Newsletter

Fed Ingatkan Harga Saham Sudah Terlalu "Panas", Rupiah Buat Cemas

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
24 September 2025 06:14
ilustrasi trading
Foto: Presiden Indonesia Prabowo Subianto berpidato di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-80 di Markas Besar PBB di New York, AS, 23 September 2025. (REUTERS/MIKE SEGAR)
  • Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam, IHSG melesat sementara rupiah ambruk
  • Wall Street ambruk berjamaah karena investor mulai khawatir dengan saham AI
  • Pidato Powell dan data ekonomi menjadi sentimen pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan domestik pada Selasa (23/9/2025) bergerak dengan arah yang berlawanan.

Di lantai bursa, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatatkan lonjakan tajam hingga menembus level tertinggi barunya. Namun di pasar valuta asing, rupiah justru tertekan lebih dalam, menyentuh posisi terlemah sejak April. Kontras ini menegaskan kembali dilema pasar: optimisme investor di saham tidak cukup kuat untuk menahan tekanan global terhadap mata uang Garuda.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan akan kompak bergerak positif hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi sentimen penggerak pasar bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin, Selasa (23/9/2025) ditutup menguat 85,16 poin atau 1,06% ke level 8.125, setelah sempat bergerak di rentang 8.039-8.125 sepanjang sesi.

Sebanyak 395 saham menguat, 252 terkoreksi, dan 157 stagnan. Lonjakan indeks ditopang nilai transaksi yang tembus Rp31,73 triliun dengan frekuensi perdagangan 2,49 juta kali dan jumlah saham 61,6 miliar, menandakan aliran dana ke saham masih deras meski rupiah kian melemah.

Investor asing mencatat net buy sebesar Rp 5,55 triliun rupiah.

Kapitalisasi pasar tercatat mencapai Rp14.905 triliun. Reli ini mempertegas bahwa pasar saham domestik masih dianggap menarik bagi investor, terutama di tengah menguatnya sebagian besar bursa Asia.

Sebaliknya, rupiah ditutup melemah 0,36% ke Rp16.660 per dolar AS. Ini menjadi pelemahan empat hari beruntun dan sekaligus posisi terlemah sejak April 2025.

Sepanjang perdagangan, rupiah tak mampu keluar dari tekanan dolar yang terus menguat pasca keputusan The Fed memangkas suku bunga pekan lalu. Indeks dolar (DXY) tercatat naik 0,05% ke 97,39, memperlihatkan masih solidnya greenback di pasar global.

Dari sisi domestik, pemangkasan suku bunga BI juga memberi tekanan tambahan, memunculkan persepsi risiko terhadap stabilitas rupiah.

Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan pelemahan saat ini lebih bersifat jangka pendek, dan bank sentral tetap melakukan langkah stabilisasi melalui intervensi valuta asing maupun pembelian Surat Berharga Negara (SBN).

Namun bagi pelaku pasar, pelemahan beruntun ke level psikologis baru menambah kecemasan, terutama menjelang rilis data global yang berpotensi memicu volatilitas lebih lanjut.

Dari pasar SBN, imbal hasil SBN tenor 10 tahun menguat tipis 6,35% dari 6,34% pada perdagangan sebelumnya. Kenaikan imbal hasil ini menandai adanya penjualan SBN oleh investor sehingga harganya tertekan.

Dari pasar saham AS, bursa Wall Street ambruk berjamaah pada perdagangan Selasa atau Rabu dini hari waktu Indonesia.

Bursa jeblok karena adanya keraguan terhadap keberlanjutan tren bullish kecerdasan buatan (AI) membuat investor khawatir.

Indeks S&P turun 0,55% ke level 6.656,92 setelah sempat menyentuh rekor intraday baru sebelumnya pada sesi perdagangan dan mencetak rekor penutupan pada Senin.

Nasdaq Composite jatuh hampir 1% menjadi 22.573,47, dengan penurunan dipimpin oleh saham-saham terkait AI seperti Nvidia, Oracle, dan Amazon. Dow Jones Industrial Average berakhir melemah 88,76 poin, atau 0,19%, ke 46.292,78.

Saham Nvidia turun 2,8% sehari setelah perusahaan chip itu mengumumkan investasi senilai US$100 miliar ke OpenAI, yang sebelumnya mendorong lonjakan harga sahamnya sekaligus mengangkat pasar saham secara keseluruhan.

Sebagian investor mulai mempertanyakan kesepakatan antara pelanggan dan pemasok tersebut karena dinilai mirip dengan kejadian pada era gelembung dot-com. Investor juga mengkhawatirkan apakah tersedia cukup pasokan energi untuk menopang rencana ekspansi dua raksasa AI tersebut.

Oracle, yang naik lebih dari 50% dalam tiga bulan terakhir berkat proyeksi penjualan AI yang optimistis, terkoreksi 4,4%.

