MARKET DATA
Newsletter

China-Jepang Bikin Cemas, Pemerintah Bakal Beri Kabar Gembira Hari Ini

Susi Setiawati,  CNBC Indonesia
26 November 2025 06:21
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto didampingi Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa saat Konferensi Pers di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (29/10/2025).
Foto: Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto didampingi Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa saat Konferensi Pers di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (29/10/2025). (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)

IHSG saat ini berada di posisi overbought dengan posisi jenuh beli sehingga rentan terjadi koreksi dalam jangka pendek. Apalagi masih terdapat sentimen buruk dari ketegangan antara China dengan Jepang mengenai Taiwan hingga Israel kembali melanggar gencatan senjata.

Pada perdagangan hari ini, dominan terdapat kabar sentimen dari negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS). Data-data dari Amerika Serikat belum menunjukkan kabar yang menggembirakan sementara suasana di Jepang bikin cemas.. Di tengah suasana negatif ini, pemerintah akan memberi pengumuman penting hari ini, kemungkinan besar terkait dengan insentif akhir tahun.

Konferensi Pers Kebijakan Akhir Tahun

Kementerian Koordinasi Perekonomian akan menyelenggarakan Konferensi Pers terkait Kebijakan Pendorong Pertumbuhan Ekonomi TW IV dan Kesiapan Nataru 2025, pada hari ini, Rabu (26/11/2025) pukul 16.00 WIB. 

Konferensi pers akan dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto,  ⁠Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa,  ⁠Menteri Perdagangan Budi Santoso,  ⁠Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi, dan ⁠Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana.

Menarik ditunggu apa saja kebijakan stimulus pemerintah untuk mendongkrak ekonomi di akhir tahun. Kebijakan stimulus ini diharapkan bisa menggerakkan juga sentimen positif di pasar keuangan dalam negeri.

China Kecam Jepang Atas Taiwan

Ketegangan antara China dan Jepang kembali meningkat setelah Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, melontarkan kecaman keras terhadap Tokyo. Pemicunya adalah pernyataan Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, yang menurut Beijing merupakan sinyal salah dan mengejutkan terkait isu sensitif Taiwan. Pernyataan resmi yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri China pada Minggu itu semakin memperuncing perselisihan yang telah memanas selama lebih dari dua pekan terakhir.

Mengutip laporan Reuters, Wang menuduh Jepang telah melampaui garis merah yang tidak boleh disentuh. Ia menilai komentar Takaichi pada 7 November lalu sebagai upaya campur tangan militer Jepang dalam urusan Taiwan. Saat itu, Takaichi menyatakan bahwa kemungkinan serangan China terhadap Taiwan bisa memicu respons militer dari Tokyo.

Komentar tersebut segera menyulut salah satu krisis diplomatik terbesar dalam hubungan Beijing-Tokyo dalam beberapa tahun terakhir. Konflik ini tidak hanya berdampak pada dinamika politik, tetapi juga mulai merembet ke sektor perdagangan dan interaksi budaya. Bahkan pada Jumat, China membawa isu ini ke Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, sebagai langkah untuk menegaskan posisi dan ketegasannya.

Bagi Beijing, Taiwan adalah bagian yang tak terpisahkan dari wilayahnya, dan penggunaan kekuatan militer untuk mengambil alih pulau itu tetap menjadi opsi yang tidak dikesampingkan. Namun, pemerintah Taiwan menolak klaim tersebut dan menegaskan bahwa masa depan pulau harus ditentukan sepenuhnya oleh rakyat Taiwan.

Dari pihak Jepang, belum ada komentar langsung terkait kecaman Wang. Meski demikian, pada Sabtu, Tokyo menanggapi surat China ke PBB dengan menyebut tuduhan Beijing sebagai tidak dapat diterima, sembari menegaskan kembali bahwa Jepang tetap berkomitmen pada prinsip perdamaian.

Taiwan juga tidak tinggal diam. Dalam pernyataannya pada Minggu, Kementerian Luar Negeri Taiwan mengecam langkah Beijing, menyebut surat China kepada PBB berisi konten kasar dan tak masuk akal serta menuduh China secara sengaja memutarbalikkan fakta sejarah. Taiwan menambahkan bahwa tindakan Beijing tersebut melanggar Pasal 2(4) Piagam PBB yang melarang ancaman maupun penggunaan kekuatan dalam hubungan internasional.

Israel Langgar Gencatan Senjata

Israel kembali melakukan pelanggaran terhadap perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza. Pada Senin (24/11/2025), empat warga Palestina dilaporkan tewas dan seorang lainnya terluka akibat rangkaian serangan yang dilakukan militer Israel di beberapa wilayah Gaza, meski kesepakatan penghentian tembakan masih berlaku.

Rumah Sakit Nasser di Gaza bagian selatan mengonfirmasi telah menerima dua jenazah korban serangan drone Israel di kawasan Bani Suhaila, Khan Younis. Sementara itu, dua warga lainnya dilaporkan tewas setelah ditembak oleh penembak jitu Israel di lingkungan permukiman Al-Tuffah, di wilayah timur Kota Gaza, menurut keterangan sejumlah sumber medis setempat

Selain itu, seorang warga Palestina juga mengalami luka akibat tembakan artileri Israel di dekat garis kuning di kawasan Al-Shaaf, Al-Tuffah. Garis kuning merupakan batas yang memisahkan area yang diawasi ketat oleh militer Israel dengan zona yang masih diperbolehkan untuk ditempati warga Palestina sesuai ketentuan gencatan senjata.

Saksi mata melaporkan bahwa pelanggaran tersebut tidak hanya berupa serangan terbatas, tetapi juga melibatkan operasi udara dan darat. Jet tempur serta helikopter Israel terlihat melakukan serangan udara, sementara tank-tank mereka turut melakukan penembakan dari darat di wilayah Rafah, Gaza selatan.

Indeks Harga Produsen (PPI) AS

PPI Amerika Serikat meningkat 0,3% atau inflasi secara bulanan (month to month/MtM) pada September 2025, bangkit dari kontraksi tak terduga sebesar 0,1% pada bulan sebelumnya.

Biaya di tingkat pabrik melonjak untuk kategori makanan (1,1% vs 0,1% pada Agustus), karena kenaikan harga daging menutupi penurunan harga sayuran. Indeks PPI juga pulih pada sektor energi (3,5% vs kontraksi 0,4%).

Secara tahunan (YoY), PPI Amerika Serikat naik 2,7% pada September 2025, sama seperti bulan sebelumnya.

PPI inti yang mengecualikan makanan dan energi naik tipis atau inflasi 0,1% secara bulanan pada September 2025, setelah kontraksi 0,1% pada Agustus, dan lebih rendah dari ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 0,2%.

Secara tahunan, PPI inti naik 2,6% pada September, terendah dalam lebih dari satu tahun.

Penjualan ritel di AS

Amerika Serikat mengumumkan data penjualan ritel di AS naik 0,2% secara bulanan pada September 2025, merupakan kenaikan paling kecil dalam empat bulan. Capaian ini melambat dari kenaikan 0,6% pada Agustus dan berada di bawah perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan 0.4%.

Kenaikan penjualan terbesar tercatat pada pengecer kategori lain-lain (2,9%) dan SPBU (2%). Kenaikan juga terjadi di toko kesehatan & perawatan pribadi (1,1%), restoran & bar (0,7%), toko furnitur (0,6%), toko makanan & minuman (0,2%), toko bahan bangunan & perlengkapan taman (0,2%), dan toko ritel barang umum (0,1%).

Sebaliknya, penjualan turun pada toko perlengkapan olahraga, hobi, alat musik & buku, pakaian serta pengecer daring, toko elektronik & alat rumah tangga, dan kendaraan bermotor & suku cadang.

Klaim pengangguran AS

AS hari ini akan mengumumkan data klaim pengangguran awal (initial jobless claims)untuk periode hingga 22 November. Sebagai catatan, klaim pengangguran di Amerika Serikat turun 8.000 dari minggu sebelumnya menjadi 220.000 pada periode yang berakhir 15 November. Angka ini tetap berada jauh di bawah rata-rata sejak akhir kuartal kedua.

Rilis data terbaru ini mencakup pembaruan jumlah klaim setelah Departemen Tenaga Kerja AS menghentikan sebagian operasinya akibat penutupan (shutdown) pemerintah pada 1 Oktober, yang sempat mengancam status ketenagakerjaan bagi sebagian besar pekerja pemerintah federal.

Meskipun klaim awal menunjukkan pertumbuhan pengangguran yang lebih lembut, klaim lanjutan (outstanding claims) naik menjadi 1,974 juta per 8 November, tertinggi sejak 2021-menandakan adanya perlambatan aktivitas perekrutan.

Sementara itu, klaim pengangguran awal yang diajukan oleh pekerja pemerintah federal melonjak menjadi 5.719 pada minggu yang berakhir 8 November, dibanding 635 pada September.

(saw/saw)
Pages


Most Popular