Newsletter

Shutdown Berakhir, Tapi Dunia Diguncang Ketakutan Baru dari The Fed

Emanuella Bungasmara Ega Tirta,  CNBC Indonesia
14 November 2025 06:19
wall street
Foto: REUTERS/Elizabeth Frantz

Dari pasar saham Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street ambruk berjamaah pada perdagangan Kamis atau Jumat dini hari waktu Indonesia.

Saham-saham melemah karena investor semakin pesimistis terhadap prospek suku bunga.

Dow Jones Industrial Average turun 797,60 poin, atau 1,65%, dan ditutup di 47.457,22,

Indeks S&P 500 merosot 1,66% menjadi 6.737,49. Indeks berbasis luas ini mengalami penurunan signifikan pada sektor communication services, dipimpin oleh penurunan hampir 8% saham Disney akibat hasil kuartal IV fiskal yang beragam, serta sektor teknologi informasi.

Nasdaq Composite turun 2,29% ke 22.870,36. Ketiga indeks utama, termasuk Russell 2000, mencatat hari terburuk sejak 10 Oktober.

Para investor terus menjual saham-saham teknologi, terutama yang terkait perdagangan artificial intelligence, di tengah kekhawatiran atas valuasi yang terlalu tinggi.

Meski Nasdaq mengawali minggu ini dengan kuat, indeks sarat teknologi itu mencatat penurunan untuk hari ketiga berturut-turut pada Kamis, tertekan oleh saham-saham raksasa seperti Nvidia, Broadcom, dan Alphabet.

"Menurut saya ini terlihat seperti konsolidasi yang alami," kata Ron Albahary, Chief Investment Officer di Laird Norton Wealth Management, kepada CNBC, menyebut koreksi hari itu sebagai sesuatu yang "sehat."

Perubahan mendadak dalam ekspektasi pemangkasan suku bunga juga membebani pasar saham.

Pasar sebelumnya memperkirakan peluang lebih dari 51% bahwa Federal Reserve yang bergantung pada data akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pada pertemuan terakhir tahun ini di Desember.

Menurut CME FedWatch Tool, angka ini turun tajam dari probabilitas 62,9% yang terlihat sehari sebelumnya,

Bank sentral sempat "terbang tanpa data" selama penutupan pemerintahan AS yang terpanjang dalam sejarah, karena tidak adanya laporan ekonomi penting seperti data pekerjaan Oktober dan inflasi.

Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan pada Rabu bahwa laporan-laporan itu mungkin tidak akan pernah dirilis.

Penutupan tersebut dapat memangkas pertumbuhan ekonomi kuartal keempat hingga 2 poin persentase. Namun sebagian besar ekonom memperkirakan dampaknya terhadap PDB AS akan minimal.

Penutupan yang berlangsung lebih dari enam minggu itu berakhir Rabu malam, ketika Presiden Donald Trump menandatangani undang-undang pendanaan pemerintah.

RUU akan mendanai operasi pemerintah hingga akhir Januari.

"Meski kami memang sudah memperkirakan bahwa banyak data yang terlewat selama penutupan tidak akan muncul kembali, masih ada pertanyaan tentang seperti apa data inflasi dan pekerjaan ketika laporan-laporan itu diterbitkan lagi," kata Carol Schleif, Chief Market Strategist di BMO Private Wealth, ujarnya kepada CNBC International.

(emb/emb)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular