Rupiah Jadi Mata Uang Terlemah di Asia, Won - Yen Malah Terbang Tinggi

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
25 September 2025 09:45
Karyawan menghitung uang di tempat penukaran uang di money Changer Valuta Artha Mas, Mall Ambasador, Kuningan, Jakarta, (21/6/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Karyawan menghitung uang di tempat penukaran uang di money Changer Valuta Artha Mas, Mall Ambasador, Kuningan, Jakarta, (21/6/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia -Nilai tukar mata uang Asia bergerak cukup beragam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (25/9/2025).

Merujuk data Refinitiv, per pukul 09.15 WIB, rupiah terpantau menjadi mata uang yang paling lemah di Asia terhadap dolar AS. Sedangkan, won Korea berhasil tampil paling tangguh diantara mata uang Asia lainnya.

Rupiah sedang mengalami tekanan dengan pelemahan sebesar 0,39% hingga menembus level psikologis nya di Rp16.735/US$, hal ini sekaligus menjadikan pelemahan terbesar dibandingkan mata uang asia lainnya. Namun rupiah tidak sendirian, peso Filipina turut tertekan hingga melemah 0,35% di level PHP 57,796/US$.

Yang diikuti juga oleh pelemahan ringgit Malaysia sebesar 0,24% ke posisi MYR 4,215/US$. Dolar AS turut menguat terhadap dolar Taiwan, baht Thailand, dan dong Vietnam dengan masing-masing melemah 0,14%, 0,12%, dan 0,06%.

Namun demikian, beberapa mata uang Asia lainnya justru terlihat sedang dalam penguatan terhadap dolar AS.

Won Korea menjadi pemimpin penguatan dengan terapresiasi 0,36% ke level KRW 1399,9/US$, diikuti oleh yen Jepang sebesar 0,17% di posisi JPY 148,65/US$. Kemudian penguatan juga terlihat pada mata uang dolar Singapura, rupee India, dan yuan China dengan penguatan masing-masing 0,08%, 0,07%, dan 0,06%.

Pergerakan mata uang Asia pada hari ini, dipengaruhi besar oleh volatilitas indeks dolar AS (DXY). Meski saat ini DXY terpantau tengah mengalami pelemahan tipis 0,08% di level 97,796, namun pada penutupan perdagangan kemarin, Rabu (24/9/2025) DXY menguat signifikan hingga terapresiasi 0,63% ke level 97,873.

Penguatan terjadi seiring pelaku pasar melihat sikap hati-hati dari The Federal Reserve (The Fed) sebagai sinyal bahwa laju pemangkasan suku bunga tidak akan secepat perkiraan sebelumnya.

Meskipun The Fed sudah memangkas suku bunga pekan lalu sesuai ekspektasi, komentar sejumlah pejabat, termasuk Ketua The Fed Jerome Powell, menegaskan bahwa keputusan lanjutan masih sangat bergantung pada data inflasi dan tenaga kerja yang akan dirilis dalam waktu dekat.

Ketidakpastian inilah yang membuat pelaku pasar menahan diri dari memperkirakan pemangkasan tambahan di pertemuan berikutnya, sehingga mendukung penguatan dolar.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation