Newsletter

Hari Penentuan! Data PDB Dirilis Saat Dolar Ngamuk, Bisa RI Bertahan?

Elvan Widyatama,  CNBC Indonesia
05 November 2025 06:15
Ilustrasi Prabowo Subianto
Foto: Cover Ilustrasi Prabowo/ Ilham Restu

Pelaku pasar hari ini menanti dengan seksama rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2025 yang akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Data ini akan berpengaruh pada pergerakan pasar keuangan Tanah Air.

Selain itu, pengumuman tinjauan indeks MSCI yang berpotensi memicu volatilitas pasar saham, serta shutdown pemerintahan Amerika Serikat yang kini menjadi yang terpanjang dalam sejarah, menambah kompleksitas dinamika pasar pada pertengahan pekan ini.

Lonjakan dolar AS juga mesti diwaspadai karena bisa membuat rupiah semakin tertekan.

Berikut rangkuman sentimen utama yang akan menjadi perhatian pelaku pasar hari ini:

Pengumuman Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2025

Pada hari ini, Rabu (5/11/2025) Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data pertumbuhan ekonomi periode Kuartal III-2025.

Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, dari 13 institusi/lembaga memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2025 mencapai 5,01% (yoy) dan 1,40% (qtq).

Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan capaian kuartal sebelumnya sebesar 5,12% (yoy), namun masih menunjukkan resiliensi permintaan domestik dan stabilitas ekonomi di tengah tekanan eksternal.

Konsensus CNBC Indonesia sedikit lebih pesimistis dibandingkan proyeksi pemerintah.

Kementerian Keuangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025 masih bisa mencapai 5,1%, didorong oleh kinerja ekspor yang tumbuh cepat di tengah berbagai tekanan, termasuk demonstrasi besar pada Agustus lalu.

"Kuartal III kelihatannya akan cukup resilient, sekitar 5%, 5,1%, karena ekspor kita bagus," ujar Febrio Nathan Kacaribu, Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menilai laju pertumbuhan ekonomi kuartal III akan lebih tinggi dibandingkan kuartal II-2025 yang sebesar 5,12% yoy. Ia menekankan ekspor masih menjadi penopang utama, dengan tren peningkatan yang berlanjut hingga akhir tahun.

"Jadi dengan tren kuartal III akan lebih tinggi dari kuartal II, dan kuartal IV lebih tinggi dari kuartal III," ujar Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Senin (3/11/2025).

Baik BI maupun pemerintah optimistis laju ekonomi akan terus meningkat hingga akhir tahun, di mana Kementerian Keuangan memperkirakan pertumbuhan kuartal IV-2025 bisa mencapai 5,5%, ditopang stimulus fiskal dan kebijakan moneter longgar yang menjaga likuiditas perekonomian.

Secara historis, dalam 10 tahun terakhir pada pertumbuhan ekonomi di kuartal III cenderung lebih seiring di bawah dari pertumbuhan di kuartal II.

Sejak 2015 hingga 2024, dari total 10 tahun tersebut, sebanyak tujuh kali laporan pertumbuhan ekonomi di kuartal III lebih rendah dibandingkan kuartal II.

Hal ini terjadi akibat di kuartal II biasanya menjadi puncak pertumbuhan ekonomi seiring dengan adanya libur sekolah serta bertepatan dengan musim lebaran yang biasanya meningkatkan konsumsi rumah tangga.

Dan laju pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan pada kuartal berikutnya.

Rebalancing MSCI

Pelaku pasar hari ini juga akan mencermati pengumuman tinjauan reguler (index review) MSCI untuk periode November 2025.

Perubahan konstituen yang diumumkan akan mulai berlaku efektif pada 25 November 2025 mendatang, dan biasanya menimbulkan periode volatilitas tinggi menjelang implementasi.

Dalam tinjauan kali ini, sejumlah saham Indonesia disebut berpotensi mengalami perubahan posisi dalam indeks MSCI.

Beberapa emiten domestik yang dinilai berpeluang masuk atau naik kelas antara lain PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), setelah keduanya diperkirakan telah memenuhi syarat free float dan likuiditas.

