Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa saham yang dimiliki oleh konglomerat dalam beberapa waktu terakhir menunjukkan tren positif yang cukup signifikan. Fenomena ini tentunya bukan terjadi tanpa landasan yang jelas.
Di balik peningkatan nilai saham tersebut, terdapat rangkaian tindakan strategis yang dilakukan oleh pihak pemilik maupun korporasi, salah satunya adalah pelaksanaan aksi akuisisi terhadap perusahaan lain.
Aksi akuisisi merupakan langkah korporasi yang lazim ditempuh ketika sebuah perusahaan ingin memperkuat posisi bisnis, memperluas pangsa pasar, atau meningkatkan efisiensi dalam operasional. Dalam konteks ini, keputusan akuisisi dipandang sebagai strategi jangka panjang yang berpotensi memberikan nilai tambah bagi perusahaan induk.
Investor cenderung merespons positif langkah tersebut karena akuisisi dianggap sebagai sinyal bahwa perusahaan sedang mengembangkan portofolionya serta mempertegas komitmennya terhadap pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
Selain itu, aksi akuisisi sering kali membawa ekspektasi akan meningkatnya pendapatan dan profitabilitas perusahaan. Dengan integrasi sumber daya, teknologi, maupun jaringan distribusi yang dimiliki oleh entitas yang diakuisisi, perusahaan dapat menciptakan sinergi yang mampu mendorong kinerja keuangan secara keseluruhan.
Kondisi ini kemudian tercermin dalam peningkatan minat investor terhadap saham perusahaan, sehingga mendorong nilai saham bergerak naik di pasar modal.
Tidak hanya itu, reputasi sang konglomerat sebagai figur penting dalam dunia usaha turut memberikan pengaruh terhadap persepsi publik dan kepercayaan investor.
Ketika seorang pemilik dengan rekam jejak bisnis yang kuat melakukan langkah strategis seperti akuisisi, pasar cenderung menilai bahwa keputusan tersebut telah melalui pertimbangan matang dan analisis yang komprehensif. Hal inilah yang pada akhirnya memperkuat sentimen positif dan memicu penguatan harga saham.
Secara keseluruhan, kenaikan harga saham yang terjadi saat ini merupakan refleksi dari kombinasi berbagai faktor, mulai dari strategi akuisisi yang dijalankan, proyeksi pertumbuhan perusahaan, hingga kepercayaan investor terhadap kepemimpinan konglomerat tersebut.
Pergerakan ini sekaligus menjadi indikasi bahwa pasar memandang prospek perusahaan berada dalam kondisi yang menjanjikan, didukung oleh langkah strategis yang potensial meningkatkan nilai jangka panjang.
Berikut berdasarkan catatan CNBC Indonesia Research, beberapa saham konglo yang mencatatkan kenaikan signifikan dalam sebulan terakhir efek dari aksi akuisisi.
BUMI
Di sepanjang tahun ini perusahaan milik konglomerat Salim dan Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (Bumi Resources) terus gencar melakukan akuisisi tambang baru. BUMI telah berhasil mengakuisisi 99,68% kepemilikan saham di Wolfram Limited (Wolfram), perusahaan pertambangan emas dan tembaga yang berbasis di Australia. Ditargetkan akuisisi ini akan mencapai 100% pada November 2025.
Akuisisi ini merupakan tindak lanjut dari term sheet agreement yang ditandatangani awal tahun ini dan kini telah difinalisasi setelah memperoleh persetujuan dari Foreign Investment Review Board (FIRB) di Australia.
Langkah ini menandai tonggak penting dalam strategi diversifikasi Bumi Resources, yang memperluas portofolio perusahaan ke sektor mineral strategis dan mineral kritis serta peluang hilirisasi.
Dengan selesainya transaksi ini, BUMI mengambil langkah penting dalam perjalanan diversifikasinya. Ekspansi ke mineral strategis dan mineral kritis sejalan dengan tren permintaan global serta memperkuat komitmen terhadap pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.
Melalui Wolfram, Bumi Resources akan memperoleh akses terhadap potensi produksi emas dan tembaga dalam jangka pendek, yang diharapkan dapat berkontribusi positif pada profil pendapatan perusahaan sekaligus memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham.
Kemudian, BUMI kembali melakukan akuisisi terhadap dua perusahaan sekaligus.
BUMI resmi mengakuisisi dua perusahaan tambang, Jubilee Metals Ltd (JML) dan PT Laman Mining (PLM). Langkah ekspansi ini dilakukan setelah perseroan merapikan struktur keuangannya melalui kuasi reorganisasi, yang sekaligus menghapus saldo laba negatif.
