Newsletter

Shutdown AS & Kabar China Menghantui, IHSG & Rupiah Terancam Lagi

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
30 September 2025 06:05
Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)
Foto: Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)

Pasar saham Amerika Serikat (AS) Wall Street kompak berpesta pada perdagangan kemarin. Indeks Wall Street menguat seiring investor menepis ketidakpastian penutupan pemerintah AS.

Pada perdagangan Senin (29/9/2025), Dow Jones menguat 0,15% di level 46.316,07. Sementara itu, S&P 500 naik 0,26% di level 6.661,21 dan Nasdaq terapresiasi 0,48% 22.591,15.

Indeks Wall Street ditutup menguat pada hari Senin, dimana Nasdaq memimpin penguatan seiring investor membeli saham-saham teknologi kelas berat dan mengabaikan ketidakpastian potensi penutupan pemerintah AS serta pernyataan agresif dari pejabat The Federal Reserve (The Fed).

Saham teknologi memberikan dorongan terbesar bagi indeks acuan S&P karena investor bertaruh pada pertumbuhan dari kecerdasan buatan dan ekspektasi bahwa The Fed akan terus memangkas suku bunga seiring bergulat dengan kekhawatiran inflasi yang terus berlanjut dan ketidakpastian pasar tenaga kerja.

Fokus utama Wall Street minggu ini adalah kebuntuan antara Partai Republik dan Demokrat mengenai pendanaan yang telah meningkatkan prospek penutupan pemerintah mulai Rabu, hari pertama tahun fiskal baru pemerintah AS.

Meskipun Departemen Tenaga Kerja bersiap menghadapi potensi penundaan laporan ketenagakerjaan bulan September jika terjadi penutupan pemerintah, hal ini tampaknya bukan pendorong utama pasar, menurut Lindsey Bell, kepala strategi di 248 Ventures di Charlotte, Carolina Utara.

"Investor berpegang teguh pada hal-hal positif," ujar Bell, merujuk pada harapan pelonggaran suku bunga dan tanda-tanda ketahanan ekonomi dari rilis terbaru termasuk data pasar perumahan dan belanja konsumen.

Menurutnya, pasar tidak akan melonjak tinggi, karena ini merupakan risiko.

Namun, investor dapat mempertimbangkan potensi penutupan pemerintah, karena jika terjadi, kemungkinan besar akan segera teratasi dan pasar dapat kembali berfokus pada hal-hal yang penting, seperti pendapatan, kebijakan moneter, dan investasi AI.

Meskipun penutupan pemerintah cenderung tidak memengaruhi hasil perusahaan secara historis, ancaman yang akan segera terjadi mungkin membatasi keuntungan dan membuat volume perdagangan tetap rendah pada hari Senin, menurut Burns McKinney, manajer portofolio dan NFJ Investment Group di Dallas, Texas.

"Satu-satunya alasan hal itu akan benar-benar menggerakkan pasar adalah jika memengaruhi laba bersih. Secara historis, penutupan pemerintah berlangsung singkat dan tidak berdampak pada profitabilitas sehingga investor cenderung berorientasi ke masa depan," ujar McKinney.

Investor juga memantau komentar para pembuat kebijakan The Fed untuk mencari tanda-tanda kekhawatiran atas potensi hilangnya visibilitas ekonomi jika penutupan pemerintah benar-benar terjadi.

Presiden The Fed Cleveland, Beth Hammack, salah satu pejabat The Fed yang paling hawkish dan bukan pemilih dalam kebijakan tahun ini, mengatakan pada hari Senin bahwa bank sentral perlu mempertahankan kebijakan moneter yang ketat untuk mendinginkan inflasi.

Presiden The Federal Reserve St. Louis, Alberto Musalem, yang merupakan pemilih dalam suku bunga tahun ini, mengatakan ia terbuka terhadap penurunan suku bunga lebih lanjut.

Namun, The Fed harus berhati-hati dan mempertahankan suku bunga cukup tinggi untuk terus menekan inflasi, yang masih sekitar satu poin persentase di atas target bank sentral sebesar 2%.

Perangkat FedWatch CME Group menunjukkan trader memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed berikutnya sekitar 89%.

(saw/saw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular