Newsletter

Jurus Pajak Purbaya di Tengah Amukan Trump, Bisa Redam Badai?

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
Rabu, 15/10/2025 06:17 WIB
Foto: Ilustrasi Trading
  • Pasar keuangan Indonesia babak belur pada perdagangan kemarin, IHSG dan rupiah ambruk
  • Wall Street bergerak beragam di tengah isu panas hubungan China-AS
  • Memanasnya perang dagang, pidato Powell dan rencana stimulus dalam negeri sakan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan Indonesia kembali bergejolak pada perdagangan Selasa (14/10/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok tajam hampir 2%, sementara rupiah melanjutkan pelemahannya di tengah penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran pasar terhadap arah kebijakan The Federal Reserve (The Fed).

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih bergejolak pada perdagangan hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin, Selasa (14/10/2025) ditutup melemah 1,96% ke posisi 8.066,52, menghapus kenaikan dua hari beruntun dan menjadi penurunan harian terdalam sejak Juli 2025.

Nilai transaksi mencapai Rp25,4 triliun dengan kapitalisasi pasar susut menjadi Rp14.732 triliun.

Sebanyak 583 daham melemah, 84 stagnan sementara 138 menguat. Volume transaksi mencapai 48,3 miliar dengan nilai Rp 32 triliun. Investor asing mencatat net sell sebesar Rp 1,36 triliun.



Aksi jual besar-besaran melanda saham-saham berkapitalisasi jumbo, terutama di sektor energi, perbankan, dan infrastruktur. Saham Grup Prajogo Pangestu seperti Barito Pacific (BRPT), Chandra Asri (TPIA), dan Barito Renewables (BREN) menjadi pemberat utama bersama saham-saham bank besar BBRI, BMRI, BBCA, dan BBNI yang kompak terkoreksi.

Pelemahan IHSG terjadi seiring meningkatnya aversi risiko investor global setelah tensi antara AS dan China kembali memanas. Sentimen negatif datang dari pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengancam akan mengenakan tarif hingga 100% terhadap produk logam tanah jarang (rare earth) dari China.

Kebijakan tersebut memicu aksi jual di bursa Asia dan memperburuk tekanan terhadap pasar domestik. Selain faktor eksternal, aksi profit taking juga tak terhindarkan setelah IHSG sempat mencetak rekor harga tertinggi baru di pekan sebelumnya.


(emb/emb)
Pages