
September Ceria IHSG Tahun Ini, Apa Saja Pendorongnya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang September biasanya cenderung melemah. Namun, anomali terjadi tahun ini di mana September menjadi bulan yang hijau melambung tinggi dibandingkan 10 tahun terakhir.
September sering kali dikaitkan dengan sentimen negatif bukan hanya di Indonesia melainkan juga di index luar negeri.
Namun hal ini bukan hal yang pasti karena beberapa kali dalam kalender tahunan, September pernah mencatat kinerja positif di pasar saham baik IHSG maupun yang lainnya.
September Ceria di 2025, Karena Efek Menkeu Baru?
September ini dibuka dengan pelemahan secara langsung pada IHSG akibat panasnya aksi demonstrasi yang terjadi pada akhir Agustus.
IHSG sempat ambruk setelah kabar mengejutkan yakni reshuffle besar-besaran di Kabinet Merah Putih. Kejutan datang dengan digantinya Menteri Keuangan Sri Mulyani oleh Purbaya Yudhi Sadewa.
Awal berita tersebut keluar pada Rabu (8/9/2025), IHSG mengalami pelemahan hingga ke level 7.600. Namun hal ini tidak berlangsung lama, Purbaya memberikan nuansa yang berbeda dibandingkan dengan pendahulunya yang lebih serius dan berhati-hati dalam berucap.
Di lain sisi, Purbaya lebih cowboy dan lebih berbicara ke pihak media secara gamblang dan sesuai dengan realitas yang ada tanpa melalui proses filter, sehingga banyak pernyataan-pernyataannya yang kontroversial.
Seiring dengan berjalannya waktu, kebijakan-kebijakan yang dieksekusi oleh Purbaya ternyata dinilai pasar memberikan udara segara dan sinyal kuat secara langsung bagi pasar saham. Seperti kebijakan Rp200 triliun untuk Bank Himbara dan Cukai Rokok yang tidak berubah, sehingga meningkatkan harga saham perbankan Himbara yang sangat besar bobotnya di pasar saham Indonesia serta emiten rokok yang mengalami peningkatan hingga puluhan persen.
Akibat dari kebijakan-kebijakan inilah yang dinilai mampu membuat pergerakan IHSG mengalami peningkatan dalam 1 bulan.
Di luar pergantian Menkeu, sejumlah sentimen juga menopang kinerja IHSG September. Di antaranya adalah pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan bank sentral Amerika Serikat (AS).
Faktor Adanya "Kutukan Bulan September"
Walaupun tendensi ini sering terjadi, terdapat alasan ilmiah di balik fenomena yang terjadi pada September ini. Dikarenakan Indonesia adalah negara yang sangat terdampak oleh investor asing, maka IHSG seringkali terdampak ketika investor asing melakukan net foreign sell dari bursa efek Indonesia. Berikut beberapa hal yang menciptakan dampak sell-off pasar saham terutama di Indonesia.
1.Faktor Psikologis Investor Asing
Investor yang berinvestasi di Indonesia rata-rata berada di Singapura, Malaysia, China, Hong Kong, dan Jepang, hal ini mengindikasikan mayoritas investor asing di Indonesia adalah Investor yang memiliki empat musim.
China, Hong Kong, dan Jepang memiliki empat musim di mana pada bulan September merupakan akhir dari libur musim panas. Setelah melewati libur musim panas, investor melakukan aksi penjualan untuk kalibrasi ulang portofolio mereka terhadap saham-saham yang diperkirakan akan underperform.
2.Tendensi Historis
Tendensi terhadap harga bulan September yang cenderung menurun, mengakibatkan investor memilih untuk tidak melakukan pembelian pada bulan September dan menunggu situasi yang lebih baik atau bulan selanjutnya di Oktober di mana lebih cenderung netral.
3. Efek Window Dressing
Window dressing dilakukan oleh perusahaan fund manager di seluruh belahan dunia yang melakukan investasi di pasar saham. Beberapa manajer investasi akan "membersihkan" portofolio mereka sebelum menerbitkan laporan kuartalan.
Ini bisa berarti menjual saham-saham yang berkinerja buruk agar tidak muncul di laporan, hal ini juga menciptakan tekanan jual di pasar secara keseluruhan.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(gls/gls)