Newsletter

Hari Penentuan! Data PDB Dirilis Saat Dolar Ngamuk, Bisa RI Bertahan?

Elvan Widyatama,  CNBC Indonesia
05 November 2025 06:15
New York Stock Exchange (NYSE)
Foto: Foto Kolase Rupiah dan Saham. (CNBC Indonesia)

Dari bursa saham AS, Wall Street ambruk berjamaah pada perdagangan Selasa atau Rabu dini hari waktu Indonesia. Saham ambruk di tengah penurunan saham-saham terkait kecerdasan buatan (AI) seperti Palantir, karena investor semakin khawatir tentang valuasi pada saham-saham yang memimpin pasar bullish.

Indeks S&P 500 turun 1,17% dan ditutup di 6.771,55, sementara Nasdaq Composite anjlok 2,04% menjadi 23.348,64. Dow Jones Industrial Average kehilangan 251,44 poin, atau 0,53%, ke 47.085,24.

Saham Palantir turun sekitar 8%, meskipun perusahaan perangkat lunak ini melampaui perkiraan Wall Street untuk kuartal ketiga dan memberikan panduan yang kuat, didorong oleh pertumbuhan bisnis AI-nya.

Saham ini telah naik lebih dari 150% tahun ini dan diperdagangkan pada lebih dari 200 kali laba di masa depan. Artinya, investor pada saham ini dan saham AI lainnya mengharapkan perusahaan terus menaikkan proyeksi laba dan pendapatan secara signifikan agar investor tetap membeli saham tersebut.

Oracle, yang memiliki rasio P/E ke depan lebih dari 33, turun hampir 4%, mengikis hampir 50% kenaikan tahun ini. Pembuat chip AMD, yang nilainya telah lebih dari dua kali lipat tahun ini, kehilangan hampir 4%. Saham AI lainnya seperti Nvidia dan Amazon juga mengalami penurunan.

Kenaikan saham AI telah mendorong rasio harga-laba ke depan S&P 500 ke atas 23, mendekati level tertingginya sejak tahun 2000.

Saham-saham ini telah mengangkat pasar secara keseluruhan ke level baru dalam beberapa bulan terakhir.

Anthony Saglimbene dari Ameriprise mengatakan tanpa adanya koreksi, valuasi mulai menjadi "sangat tinggi.

"Kita belum benar-benar melihat koreksi besar atau tekanan nyata pada saham sejak April. Laba baik, tapi saya rasa investor mulai bertanya pada diri sendiri, berdasarkan laju investasi belanja modal dari beberapa perusahaan Big Tech utama ini," kata Anthony, kepada CNBC International.

Komentar dari CEO Goldman Sachs dan Morgan Stanley menambah hilangnya kepercayaan investor pada hari Selasa.

David Solomon dari Goldman mengatakan kemungkinan akan ada penurunan 10-20% di pasar saham dalam 12 hingga 24 bulan ke depan.

Selain itu, CEO Morgan Stanley, Ted Pick, mengatakan kita juga harus menyambut kemungkinan terjadinya penurunan 10-15% yang tidak disebabkan oleh semacam efek jurang makro.

"Fundamental masih baik, tapi saya sepenuhnya mengharapkan akan ada periode penurunan kecil," kata Saglimbene.

(evw/evw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular