulis The Fed dalam pernyataan resminya.
Proyeksi The Fed sendiri hanya menunjukkan satu kali pemangkasan pada 2026.


"Dot plot" proyeksi suku bunga menunjukkan bahwa median pejabat The Fed memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 bps pada 2026 dan 25 bps lagi pada 2027, sama seperti proyeksi bulan September.

Proyeksi terbaru juga menunjukkan pejabat The Fed memiliki pandangan yang lebih optimistis terhadap ekonomi pada tahun mendatang.

Mereka kini memperkirakan Produk Domestik Bruto riil (PDB riil) akan tumbuh 2,3% secara tahunan pada akhir 2026. Pada proyeksi September, mereka hanya memperkirakan pertumbuhan 1,8%.

Pemangkasan suku bunga The Fed menjadi katalis penting bagi pasar keuangan Indonesia. Penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat mendorong arus modal ke emerging markets, termasuk Indonesia, sehingga memberi efek berantai ke rupiah, obligasi, dan pasar saham.

Penurunan imbal hasil dolar membuat rupiah cenderung menguat karena investor kembali mencari aset berisiko. Tekanan capital outflow mereda dan selera risiko global meningkat.

Obligasi pemerintah Indonesia juga akan menikmati dampak positif. Turunnya yield Treasury AS memperlebar spread dengan obligasi negara, membuat Indonesia lebih menarik bagi investor global. Aliran dana asing berpotensi menguat, terutama ke tenor panjang 10-20 tahun yang bisa mencatat rally signifikan. Yield yang turun juga berarti biaya utang pemerintah ikut menurun dan likuiditas pasar obligasi semakin baik.

Pemangkasan bunga The Fed turut meningkatkan sentimen risk-on, sehingga saham Indonesia memiliki daya tarik lebih tinggi. Yield obligasi yang menurun membuat saham relatif lebih kompetitif sebagai aset investasi. Sejumlah sektor diperkirakan menjadi pendorong utama IHSG, antara lain:
1. Perbankan karena biaya dana lebih murah dan potensi pertumbuhan kredit meningkat

2. Properti & konstruksi karena suku bunga yang lebih rendah mendukung pembiayaan rumah dan proyek

3. Teknologi & consumer discretionary yang sangat sensitif terhadap peningkatan likuiditas global.

Komoditas: pelemahan dolar berpotensi mengangkat harga emas, nikel, batu bara, dan minyak sawit mentah.

Penjualan Ritel Menguat, Tapi Pemulihannya Belum Merata

Roda konsumsi rumah tangga kembali menunjukkan geliat dalam Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI) untuk Oktober 2025. Indeks Penjualan Riil (IPR) nasional tumbuh 4,3% secara tahunan (yoy), lebih kuat dibandingkan kenaikan 3,7% yoy pada September. Angka ini memberi sinyal bahwa fondasi konsumsi masyarakat mulai membaik, setidaknya di tingkat nasional.

Namun di balik angka headline yang tampak solid, survei BI menunjukkan bahwa pemulihan ini tidak terjadi secara merata. Beberapa kelompok barang melaju cukup cepat, sementara yang lain justru terhambat. Secara bulanan, IPR naik 0,6% month-to-month (mtm), terutama karena peningkatan penjualan pada barang-barang budaya dan rekreasi yang tumbuh 2,4% mtm.

Kategori makanan, minuman, dan tembakau juga menunjukkan perbaikan dengan kenaikan 1,1% mtm, sedangkan perlengkapan rumah tangga hanya naik tipis 0,7% mtm.

Pada saat yang sama, kelompok peralatan informasi dan komunikasi justru masih berada di zona negatif, terkontraksi -8,3%. Lemahnya permintaan terhadap ponsel, tablet, televisi, radio, dan produk elektronik lain menunjukkan bahwa konsumen masih berhati-hati dalam pengeluaran non-esensial.

Ketimpangan juga terlihat antarwilayah. Surabaya kembali menjadi kota dengan pertumbuhan paling menonjol, mencatat lonjakan 19,1% yoy. Semarang dan Purwokerto menyusul di posisi berikutnya dengan pertumbuhan masing-masing 9,5% yoy.