Dengan fondasi keuangan yang lebih sehat, BUMI kini leluasa menerbitkan obligasi untuk mendanai akuisisi serta kebutuhan modal kerja. Memasuki 2025, perusahaan langsung tancap gas dengan rencana Penerbitan Obligasi Berkelanjutan senilai total Rp5 triliun.
Jubilee Metals Ltd (JML) sendiri memiliki aset tambang emas di Queensland Utara dan Victoria, Australia. Sejak berdiri pada 2012, perusahaan ini fokus mengembangkan kawasan Croydon di barat Queensland-wilayah bersejarah yang mencatat penemuan emas pertama pada 1885 dan pernah mencapai produksi puncak 1,9 juta ounce. Saat ini, JML masih berada pada tahap eksplorasi dengan potensi cadangan sekitar 2 juta ounce.
Untuk mengamankan akuisisi JML, BUMI mengalokasikan Rp340,9 miliar dari penerbitan obligasi. Hingga September 2025, perusahaan telah menggenggam 41,36% saham JML melalui private placement, pembelian langsung, serta skema debt to equity swap.
Di sisi lain, akuisisi PT Laman Mining (PLM) membutuhkan dana awal sebesar Rp333,6 miliar. PLM yang beroperasi sejak 2009 dan berada di bawah kendali Supreme Global dari Sri Lanka, berfokus pada penambangan bijih bauksit di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Wilayah ini dikenal sebagai pusat cadangan bauksit terbesar di provinsi yang memiliki total potensi hingga 3,27 miliar ton.
Operasi PLM mencakup penambangan bauksit secara terbuka dengan alat berat, pengangkutan ke fasilitas pencucian di lokasi tambang, dan kemudian pemerosesan lanjutan sebelum dikirim ke pelabuhan yang mampu menampung hingga 300 ribu ton bijih.
Tak berhenti di hulu, PLM juga menyiapkan ekspansi ke industri pemurnian alumina sebagai bagian dari program hilirisasi. Pembangunan pabriknya kini memasuki tahap persiapan dengan target kapasitas produksi 2 juta ton alumina per tahun.
RAJA
Emiten energi milik Happy Hapsoro, PT Rukun Raharja (RAJA) memaparkan beberapa rencana proyek perseroan ke depannya. RAJA melalui anak usahanya telah menandatangani perjanjian jual beli saham untuk akuisisi perusahaan perdagangan gas di Banten.
Selain itu, perseroan juga dikatakan dalam tahap due diligence untuk mengakuisisi 2 perusahaan pelayaran yang memiliki dua unit kapal LNG carrier dan 1 unit Very Large Gas Carrier. Bersama dengan sebuah mitra, pihaknya juga sedang melakukan studi kelayakan untuk pembangunan LNG Terminal di daerah Banten, serta mempersiapkan proyek LNG plant di Kalimantan.
"Perseroan dalam tahap uji tuntas untuk mengakuisisi dua perusahaan pelayaran yang memiliki aset operasional berupa dua unit kapal LNGC dan satu unit VLGC," tulis manajemen RAJA dalam materi paparan publik, seperti dikutip Kamis (23/10/2025).
Selain aksi akuisisi, RAJA bersama mitranya tengah melakukan studi kelayakan pembangunan terminal LNG di kawasan Banten. Proyek tersebut kini berada pada tahap finalisasi lingkup investasi, penyusunan skema komersial, serta proses perizinan.
Sejalan dengan itu, perseroan juga mempersiapkan pembangunan fasilitas LNG plant di Kalimantan yang saat ini memasuki fase pengadaan lahan, finalisasi perjanjian jual beli gas, serta permohonan alokasi gas.
RATU
Masih milik Happy Hapsoro, PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) tengah mempersiapkan langkah ekspansi baru dengan menjajaki akuisisi aset minyak dan gas (migas) di luar portofolio eksistingnya di Blok Cepu dan Blok Jabung. Langkah ini menegaskan ambisi RATU untuk memperluas jejak bisnis dan memperkuat posisi di industri hulu migas nasional.
Beberapa waktu terakhir, RATU ramai dikabarkan sedang mengincar Participating Interest (PI) di Blok Kasuri, Papua Barat, yang dikelola Genting Oil. Perusahaan ini juga disebut tengah membidik peluang serupa di tiga blok migas lain yang berlokasi di Jawa Timur, Sumatra Selatan, dan Kalimantan Timur.
