Harga Emas Mengamuk, Perak Cetak Rekor: Ramalan Terbaru Bikin Ngeri
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas kembali mencatatkan kenaikan, bahkan harga perak menembus level US$66 per troy ons untuk pertama kalinya. Penguatan dua komoditas ini didorong oleh pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang lemah.
Pada perdagangan hari ini Kamis (18/12/2025) hingga pukul 06.39 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,03% di posisi US$4.339,36 per troy ons.
Sementara pada perdagangan sebelumnya Rabu (17/12/2025), harga emas dunia naik 0,87% di level US$4.340,81 per troy ons. Kenaikan ini menjadi penguatan harga emas selama tujuh hari beruntun.
Pada Selasa, data menunjukkan tingkat pengangguran naik menjadi 4,6%, level tertinggi sejak September 2021.
Kelemahan di pasar tenaga kerja dapat meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga, dan pada gilirannya menguntungkan aset yang tidak menghasilkan imbal hasil seperti emas.
"Pasar terus memperkirakan The Federal Reserve akan memangkas suku bunga dua kali selama paruh pertama tahun 2026, yang dapat terus mendukung harga emas selama periode tersebut," ujar Bas Kooijman, CEO dan manajer aset DHF Capital S.A.
Minggu lalu, The Federal Reserve AS memangkas suku bunga 25 bps untuk ketiga dan terakhir tahun ini. Investor sekarang memperkirakan ada pemangkasan 25 basis poin pada 2026.
Pasar menanti data inflasi yang menjadi salah satu barometer pertimbangan The Fed. Data Indeks Harga Konsumen November yang akan dirilis pada Kamis malam ini, dan indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi pada Jumat.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump memerintahkan blokade semua kapal tanker minyak yang dikenai sanksi yang masuk dan keluar Venezuela, dalam langkah terbaru Washington untuk meningkatkan tekanan pada pemerintahan Nicolas Maduro, yang menambah permintaan aset safe-haven.
Emas Diprediksi Akan Kembali Bersinar Tahun Depan
Emas telah mengalami lonjakan terbesar sejak krisis minyak 1979 pada tahun 2025, dengan harga berlipat ganda dalam dua tahun terakhir, kinerja yang sebelumnya mungkin berarti prediksi koreksi besar.
Namun, semakin banyaknya investor dan faktor-faktor mulai dari kebijakan AS hingga perang di Ukraina membuat para analis di JP Morgan, Bank of America, dan konsultan Metals Focus sekarang memperkirakan harga emas batangan akan mencapai US$5.000 per troy ons pada tahun 2026.
Ahli strategi BofA, Michael Widmer, mengatakan ekspektasi kenaikan lebih lanjut atau diversifikasi portofolio mendorong pembelian, dengan dorongan dari defisit fiskal AS, upaya untuk mempersempit defisit neraca transaksi berjalan AS, dan kebijakan dolar yang lemah.
Philip Newman, direktur pelaksana di Metals Focus, mengatakan dukungan lebih lanjut berasal dari kekhawatiran tentang independensi The Federal Reserve AS, perselisihan tarif, dan geopolitik termasuk perang di Ukraina dan interaksi Rusia dengan negara-negara NATO di Eropa.
Morgan Stanley memperkirakan harga emas mencapai US$4.500 per troy ons pada pertengahan 2026, sementara JP Morgan memperkirakan harga rata-rata di atas US$4.600 per troy ons pada kuartal kedua dan lebih dari US$5.000 per troy ons pada kuartal keempat, dan Metals Focus memperkirakan harga emas mencapai US$5.000 per troy ons pada akhir tahun 2026.