Sebaliknya, sejumlah saham disebut berisiko keluar atau diturunkan kelas, seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).

Masuknya saham ke dalam indeks MSCI biasanya mendorong aliran dana asing (foreign inflow) karena banyak dana indeks dan exchange-traded fund (ETF) global yang mereplikasi konstituen MSCI.

Namun sebaliknya, keluarnya saham dari indeks dapat menimbulkan tekanan jual akibat penyesuaian portofolio oleh manajer investasi global.

Periode antara pengumuman hingga tanggal efektif pada 25 November 2025 mendatang, diperkirakan akan menjadi momen yang cukup dinamis bagi IHSG, terutama bagi saham-saham dengan kapitalisasi besar yang menjadi kandidat perubahan.

Jika terdapat lebih banyak saham besar yang keluar atau turun kelas, sentimen pasar bisa tertekan, dan menjadi salah satu pemicu koreksi IHSG dalam jangka pendek.

Dolar AS Menggila

Indeks dolar AS semakin menggila dan menembus level 100 pada hari ini, Rabu (5/11/2025) pukul 05.36 WIB. Indeks mencapai 100,198 atau posisi tertingginya sejak 19 Mei atau lima bulan lebih.

Indeks yang melonjak menandai besarnya minat investor dalam membeli dolar AS dan meninggalkan instrumen lain. Kondisi ini bisa memicu outflow, terutama dari Emerging Market seperti Indonesia. Nila tukar rupiah pun bisa semakin tertekan.

Shutdown Pemerintah AS Pecahkan Rekor Terpanjang dalam Sejarah

Pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi mencatatkan sejarah baru pekan ini, setelah penutupan (shutdown) pemerintahan federal memasuki hari ke-36 pada hari ini, Rabu (5/11/2025).

Dengan demikian, shutdown kali ini menjadi yang terpanjang dalam sejarah AS, melampaui rekor sebelumnya selama 35 hari yang terjadi pada Desember 2018 hingga Januari 2019.

Kebuntuan politik antara Presiden Donald Trump dan kongres yang dikuasai Partai Demokrat menjadi penyebab utama berlarutnya penghentian kegiatan pemerintahan ini.

"Saya tidak akan diperas oleh Demokrat. Kami akan terus melakukan voting," tegas Trump dalam wawancaranya dengan CBS "60 Minutes" pada akhir pekan lalu, menolak kemungkinan kompromi jangka pendek.

Dampak shutdown kini semakin terasa di berbagai sektor perekonomian.

Ribuan pegawai pengatur lalu lintas udara (air traffic controller) dan petugas keamanan bandara (TSA) absen bekerja yang menyebabkan penundaan penerbangan di berbagai kota besar AS.

Sementara itu, sekitar 42 juta warga AS yang bergantung pada bantuan pangan federal (SNAP) dipastikan hanya akan menerima setengah dari manfaat bulanan mereka untuk November, menambah tekanan sosial di tengah biaya hidup yang tinggi.

Shutdown kali ini telah menimbulkan dampak ekonomi yang signifikan mulai dari pelemahan aktivitas bandara hingga keterlambatan distribusi logistik di AS.

Kondisi ini juga menekan kepercayaan bisnis dan konsumen, terutama karena ketidakpastian kapan negosiasi di Capitol Hill akan membuahkan hasil. Sejumlah senator dari kedua partai mengakui frustrasi atas kebuntuan ini, meski ada indikasi bahwa pembicaraan informal di balik layar mulai terjadi.

Namun hingga kini, belum ada tanda-tanda jelas bahwa pemerintahan Trump siap melakukan kompromi atau membuka kembali layanan federal secara penuh.

kelanjutan shutdown ini menambah tekanan terhadap ekonomi AS yang sebelumnya sudah menghadapi risiko perlambatan akibat ketidakpastian kebijakan fiskal dan moneter.

Investor global kini menanti dampaknya terhadap lapangan kerja, belanja konsumen, dan potensi revisi pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2025.

(evw/evw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular