
Bikin Jantungan & Tekor, Apa 10 Saham Ini Gorengan?

Jakarta, CNBC Indonesia — Saham gorengan selalu memakan korban para investor ritel, menggambarkan fenomena yang sudah lama terjadi di pasar modal Indonesia. Saham gorengan merujuk pada saham yang harganya digerakkan secara tidak wajar oleh pihak tertentu.
Mekanisme saham gorengan biasanya bandar mengumpulkan saham murah dalam jumlah besar saat sepi. Mereka menggoreng harga dengan aksi beli-besar-besaran untuk menarik perhatian publik.
Tak luput, pom-pomers atau influencer mulai menyebarkan narasi bahwa saham ini "akan terbang". Akhirnya investor ritel tergoda dan ikut beli, berharap cuan cepat.
Investor ritel pun akhirnya membeli di harga pucuk. Begitu harga naik tinggi, bandar melepas sahamnya alias profit taking. Harga saham pun anjlok tajam, dan investor ritel yang telat masuk jadi korban.
Akhir-akhir ini investor tengah ramai membicarakan beberapa saham di beberapa platform saham. Saham ini berhasil membuat investor ritel kapok hingga frustasi akan kerugian di beberapa saham yang mulanya mencatatkan kenaikan tajam, kini mulai berbalik arah Auto Rejection Bawah (ARB) beberapa hari beruntun dalam sepekan terakhir.
Bahkan dalam sepekan terakhir, saham-saham tersebut mencatatkan penurunan hingga 50%.
Saham dengan pergerakan baik roller coaster, naik dan turun sangat tajam identik dengan saham gorengan.
Saham gorengan memang sering menjadi "jebakan manis" bagi investor ritel. Saham seperti ini biasanya naik tinggi dengan cepat, tapi tanpa fundamental yang kuat, lalu jatuh dalam waktu singkat.
Sebelum kejatuhan yang sangat masif dengan Auto Rejection Bawah (ARB) beruntun, biasanya saham tersebut akan mengalami kenaikan masif hingga Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan Unusual Market Activity (UMA) hingga suspensi saham.
UMA merupakan peringatan dari BEI terhadap aktivitas perdagangan yang tidak biasa pada suatu saham.
Aktivitas yang dimaksud bisa berupa Lonjakan harga saham yang sangat cepat (unusual price movement), lonjakan atau penurunan drastis dalam volume transaksi, dan perubahan pola transaksi yang tidak wajar dibandingkan hari-hari sebelumnya.
UMA diberikan bertujuan untuk memberi peringatan kepada investor agar berhati-hati dan melakukan analisis lebih dalam sebelum mengambil keputusan.
Kemudian memberi sinyal kepada publik bahwa ada aktivitas yang tidak sepenuhnya normal, bisa karena spekulasi berlebihan, rumor, atau aksi pihak tertentu (gorengan). Selain itu memberi waktu BEI untuk memantau apakah pergerakan tersebut murni karena mekanisme pasar, atau karena manipulasi (misalnya pump and dump).
Usai UMA, tradisi saham yang melonjak masif selanjutnya adalah suspensi, yakni penghentian sementara perdagangan saham oleh BEI.
Tujuan Suspensi untuk menjaga keteraturan dan kewajaran pasar (fair market), melindungi investor dari potensi manipulasi harga atau transaksi spekulatif berlebihan, dan memberi waktu kepada publik untuk mencerna informasi yang ada.
Suspensi biasanya 1 hari atau beberapa sesi, bisa dibuka kembali jika kondisi sudah stabil. Namun, bisa juga suspensi hingga batas waktu tidak ditentukan, hal ini jika pergerakan dianggap terlalu ekstrem atau ada pelanggaran serius.
Sehingga sebelum membeli saham, pastikan mengenali saham yang akan dibeli, utamakan jangan FOMO. Kemudian cek-cek rencana perseroan apakah akan ada rencana aksi korporasi yang dapat mendorong peningkatan kinerja keuangan. Dan tentunya selalu cek fundamentalnya sebelum melakukan aksi pembelian.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)