
Badai Data di Depan Mata & Shutdown AS: RI Hadapi Pekan Menegangkan

Bursa saham AS atau Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan Jumat (3/10/2025), di tengah berlanjutnya penutupan pemerintahan atau government shutdown yang telah berlangsung sejak Rabu (1/10/2025). Meski demikian, bursa AS masih membukukan kenaikan yang solid secara kumulatif mingguan.
Indeks S&P 500 nyaris tak berubah dengan kenaikan tipis 0,01% ke level 6.715,79, sementara Nasdaq Composite turun 0,28% menjadi 22.780,51.
Di sisi lain, Dow Jones Industrial Average justru menguat 0,51% atau 238,56 poin ke posisi 46.758,28. Ketiga indeks tersebut sempat menyentuh rekor tertingginya pada awal sesi perdagangan Jumat (3/10/2025).
Tekanan muncul di sesi sore atau menjelang penutupan akibat pelemahan saham-saham teknologi seperti Palantir Technologies yang anjlok 7,5%, serta Tesla dan Nvidia yang masing-masing turun lebih dari 1%.
Peningkatan CBOE Volatility Index (VIX) juga menandakan meningkatnya kekhawatiran investor terhadap potensi koreksi pasar.
"Beberapa investor mulai mencari perlindungan melalui kontrak opsi put terhadap kemungkinan penurunan S&P 500," mengutip dari CNBC International.
Meskipun shutdown menimbulkan ketidakpastian, pelaku pasar tampak masih optimistis. Shutdown ini telah menyebabkan "data blackout" karena Departemen Tenaga Kerja AS menghentikan hampir seluruh aktivitasnya, termasuk laporan non-farm payrolls untuk September yang seharusnya dirilis Jumat lalu. Kondisi ini membatasi data ekonomi yang dapat menjadi acuan Federal Reserve (The Fed) pada pertemuan 29 Oktober mendatang.
Alat pemantau CME FedWatch memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin di Oktober.
"Kami melihat data ketenagakerjaan swasta yang lemah pada September sudah cukup untuk membenarkan langkah pemangkasan suku bunga oleh The Fed di pertemuan FOMC Oktober," ujar Jennifer Timmerman, Senior Investment Strategy Analyst di Wells Fargo Investment Institute.
Ia menambahkan, "Prospek pelonggaran moneter lebih lanjut, ditambah sinyal pelemahan ekonomi dari data ketenagakerjaan terbaru, telah memperkuat reli saham dan menahan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun di kisaran rendah, yakni 4,11%, yang turut membantu mendorong S&P 500 ke level tertinggi sepanjang masa."
(evw/evw)