Direktur Utama Raharja Energi Cepu, Sumantri, menjelaskan bahwa RATU memang terus aktif berburu aset migas potensial. Namun, karena terikat perjanjian Non-Disclosure Agreement (NDA), manajemen belum dapat mengungkapkan blok mana saja yang sedang menjadi sasaran akuisisi.
Meski begitu, Sumantri memastikan bahwa sejumlah proses akuisisi telah berjalan, baik melalui negosiasi langsung dengan pemilik PI maupun lewat mekanisme tender. Salah satu tender PI yang diikuti RATU bahkan telah memasuki tahap akhir dan diperkirakan akan menghasilkan keputusan dalam satu hingga dua minggu ke depan.
Target RATU, pada akhir 2025 atau paling lambat kuartal pertama 2026, sudah ada aset blok migas baru yang berhasil RATU akuisisi.
Mengenai pendanaan akuisisi, Sumantri menjelaskan bahwa skemanya akan disesuaikan dengan besaran nilai aset. Untuk blok berukuran moderat, RATU dapat mengandalkan ekuitas internal maupun fasilitas perbankan. Namun, untuk aset berskala besar, opsi seperti menggandeng mitra strategis, membentuk perusahaan patungan, atau mengambil porsi PI yang lebih kecil pada tahap awal menjadi pertimbangan.
Saat ini, RATU memposisikan diri sebagai perusahaan induk yang mengelola investasi sektor migas melalui kepemilikan PI pada dua aset utama: Blok Cepu dengan porsi 2,2423% dan Blok Jabung sebesar 8%. Langkah akuisisi baru diharapkan menjadi katalis pertumbuhan perusahaan dalam beberapa tahun ke depan.
SGRO
Emiten sawit PT Sampoerna Agro (SGRO) mengumumkan bahwa AGPA Pte. Ltd, telah membeli 1,2 miliar (62,7%) saham SGRO milik Twinwood Family Holdings Limited.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Jumat (21/11/2025) harga transaksi pada level Rp 7.903/saham, sehingga total transaksi mencapai Rp 9,4 triliun. Transaksi ini terjadi pada 19 November 2025. Setelah akuisisi ini, pembeli akan melaksanakan tender offer wajib.
Ruang lingkup bisnis utama perusahaan meliputi perdagangan, sumber daya, serta pengembangan dan operasi infrastruktur. Ketiga pilar ini menjadi fondasi pertumbuhan yang konsisten bagi perusahaan selama bertahun-tahun.
Perusahaan juga berfokus pada sejumlah bidang spesialisasi yang mencakup energi, seperti gas alam, LNG, energi surya, energi angin, hingga hidrogen. Selain itu, perseroan bergerak di sektor baja dan bahan baku baja, material baterai sekunder, gandum, minyak nabati, kapas, serta bioplastik.
Tidak hanya itu, perusahaan turut mengembangkan komponen kendaraan ramah lingkungan serta proyek infrastruktur dan fasilitas industri. Diversifikasi ini menjadi strategi penting dalam memperkuat daya saing perusahaan di pasar global.
PTRO
PT Petrosea Tbk (PTRO) melalui anak usahanya, yaitu Petrosea Services Solutions Ltd., telah menyelesaikan proses pengambilalihan 60% saham Scan-Bilt Pte. Ltd. (SBPL). Nilai pengambilalihan mayoritas saham SBPL tersebut sebesar SG$ 10,3 juta atau setara Rp 131,84 miliar (asumsi kurs Rp 12.800/SG$).
Pengambilalihan saham tersebut telah dilaksanakan dengan melakukan penandatanganan perjanjian jual beli saham dengan pemegang saham SBPL, yaitu TCAL Engineering Pte. Ltd.
"Pengambilalihan SBPL merupakan langkah penting dalam strategi diversifikasi Petrosea, baik melalui pengembangan kapabilitas multidisiplin EPC di industri pengolahan kimia maupun melalui ekspansi geografis ke kawasan Asia Pasifik dan Oceania, khususnya di sektor migas," ujar Michael, Presiden Direktur PT Petrosea Tbk dalam keterangan resminya, Selasa (25/11).
Ke depannya, Petrosea akan mengembangkan SBPL sebagai business hub untuk ekspansi bisnis ke kawasan Asia Pasifik dan Oceania yang mencakup Singapura, Papua Nugini, Australia dan Indonesia.
