Newsletter

Shutdown AS Akan Berakhir, Wall Street Euforia, IHSG-Rupiah Siap Pesta

Emanuella Bungasmara Ega Tirta,  CNBC Indonesia
11 November 2025 06:20
Penjualan Kembang Api Jelang Tahun Baru
Foto: Penjualan Kembang Api Jelang Tahun Baru (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Pasar keuangan hari ini diharapkan kompak menguat dengan adanya kabar positif dari Amerika Serikat (AS). Mulai menggeliatnya daya beli juga diharapkan bisa menggerakan ekonomi dalam negeri lebih cepat sehingga pasar saham dan rupiah bergarah.

Sejumlah sentimen diperkirakan akan menjadi penggerak pasar hari ini, terutama shutdown pemerintah AS

Shutdown Berpotensi Berakhir

Penutupan (shutdown) pemerintah terpanjang dalam sejarah AS berpotensi berakhir pekan ini setelah kompromi untuk memulihkan pendanaan federal lolos tahap awal pemungutan suara di Senat pada Minggu malam. Kendati demikian belum jelas kapan Kongres akan memberikan persetujuan final.

Kesepakatan tersebut akan memulihkan pendanaan bagi lembaga-lembaga federal yang masa pendanaannya dibiarkan kedaluwarsa pada 1 Oktober.

Hal ini memberi kelegaan bagi keluarga berpenghasilan rendah yang terdampak gangguan subsidi pangan, ratusan ribu pegawai federal yang tidak digaji selama lebih dari sebulan, serta para pelancong yang menghadapi ribuan pembatalan penerbangan.

Kesepakatan ini akan memperpanjang pendanaan hingga 30 Januari, yang berarti pemerintah federal untuk sementara akan tetap berada di jalur menambah utang sekitar US$1,8 triliun per tahun dari total utang yang sudah mencapai US$38 triliun.

Partai Republik di bawah Presiden Donald Trump menguasai mayoritas di kedua kamar Kongres. Namun, Partai Demokrat memanfaatkan aturan yang mensyaratkan persetujuan 60 dari 100 senator untuk sebagian besar legislasi.

Hal ini untuk mendorong perpanjangan subsidi asuransi kesehatan bagi 24 juta warga Amerika yang akan berakhir pada akhir tahun ini. Kompromi di Senat tersebut akan menjadwalkan pemungutan suara terkait subsidi kesehatan pada bulan Desember.

Keputusan delapan senator Demokrat moderat untuk meloloskan kesepakatan hanya satu minggu setelah Demokrat memenangkan pemilu penting di New Jersey dan Virginia serta terpilihnya seorang demokrat sosialis sebagai Wali Kota New York. Hal ini memicu kemarahan internal partai. Banyak yang mencatat tidak ada jaminan bahwa pemungutan suara soal subsidi kesehatan akan lolos di Senat atau DPR.

 

"Kami berharap bisa melakukan lebih banyak. Shutdown pemerintah tampak seperti kesempatan untuk mendorong kebijakan yang lebih baik. Itu tidak berhasil."," kata Senator Dick Durbin dari Illinois, pimpinan Demokrat nomor dua di Senat, dikutip dari Reuters.

Trump secara sepihak telah membatalkan belanja miliaran dolar dan memangkas jumlah pegawai federal hingga ratusan ribu, yang dinilai mencampuri kewenangan konstitusional Kongres dalam hal fiskal. Tindakan tersebut melanggar undang-undang pengeluaran sebelumnya yang disahkan Kongres, dan beberapa Demokrat mempertanyakan mengapa mereka perlu menyetujui kesepakatan belanja apa pun ke depannya.

Ketua DPR, Mike Johnson, mengatakan DPR dapat mengesahkan RUU tersebut paling cepat pada Rabu dan mengirimkannya kepada Trump untuk ditandatangani menjadi undang-undang, jika Senat bergerak cepat.

"Saya pikir kami bisa mengesahkannya di DPR dan mengirimkannya ke meja Presiden," katanya kepada Fox Business.

Jika pemerintah tetap tutup lebih lama lagi, pertumbuhan ekonomi bisa berubah negatif pada kuartal IV terutama jika perjalanan udara tidak kembali normal sebelum libur Thanksgiving pada 27 November.

