Jakarta, CNBC Indonesia - Di balik gempuran adanya tren green energy dan fluktuasi harga komoditas global, struktur fundamental kelistrikan dunia pada tahun 2024 menunjukkan realitas yang mencengangkan.
Data terbaru memperlihatkan bahwa kendali atas pasokan energi dunia-yang menjadi nadi bagi industri dan digitalisasi-masih dipegang erat oleh konglomerasi negara dengan kapasitas pembangkitan jumbo.
Berdasarkan kompilasi data terbaru yang dihimpun CNBC Indonesia Research, daftar 10 produsen listrik terbesar di dunia berdasarkan Total Kapasitas Terpasang (GW) kembali menegaskan dominasi oleh negara di kawasan Asia.
Perusahaan-perusahaan ini tidak hanya mengandalkan satu sumber energi, melainkan mengelola portofolio hibrida raksasa yang menggabungkan batu bara, gas, nuklir, hingga energi terbarukan dalam skala yang sulit ditandingi oleh perusahaan swasta Barat.
Hegemoni "Tembok Besar" China
Lima posisi teratas klasemen energi dunia disapu bersih oleh BUMN China. Di puncak takhta, China Energy Investment Corp (CHN Energy) kian tak terkejar dengan kapasitas menembus 340 Gigawatt (GW).
Sebagai konteks, kapasitas satu perusahaan ini setara dengan lebih dari empat kali lipat total kapasitas listrik seluruh Indonesia. CHN Energy kini bukan sekadar raja batu bara, namun juga telah bertransformasi menjadi operator angin dan hidro terbesar.
Menyusul di posisi kedua dan ketiga adalah State Power Investment Corp (SPIC) dengan 272 GW dan China Huaneng Group dengan 269 GW. Lompatan kapasitas ini didorong oleh mandat Beijing untuk menjamin ketahanan energi nasional mereka, yang memaksa BUMN ini melakukan ekspansi aset secara agresif, baik di sektor termal maupun energi bersih.
Benteng Eropa dan Kejutan dari Persia
Di luar dominasi China, Électricité de France (EDF) dari Prancis menjadi satu-satunya benteng Barat yang kokoh di papan atas dengan kapasitas 125 GW, didukung oleh armada reaktor nuklirnya yang masif. Rekannya sesama Prancis, Engie, juga masuk dalam jajaran elit dengan 106,6 GW, berkat diversifikasi asetnya yang kuat di sektor gas dan renewables.
Namun, kejutan terbesar datang dari Timur Tengah. Tavanir, perusahaan listrik negara Iran, merangsek masuk ke jajaran elit dunia dengan kapasitas 93 GW. Meski jarang terekspos akibat sanksi ekonomi, skala infrastruktur kelistrikan Iran terbukti sangat masif untuk menopang subsidi energi domestik mereka, bahkan melampaui kapasitas raksasa baru China lainnya, China Resources Power (88,6 GW).
Berikut adalah daftar lengkap 10 Perusahaan Pembangkit Listrik Terbesar Dunia berdasarkan data terbaru:
Di Mana Posisi PLN?
Di tengah jajaran raksasa global tersebut, lantas di mana posisi PT PLN (Persero)? Meski belum menembus 10 besar dunia, PLN sejatinya memiliki kapabilitas skala operasional yang sangat diperhitungkan di kancah regional Asia.
Merujuk pada Laporan Tahunan 2024 yang baru dirilis, PLN Group mencatatkan total kapasitas pembangkit terpasang (termasuk IPP/swasta) sebesar 75,9 GW. Angka ini menempatkan PLN tidak jauh di belakang China Resources Power dan bersaing ketat dengan utilitas besar negara berkembang lainnya seperti NTPC India atau Eskom Afrika Selatan.
Secara fundamental, peran PLN sangat vital. Sepanjang 2024, BUMN setrum ini memproduksi listrik sebesar 343,89 Terawatt-hour (TWh) untuk melayani 92,88 juta pelanggan-salah satu basis pelanggan utilitas terbesar di dunia. Kinerja ini dikonversi menjadi Pendapatan Usaha sebesar Rp545,38 triliun dan Laba Bersih Rp17,76 triliun.
Dengan rasio elektrifikasi yang kini mencapai 99,83% dan transformasi agresif ke energi hijau (menambah kapasitas EBT hingga total bauran terus meningkat), PLN memiliki fundamental yang solid untuk menjadi pemain kelas dunia (World Class Utility), terutama jika agenda transisi energi dan dedieselisasi terus diakselerasi dalam tahun-tahun mendatang.
-
CNBC INDONESIA RESEARCH
(gls/gls)