
Pemilik Emas, Bersiaplah: Pesta Baru Dimulai, US$4000 Bukan Lagi Batas

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas melesat nyaris mendekati US$3.900 per troy ons. Harga emas mencapai rekor tertinggi baru usai penutupan pemerintah Amerika Serikat (AS) mengurangi selera risiko investasi terhadap aset beresiko, sehingga safe haven kini menjadi buruan.
Pada perdagangan Rabu (1/9/2025), harga emas dunia naik 0,19% di level US$3.865,45 per troy ons. Pada perdagangan intraday, harga emas sempat menyentuh level tertingginya di US$3.895,09 per troy ons. Harga telah naik hampir 50% sejak awal tahun. Emas juga mencetak rekor tiga hari beruntun.
Pada perdagangan hari ini Kamis (2/10/2025) hingga pukul 06.42 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,16% di posisi US$3.859,34 per troy ons.
Harga emas melonjak ke level tertinggi baru pada hari Rabu, hampir US$3.900 per troy ons, karena pemerintah AS memasuki penutupan pertamanya dalam hampir tujuh tahun setelah anggota parlemen gagal mencapai kesepakatan mengenai pendanaan pemerintah.
Meskipun dampak penutupan pemerintah terhadap pasar biasanya minimal, waktu penutupan ini signifikan.
Data ketenagakerjaan AS yang penting yang seharusnya dipublikasikan pada Jumat akan tertunda, sehingga mengaburkan prospek The Federal Reserve hanya beberapa minggu sebelum pertemuan berikutnya.
Presiden AS Donald Trump juga mengancam akan menggunakan penutupan tersebut untuk memangkas banyak pegawai federal, yang biasanya dirumahkan selama penutupan dan dipekerjakan kembali setelah berakhir.
Tanpa adanya jalur yang jelas menuju kesepakatan, juga tidak jelas berapa lama penutupan pemerintah akan berlangsung. Selama masa jabatan pertama Trump, penutupan sebagian pemerintah berlangsung selama 34 hari, yang terpanjang dalam sejarah.
Di tengah ketidakpastian, aset berisiko melemah, sementara emas yang biasanya dipandang sebagai aset safe haven di masa gejolak ekonomi atau geopolitik melanjutkan reli besar-besarannya hingga mencapai rekor tertinggi ke-39 tahun ini.
Akankah Emas Menyentuh US$4.000 per troy ons?
"Status emas sebagai safe haven sudah dipublikasikan dengan baik, tetapi kenaikan harga emas yang tak terelakkan selama beberapa tahun terakhir sungguh mencengangkan, dengan logam mulia tersebut mencapai titik tertinggi baru hari ini," ujar Michael Field, kepala strategi ekuitas di Morningstar, kepada CNBC Internasional melalui email pada hari Rabu.
"Dua konflik besar yang sedang berlangsung, ketidakstabilan politik di Prancis, tarif yang baru diumumkan, semua ini berpadu menciptakan kondisi yang sangat tidak stabil bagi investor. Ketika situasi sulit, emas justru menguat" ujarnya.
Philippe Gijsels, kepala strategi di BNP Paribas Fortis, telah lama berpandangan bahwa emas dapat menembus angka US$4.000 per troy ons, dan kini ia yakin logam mulia tersebut dapat melonjak lebih tinggi lagi.
"Emas dengan cepat mendekati target US$4.000 per troy ons yang kami tetapkan, sekitar satu setengah tahun yang lalu," ujarnya.
"Saat itu, pergerakan tersebut semata-mata didorong oleh aksi beli bank sentral sementara investor merupakan penjual bersih logam mulia tersebut, [tetapi] sejak awal tahun, investor mulai ikut serta yang jelas mempercepat pergerakan ke arah kenaikan." imbuhnya.
Ia berpendapat bahwa di tengah ketidakpastian dan volatilitas yang berkelanjutan, serta lingkungan inflasi yang stagnan di seluruh dunia, investor secara umum berpandangan bahwa mereka harus melakukan diversifikasi dari strategi portofolio klasik 60/40 dengan aset keras seperti emas.
"Namun, kita masih sangat awal dalam permainan ini karena emas, dan investasi terkait emas, baru mencapai 2% dari portofolio investasi rata-rata di seluruh dunia. Dalam istilah bisbol, kita baru berada di babak kedua atau ketiga. Level US$4.000 tidak akan menjadi titik akhir, hanya awal dari pasar bullish terkuat untuk logam mulia yang pernah ada di dunia," tambah Gijsels.
Dalam sebuah catatan kepada klien pada Rabu pagi, Ahli Strategi UBS Joni Teves juga berpendapat bahwa emas masih kurang diminati.
"Kami memperkirakan tren bullish emas akan berlanjut di beberapa kuartal mendatang, didorong oleh meningkatnya posisi investor dan terus meluasnya basis investor emas. Dengan siklus pelonggaran The Fed yang sedang berlangsung, pelemahan dolar dan penurunan suku bunga riil seharusnya menjadi sentimen bullish bagi harga emas," ujarnya.
Teves mencatat bahwa UBS memperkirakan reli akan mereda menjelang akhir tahun 2026, untuk mengantisipasi berakhirnya siklus pelonggaran The Fed dan membaiknya kondisi ekonomi.
"Namun, mengingat pergeseran struktural peran emas menjadi bagian inti dari alokasi aset strategis, kami memperkirakan koreksi pada akhirnya akan terkendali dan harga akan stabil pada level tertinggi sepanjang sejarah dalam jangka panjang," tambahnya.