Optimisme Konsumen Meningkat, Harapan Ekonomi Menguat, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2025


Bank Indonesia (BI) telah mengumumkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2025 hari Senin, (10/11/2025) yang mencerminkan tingkat optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi enam bulan ke depan.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mengalami peningkatan pada Oktober 2025 ke level 121,2 dibanding catatan per September 2025 sebesar 115.

Angka ini menegaskan bahwa masyarakat masih berada dalam zona optimis, dengan pandangan yang lebih positif baik terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun prospeknya enam bulan mendatang.

Peningkatan IKK ini terutama didorong oleh menguatnya dua komponen utamanya, yakni Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK).

IKE yang mencerminkan persepsi rumah tangga terhadap situasi ekonomi terkini naik ke 109,1 dari 102,7 pada bulan sebelumnya, sementara IEK yang menggambarkan ekspektasi terhadap ekonomi ke depan juga melonjak ke 133,4 dari 127,2. Keduanya menunjukkan bahwa masyarakat mulai merasakan perbaikan ekonomi yang nyata sekaligus menaruh harapan terhadap arah pemulihan yang lebih kuat menjelang akhir tahun.

Indeks Penghasilan Saat Ini tercatat naik ke 117,1 dari 112,9, sementara Indeks Pembelian Barang Tahan Lama meningkat ke 107,5 dari 103,2.

Adapun Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja, yang sebelumnya masih berada di zona pesimis, kini menembus batas optimis di level 102,6 setelah bulan sebelumnya hanya 92,0. Hal ini menunjukkan mulai terbukanya peluang kerja baru serta meningkatnya daya beli masyarakat di berbagai kota besar.

Dari sisi ekspektasi ke depan, konsumen kian yakin bahwa kondisi ekonomi enam bulan mendatang akan lebih baik. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang mencapai 133,4 didorong oleh kenaikan seluruh komponennya, termasuk ekspektasi terhadap penghasilan, lapangan kerja, dan kegiatan usaha.

Masyarakat memperkirakan peningkatan aktivitas ekonomi akan terus berlanjut, seiring dengan stabilnya inflasi dan pulihnya mobilitas pasca perlambatan ekonomi global. BI mencatat bahwa kenaikan ekspektasi paling kuat terjadi di kota-kota seperti Medan, Pontianak, dan Bandar Lampung, yang menunjukkan optimisme daerah non-Jawa terhadap arah pemulihan ekonomi nasional.

Namun di tengah meningkatnya optimisme, survei juga mengindikasikan adanya perubahan perilaku keuangan rumah tangga yang lebih berhati-hati.

Rata-rata proporsi pendapatan yang dialokasikan untuk konsumsi (average propensity to consume) menurun ke 74,7% dari 75,1% pada bulan sebelumnya. Sebaliknya, porsi tabungan (saving to income ratio) meningkat menjadi 14,3%, sementara pembayaran cicilan (debt to income ratio) relatif stabil di sekitar 11,0%.

Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat cenderung memperkuat posisi tabungan di tengah ketidakpastian ekonomi global, sembari menahan laju konsumsi menjelang akhir tahun.

Laporan Survei Penjualan Eceran September 2025

Pada hari ini Selasa (11/11/2025), publik akan menantikan data kerasnya Indeks Penjualan Riil (IPR) untuk September 2025. Angka ini akan menjadi ujian penting bagi kekuatan konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi penopang utama ekonomi nasional.

Bulan lalu, BI memperkirakan penjualan eceran tumbuh solid 5,8% YoY lonjakan besar dibandingkan realisasi Agustus yang hanya 3,5%.

Jika realisasi IPR kali ini mampu memenuhi atau bahkan melampaui ekspektasi itu, pasar berpotensi bereaksi positif. Artinya, pelemahan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di September belum berimbas signifikan terhadap penjualan di lapangan.

Sebaliknya, jika hasilnya meleset jauh di bawah 4%, pasar bisa menilai BI terlalu optimistis. Ini menandakan tekanan pada daya beli masyarakat semakin nyata. BI pun akan berada di posisi dilematis: menjaga stabilitas Rupiah di tengah konsumsi yang mulai melemah.

 

(emb/emb)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular