Newsletter

IHSG Meroket, Rupiah Tercekik: Kontras Ekonomi RI yang Bikin Gelisah

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
25 September 2025 06:03
Pedagang Christopher Lagana bekerja di lantai Bursa Efek New York, Jumat, 11 April 2025.
Foto: Foto Kolase Rupiah dan Saham. (CNBC Indonesia)

Bursa saham AS ditutup di zona merah pada perdagangan Rabu atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Bursa Wall Street ambruk karena raksasa kecerdasan buatan (AI) Nvidia dan Oracle berada di bawah tekanan selama kedua berturut-turut.

Indeks S&P turun 0,28% dan ditutup pada level 6.637,97, sementara Nasdaq Composite melemah 0,34% menjadi 22.497,86. Dow Jones Industrial Average jatuh 171,50 poin, atau 0,37%, menutup perdagangan di 46.121,28.

S&P 500 menutup perdagangan Selasa di zona merah, menghentikan tren kemenangan tiga hari, karena kekhawatiran seputar perdagangan AI. Indeks sempat mencapai rekor intraday tertinggi dalam sesi tersebut dan mencatat penutupan rekor pada Senin. Nasdaq yang didominasi saham teknologi juga turun, terbebani oleh Nvidia.

Nvidia turun hampir 1%, melanjutkan penurunan sejak Selasa karena meningkatnya kekhawatiran tentang potensi sifat siklus industri AI yang membuat investor skeptis.

Awal minggu ini, perusahaan pembuat chip tersebut mengumumkan kemitraan senilai US$100 miliar dengan OpenAI. Rekan AI terkemuka lainnya, Oracle, juga jatuh untuk hari kedua berturut-turut, kehilangan hampir 2% pada Rabu.

Kerugian Nasdaq sempat menyempit menjelang penutupan karena saham Intel melonjak lebih dari 6% setelah Bloomberg, mengutip sumber yang mengetahui masalah ini, melaporkan bahwa perusahaan chip tersebut sedang mencari investasi dari Apple. Hal ini terjadi beberapa hari setelah Nvidia mengumumkan investasi $5 miliar di perusahaan yang sama.

Selain nama-nama tersebut, saham Micron Technology turun hampir 3% karena laporan laba dan proyeksi perusahaan tidak cukup kuat untuk memuaskan investor, menandakan bahwa kepercayaan pada perdagangan AI masih menjadi pertanyaan.

"Teknologi mungkin sedikit overvalued. Ini mungkin berlangsung beberapa hari," kata Jay Hatfield, CEO Infrastructure Capital Advisors, kepada CNBC International, menambahkan bahwa tidak ada alasan nyata untuk bersikap bullish.

 

S&P 500 masih naik hampir 3% sepanjang bulan, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata penurunan September sebesar 4,2% dalam lima tahun terakhir.

Pelaku pasar bersikap hati-hati menjelang data klaim pengangguran pada Kamis dan data inflasi PCE pada Jumat. Mereka juga memantau perkembangan mengkhawatirkan terkait potensi penutupan pemerintahan (government shutdown).

Presiden AS Donald Trump telah membatalkan pertemuan yang dijadwalkan minggu ini dengan Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer dan Pemimpin Minoritas DPR Hakeem Jeffries, yang seharusnya bisa mencegah shutdown sebelum tenggat 30 September.

(emb/emb)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular