3 Bank Raksasa Dunia Meramal Harga Emas: Bisa Tembus Sampai Berapa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas kembali bertenaga usai melemah pada perdagangan sebelumnya. Harga emas kembali melonjak ke level psikologis US$4.200 per troy ons karena resolusi penutupan pemerintah Amerika Serikat (AS), dolar yang melemah, dan peluang pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) memicu reli emas.
Pada perdagangan hari ini Jumat (14/11/2025) hingga pukul 15.58 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat 0,009% di posisi US$4.174,77 per troy ons.
Sementara pada perdagangan sebelumnya Kamis (13/11/2025), harga emas dunia turun 0,65% di level US$4.171,10 per troy ons. Penurunan tersebut mematahkan penguatan emas selama empat hari beruntun.
Harga emas meroket kembali berakhirnya penutupan pemerintah AS yang telah berangsur selama 43 hari.
Harga emas kembali mendominasi pasar global dengan berakselerasi ke level psikologis $US4.200 per troy ons, mencapai level yang tidak terlihat sejak 21 Oktober dan melanjutkan reli 7% selama lima sesi berturut-turut.
Logam mulia ini stabil di sekitar US$4.229,59 per troy ons, menghapus seluruh koreksi bulan lalu dan memaksa para pedagang untuk menghadapi perubahan drastis kondisi makro setelah shutdown selesai.
Berakhirnya shutdown membuat kebijakan moneter ini bukan hanya pergeseran politik, ini segera membentuk kembali jalur suku bunga, arah dolar, dan seluruh lanskap lindung nilai risiko yang menjadi tumpuan emas.
Penutupan pemerintah memicu pemadaman data bersejarah, data ketenagakerjaan, rilis inflasi, dan pembacaan PCE selama dua bulan dibekukan. Dengan dimulainya kembali operasi, pasar kini bersiap menghadapi banjir indikator tertunda yang kemungkinan akan mengonfirmasi pasar tenaga kerja yang lebih lemah dan permintaan yang lebih lemah.
Ekspektasi tersebut saja mendorong indeks dolar AS kembali ke 99,15 (-0,34%) per Kamis (14/11/2025). Hal ini memperkuat tawaran emas di saat yang sama ketika para pelaku pasar memperkirakan peluang 63% untuk pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember, mempercepat kenaikan harga emas kembali ke level tertinggi sepanjang masa di bulan Oktober di US$4.382 per troy ons.
Kenaikan harga emas kini terkait erat dengan sikap The Federal Reserve. Ekspektasi suku bunga telah bergeser secara dramatis. Probabilitas pemangkasan 25 basis poin pada 9-10 Desember semakin menipis.
The Fed telah memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada Oktober 2025, tetapi peringatan Jerome Powell bahwa pelonggaran lebih lanjut tidak dijamin karena kurangnya data kini tampak ketinggalan zaman.
Dengan data tersebut akhirnya kembali masuk ke sistem, pasar sangat bergantung pada konfirmasi pelemahan. Suku bunga yang lebih rendah memangkas biaya peluang untuk memegang aset non-imbal hasil, memungkinkan emas berperilaku seperti aset durasi. Hasilnya emas tetap berkinerja baik bahkan ketika imbal hasil riil stagnan.
PROYEKSI HARGA EMAS
Goldman Sachs, JP Morgan, dan Bank of America menargetkan emas dapat melampaui US$5.000 hingga US$5.055 per troy ons.
Model institusional tetap agresif bullish dan jauh di atas harga spot. Goldman Sachs dan JP Morgan sama-sama memproyeksikan harga US$5.055 per troy ons pada kuartal keempat 2026, mewakili kenaikan sebesar 19,5% dari level US$4.229 per troy ons saat ini.
JP Morgan, yang memperhitungkan pembelian berkelanjutan bank sentral dengan rata-rata 566 ton per kuartal pada tahun 2026, memproyeksikan batas atas jangka panjang sebesar US$6.000 per troy ons pada tahun 2028.
Bank of America menyesuaikan target tahun 2026 menjadi US$5.000 per troy ons, dengan perkiraan rata-rata sekitar US$4.400 per troy ons, mengakui volatilitas jangka pendek tetapi tetap mempertahankan kondisi pasar bullish struktural.
Wells Fargo berada di kisaran harga US$4.500 hingga US$4.700 per troy ons dengan lebih hati-hati, tetapi bahkan angka tersebut menyiratkan kenaikan sebesar +11,4% dari harga saat ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH