Jakarta, CNBC Indonesia - Timah (Tin) seringkali disebut sebagai "logam yang terlupakan" di tengah gemerlap nikel dan emas. Padahal, tanpa timah, revolusi teknologi global bisa terhenti total.
Indonesia, yang telah lama dikenal sebagai raksasa timah dunia, kini berada dalam sorotan tajam pasar global. Data terbaru menunjukkan anomali menarik yaitu Indonesia memiliki "harta karun" cadangan yang melimpah ruah, namun dari sisi aktivitas produksi, posisi RI mulai tergeser oleh kompetitor regional.
Berikut adalah analisis mendalam tim riset CNBC Indonesia mengenai peta kekuatan timah dunia dan mengapa mineral ini menjadi incaran Amerika Serikat.
Peta Produksi RI Berada di Posisi Ke-3
Realisasi produksi (Mine Production) menggambarkan berapa banyak timah yang berhasil digali dan keluar dari perut bumi dalam periode satu tahun. Berdasarkan data estimasi terbaru tahun 2024, terjadi pergeseran signifikan di papan atas produsen dunia.
Angka produksi Indonesia yang berada di level 52.000 ton mencerminkan dampak langsung dari pembenahan tata kelola pertambangan dalam negeri. Penurunan output ini bukan disebabkan oleh habisnya sumber daya, melainkan faktor regulasi seperti ketatnya persetujuan RKAB dan penegakan hukum terhadap tambang ilegal yang sebelumnya membanjiri pasar.
Berikut adalah tabel 5 negara dengan produksi terbesar:
Tabungan Timah RI Masih Nomor Dua
Meskipun produksi tahunan melambat, fundamental Indonesia sebagai "Raksasa Timah" tidak tergoyahkan jika dilihat dari sisi Cadangan (Reserves). Cadangan adalah jumlah timah yang teridentifikasi di dalam tanah dan ekonomis untuk ditambang di masa depan.
Dengan cadangan 800.000 ton, Indonesia memegang kunci pasokan global jangka panjang, jauh di atas Myanmar atau negara produsen lainnya.
Berikut adalah list dari negara dengan reserve timah terbesar di dunia:
Mengapa Timah Jadi Incaran Amerika?
Sering dianggap remeh, timah sebenarnya memegang peran sentral yang tak tergantikan. Begitu vitalnya peran ini, Amerika Serikat (AS) melalui US Geological Survey (USGS) secara resmi memasukkan timah ke dalam daftar Mineral Kritis (Critical Minerals) negara tersebut.
Mengapa timah begitu spesial?
Panel Surya: Pita penyambung sel surya (solar ribbon) menggunakan lapisan timah.
Data Center AI: Infrastruktur Artificial Intelligence membutuhkan server berkinerja tinggi dengan ribuan sambungan solder yang presisi.
Kerentanan Keamanan Nasional AS
Amerika Serikat hampir 100% bergantung pada impor untuk kebutuhan timah olahannya. Mereka tidak memiliki tambang timah aktif yang signifikan. Ketergantungan pada impor dari negara "rival" atau negara berkembang membuat AS rentan. Jika suplai dari Indonesia atau China terganggu, industri pertahanan dan teknologi AS bisa lumpuh. Inilah yang membuat timah bukan sekadar komoditas ekonomi, tapi aset geopolitik.
Dampak ke Pasar & Harga Timah Dunia
Ketimpangan antara besarnya cadangan Indonesia (posisi 2) dan realisasi produksi yang tertahan (posisi 3), ditambah dengan statusnya sebagai mineral kritis, menciptakan sentimen bullish jangka panjang.
Pasar London Metal Exchange (LME) sangat sensitif terhadap berita dari Indonesia. Ketika produksi Indonesia tertahan di angka 52.000 ton, pasar global langsung bereaksi karena khawatir akan defisit suplai untuk kebutuhan teknologi tinggi tersebut.
Ke depan, posisi Indonesia sangat strategis. Dengan memegang cadangan terbesar kedua dan status timah sebagai mineral kritis AS, Indonesia memiliki peluang besar untuk tidak hanya menjual bahan mentah, tetapi memaksa industri global berinvestasi pada hilirisasi di dalam negeri.
-
CNBC INDONESIA RESEARCH
(gls/gls)