Denpasar tumbuh lebih terbatas di 2,3% yoy, sementara Makassar hanya naik 0,2% yoy. Masing-masing kota menunjukkan dinamika yang sangat berbeda, tergantung pada struktur ekonominya. Kota dengan basis perdagangan dan jasa yang kuat tampaknya lebih cepat kembali bergerak, sedangkan wilayah yang lebih bergantung pada konsumsi rumah tangga dan komoditas masih terhambat.

Jika dilihat dari pergerakan bulanan, beberapa kota memang mencatatkan kenaikan, tetapi sifatnya lebih menyerupai pemulihan teknis dari kontraksi sebelumnya. Manado naik 6,4% mtm setelah sempat turun -2,1% mtm pada bulan sebelumnya. Jakarta meningkat 5,7% mtm setelah sebelumnya merosot -2,7% mtm.

Bandung juga naik 3,4% mtm, tetapi kenaikan ini terjadi setelah penurunan cukup dalam sebesar -4,0% mtm. Dengan kata lain, rebound yang terjadi tidak serta merta menunjukkan peningkatan daya beli yang lebih kuat, melainkan koreksi dari pelemahan sebelumnya.

 

BI memperkirakan tren kenaikan ini masih akan berlanjut ke November. Surabaya kembali diprediksi memimpin pertumbuhan tahunan dengan kenaikan 19,7%, diikuti Denpasar yang diperkirakan tumbuh 3,8% yoy.

Secara bulanan, Medan diproyeksikan meningkat 3,3% mtm, sementara Manado diperkirakan tumbuh 7,2% mtm. Dorongan musiman dari persiapan Natal dan Tahun Baru menjadi faktor utama yang menopang proyeksi tersebut.

Survei BI juga memotret ekspektasi lebih jauh. Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) untuk tiga dan enam bulan ke depan, yakni Januari dan April, diprediksi melemah ke level 157,2 dan 167,7. Penurunan ini mencerminkan bahwa antusiasme belanja cenderung mereda setelah puncak konsumsi akhir tahun dan musim Ramadan-Lebaran usai. Pola musiman kembali mendominasi dinamika penjualan ritel.

Nasib Kesepakatan Dagang RI-AS

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menegaskan, kelanjutan perundingan perdagangan antara Indonesia-Amerika Serikat terkait penurunan tarif resiprokal yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump tak mengalami kendala hingga berujung kegagalan.

Pernyataan ini merespons laporan Financial Times bertajuk "US-Indonesia trade deal at risk of collapse" yang menyebut kesepakatan perdagangan Indonesia dengan AS terancam gagal karena para pejabat AS semakin frustrasi dengan apa yang mereka lihat sebagai pengingkaran Jakarta terhadap ketentuan perjanjian yang dicapai pada bulan Juli.

Pada bulan itu, AS sepakat untuk terus menurunkan pengenaan tarif resiprokal yang tinggi ke Indonesia dari semula 32% menjadi 19% dan berpotensi lebih rendah lagi. Namun, dalam laporan terbaru, AS kini menilai Indonesia mundur dari beberapa komitmen mengikat, terutama terkait perdagangan digital serta hambatan non-tarif di sektor industri dan agrikultur.

"Perundingan dagang Indonesia dan Amerika Serikat masih berproses, tidak ada permasalahan spesifik dalam perundingan yang dilakukan, dinamika dalam proses perundingan adalah hal yang wajar," kata Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto kepada CNBC Indonesia, Rabu (10/12/2025).

Pemerintah Indonesia masih berharap kesepakatan dapat segera selesai dan menguntungkan kedua belah pihak. Apalagi, melalui perundingan perdagangan lanjutan yang di pimpin Kemenko Perekonomian hingga saat ini, pemerintah Indonesia percaya diri, AS bisa sepakat menihilkan tarif bea masuk alias 0% untuk sejumlah komoditas seperti kelapa sawit, kakao, dan karet.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) pun sebelumnya juga telah mencoba meredam kekhawatiran publik dan angkat bicara soal situasi gagalnya negosiasi dagang antara AS dan Indonesia. Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan, hingga kini proses negosiasi masih berjalan.

"Oh, enggak, semua masih proses negosiasi," kata Menteri Perdagangan Budi Santoso saat ditanya soal kabar keretakan tersebut di Djakarta Theatre, Rabu (10/12/2025).