Sebagai informasi, SBPL memiliki pengalaman dan rekam jejak panjang dalam multidisiplin konstruksi dan teknik sipil, mendukung berbagai proyek strategis bagi industri pengolahan migas onshore, pembangunan chemical plant dan tankage terminal untuk industri kimia, serta fasilitas pembangkit listrik.
Petrosea, melalui anak usaha grup HBS dan Hafar, mengembangkan portofolio bisnis ke sektor non-coal dengan menyediakan solusi pertambangan dan konstruksi berkelanjutan untuk mendukung sektor emas dan mineral serta solusi EPCI lepas pantai terpadu.
ENRG
Saham di sektor energi, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) disepanjang tahun ini gencar melakukan akuisisi. ENRG diproyeksikan mencatat pertumbuhan CAGR laba bersih 22% selama 2006-2031. Hal ini sejalan dengan aksi akuisisi dan masuknya mitra strategis dari Jepang, Japex, ke blok migas perseroan.
Japex resmi membeli 25% saham di Blok Kangean dan 50% di Blok Gebang, aset utama ENRG. Efek transaksi ini, ENRG kini mengendalikan penuh kepemilikan dua blok tersebut, yang masing-masing menyimpan potensi besar untuk menopang pertumbuhan jangka panjang.
Blok Kangean merupakan pemasok terbesar kedua ENRG. Produksi gas di blok ini ditargetkan naik menjadi 324 juta kaki kubik per hari (mmscfd) pada 2031, berkat rencana pengeboran 15 sumur baru.
Sementara itu, divestasi sebagian saham di Blok Gebang dipandang strategis. Selain mengurangi beban modal, langkah ini memungkinkan ENRG tetap mempertahankan eksposur terhadap cadangan gas jumbo sebesar 874 bcf. Produksi perdana dari blok ini dijadwalkan mulai 2027 dan diproyeksikan naik tiga kali lipat pada 2035.
Selain itu, ENRG berencana melakukan non-preemptive rights issue (NPRI) dengan menerbitkan 2,5 miliar saham baru. Dengan mengincar dana mencapai Rp 595,7 miliar, dengan 70% di antaranya akan dialokasikan ke PT Imbang Tata Alam, entitas anak yang mengelola Blok Malacca Strait, aset minyak terbesar perseroan.
DRMA
Emiten manufaktur komponen otomotif milik konglomerat TP Rachmat, PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA), tengah mengambil langkah ekspansif dengan berencana mengakuisisi 82% saham PT Mah Sing Indonesia (MSI). Nilai transaksi yang disiapkan mencapai sekitar Rp41 miliar.
Direktur Utama DRMA, Irianto Santoso, menjelaskan bahwa aksi korporasi ini merupakan bagian dari strategi perseroan untuk memperkuat portofolio komponen otomotif, terutama untuk segmen kendaraan roda empat.
"Akuisisi PT Mah Sing Indonesia, saham yang kita ambil alih adalah sebesar 82%, dengan nilai akuisisinya adalah sekitar Rp41 miliar. Dan seperti kita ketahui, PT Mah Sing Indonesia adalah juga memproduksi komponen-komponen otomotif dari bahan plastik," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (20/11/2025).
Saat ini, proses akuisisi masih berada pada tahap awal finalisasi dokumen serta penyelesaian aspek legal.
Melihat prospek industri otomotif, Irianto menilai tahun 2026 akan menjadi periode yang cukup menantang. Masuknya pemain-pemain baru ke Indonesia, lengkap dengan persiapan pembangunan hingga pengambilalihan fasilitas pabrik, berpotensi mengubah peta kompetisi industri.
"Sebagian sudah mulai akan beroperasi di awal tahun depan, kuartal pertama, ada juga yang kuartal kedua, dan ada juga yang sedang melakukan pengambilalihan fasilitas assembling yang ada di Indonesia," ungkapnya.
Meski begitu, Irianto menekankan bahwa dinamika tersebut juga membuka peluang besar bagi DRMA untuk memperluas penjualan komponen ke para pendatang baru tersebut. Namun, detail lebih lanjut belum dapat dipublikasikan karena masih dalam tahap persiapan.
Untuk kinerja tahun ini, manajemen DRMA tetap optimistis mampu mencapai target penjualan sebesar Rp6 triliun. Hingga kuartal III/2025, DRMA mencatat penjualan sebesar Rp4,39 triliun, tumbuh 9,20% secara tahunan. Laba bersih juga meningkat 1,69%, mencapai Rp428,11 miliar.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)