Mendag menegaskan, dari pihak Indonesia, pembicaraan dengan Washington masih berjalan, termasuk rencana kedatangan delegasi AS ke Indonesia.

"Kan itu bagian dari proses negosiasi," lanjut Budi, merujuk ke rencana kunjungan AS sebagai bagian dari pembahasan lebih lanjut.

Klaim Pengangguran Amerika

AS akan merilis data klaim tunjangan pengangguran awal (initial jobless claims) per 4 Desember 2025. Pada pekan sebelumnya, klaim pengangguran di Amerika Serikat turun 27.000 dari minggu sebelumnya menjadi 191.000 pada pekan terakhir November, yang mencakup libur Thanksgiving.

Periode liburan yang biasanya sangat fluktuatif ini menandai penurunan selama empat minggu berturut-turut dan jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 220.000 - sekaligus menjadi level mingguan terendah sejak September 2022.

Sementara itu, klaim lanjutan (continuing claims) turun 4.000 menjadi 1.939.000 pada periode sebelumnya. Hasil ini sejalan dengan data pasar tenaga kerja lainnya yang menunjukkan bahwa pemutusan hubungan kerja (PHK) semakin melambat. Namun, penurunan tajam pada aktivitas perekrutan membuat jumlah penerima tunjangan pengangguran tetap relatif tinggi dibandingkan periode pemulihan pasca pandemi Covid.

Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini

  • CNBC Indonesia Awarding Night
  • Menteri Pertanian dan Wakil Menteri Pertanian akan melaksanakan Pelepasan Bantuan Bencana Pulau Sumatra tahap ke-2, yang akan dilaksanakan di Gedung F, kantor Kementerian Pertanian, Kota Jakarta Selatan

  • KKP melaksanakan konferensi pers "Capaian Kinerja Sektor Kelautan dan Perikanan Tahun 2025 (Part 1)" pada Sektor Penguatan Daya Saing Produk dan Sektor Pengawasan & Pengendalian Mutu Produk Kelautan Perikanan di Media Center KKP, Gedung Mina Bahari IV, kantor pusat KKP, Kota Jakarta Pusat

  • Pencatatan Penawaran Umum Obligasi PT Pollux Hotels Group Tbk. di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Kota Jakarta Selatan

  • Otoritas Jasa Keuangan akan menyelenggarakan Konferensi Pers RDK Bulanan November 2025 via zoom meeting

  • Mandiri BFN Fest 2025 di The Kasablanka Hall, Kota Jakarta Selatan

  • Konferensi pers Ekspose Barang Hasil Penindakan Berupa 2 Truk Kontainer Ballpress di kantor pusat Bea dan Cukai Rawamangun, Kota Jakarta Timur

  • Diskusi panel dan dialog interaktif lintas pemangku kepentingan bertema "Sinergi Ekosistem Transportasi Digital dan Inovasi untuk Ekonomi Indonesia yang Inklusif" di Maxim Hall, kantor pusat Maxim, Kota Jakarta Selatan

  • Telkomsel bersama BBC Studios akan mengumumkan peluncuran dua channel internasional terbaru di IndiHome TV. Acara digelar di Telkomsel Smart Office, Kota Jakarta Selatan.


Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • RUPS PT Capitol Nusantara Indonesia Tbk.
    Tanggal Pembayaran Dividen Tunai Interim Elang Mahkota Teknologi Tbk
    RENCANA Rupo emisi Obligasi Berkelanjutan III Wijaya Karya Tahap I Tahun 2022
    Tanggal distribusi HMETD PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk.
    Tanggal DPS Dividen Tunai Interim Sarana Menara Nusantara Tbk
    Tanggal ex Dividen Tunai Interim BFI Finance Indonesia Tbk
    Tanggal ex Dividen Tunai Interim PT Zurich Asuransi Indonesia Tbk
    Tanggal distribusi HMETD PT Indomobil Multi Jasa Tbk.
    Tanggal ex Dividen Tunai Interim PT Mastersystem Infotama Tbk.
    Tanggal ex Dividen Tunai Interim PT Archi Indonesia Tbk


Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:



CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(emb/emb) Next Article Setelah Rebalancing, IHSG Berisiko Garing: Rekor Tinggal Kenangan?


Most Popular
Features