"Walaupun reaksi awal terhadap investasi Nvidia di OpenAI cukup positif, investor cepat menyadari bahwa Nvidia mungkin menjadi satu-satunya pilihan OpenAI untuk mendapatkan modal yang dibutuhkan saat ini-investor terakhir," kata Gil Luria, Kepala Riset Teknologi di D.A. Davidson, kepada CNBC International.

Dia menambahkan OpenAI telah membuat komitmen yang jauh melampaui kapasitasnya, dan Nvidia bisa jadi satu-satunya investor ekuitas yang bersedia membantu.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Selasa juga menambah kekhawatiran valuasi, dengan menyatakan bahwa harga ekuitas saat ini cukup tinggi. Powell juga menegaskan bahwa arah pemangkasan suku bunga masih belum jelas dan menyebutnya sebagai situasi yang menantang.

Meski begitu, penurunan di pasar secara keseluruhan masih terbatas. Russell 2000, indeks saham perusahaan kecil, sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa pada sesi perdagangan, terdorong sentimen positif dari pemangkasan suku bunga The Fed pekan lalu. Namun akhirnya ditutup melemah 0,2%.

Investor kini menantikan rilis data terbaru indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) pada Jumat, yang merupakan ukuran inflasi favorit The Fed.

Selain itu, pelaku pasar juga mengamati meningkatnya potensi penutupan pemerintahan AS menjelang tenggat 30 September, setelah Senat pekan lalu menolak usulan pendanaan sementara baik dari Partai Republik maupun Demokrat. Pada Selasa, Trump membatalkan rencana pertemuan dengan pimpinan Demokrat di Kongres, dengan alasan bahwa tidak ada pertemuan yang akan bisa produktif.

Pasar keuangan domestik kemarin dipenuhi agenda yang menegaskan arah kebijakan fiskal dan kerja sama perdagangan Indonesia ke depan.

Sementara dari global, pasar masih mencerna sinyal moneter dari The Federal Reserve serta rilis data aktivitas bisnis Amerika Serikat yang mulai kehilangan momentum.

Pengesahan Undang-undang APBN Tahun Anggaran 2026

Dari Senayan, Rapat Paripurna DPR ke-5 akhirnya mengesahkan Undang-Undang APBN Tahun Anggaran 2026.

Dengan ketukan palu Ketua DPR Puan Maharani, postur fiskal untuk tahun depan resmi ditetapkan: belanja Rp3.842,73 triliun, pendapatan Rp3.153,58 triliun, dengan defisit 2,68% PDB atau Rp689,15 triliun. Keseimbangan primer ditargetkan surplus Rp89,71 triliun. Postur ini lebih ekspansif dari tahun berjalan, menandakan pemerintah tetap mengandalkan APBN sebagai jangkar utama pertumbuhan.

Ketua Badan Anggaran DPR, Said Abdullah, menegaskan APBN 2026 harus berfungsi sebagai "senjata fiskal" menghadapi tantangan global, sekaligus instrumen revitalisasi industri nasional, UMKM, hingga logistik dan pariwisata. Bagi pelaku pasar, keputusan ini memberi sinyal jelas bahwa pemerintah tidak akan menahan diri di tengah ketidakpastian eksternal, melainkan memilih memperkuat daya dorong fiskal.

Materi Postur RAPBN TA 2026. (Tangkapan Layar Youtube/TVR Parlemen)

Foto: Materi Postur RAPBN TA 2026. (Tangkapan Layar Youtube/TVR Parlemen)
Materi Postur RAPBN TA 2026. (Tangkapan Layar Youtube/TVR Parlemen)

Kesepakatan IEU- CEPA

Katalis domestik lain datang dari Bali. Setelah hampir satu dekade negosiasi, Indonesia dan Uni Eropa akhirnya menandatangani penyelesaian substansial perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).

Penandatanganan dilakukan langsung oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Komisioner Perdagangan dan Keamanan Ekonomi Komisi Eropa, Maroš Šefčovič. Perjanjian ini dipandang sebagai "game changer" karena membuka pasar Eropa lebih luas bagi produk padat karya RI seperti tekstil, alas kaki, dan furnitur, sekaligus memfasilitasi masuknya produk otomotif dan pangan dari Eropa ke Indonesia.

Targetnya, IEU-CEPA bisa berlaku efektif pada 1 Januari 2027, memberi horizon yang lebih panjang bagi investor untuk menghitung potensi arus perdagangan baru. Industri domestik yang selama ini bergantung pasar tradisional kini melihat peluang diversifikasi yang nyata.

Uang Beredar (M2) Agustus 2025

Dari sisi moneter, Bank Indonesia merilis data uang beredar (M2) Agustus yang tumbuh 7,6% yoy, naik dari 6,6% pada Juli. Posisi M2 kini mencapai Rp9.657,1 triliun, dengan M1 tumbuh 10,5% yoy dan uang kuasi 5,6% yoy.

Kenaikan ini banyak ditopang lonjakan aktiva luar negeri bersih hingga 10,7% yoy, sementara penyaluran kredit masih tumbuh 6,6% yoy. Lonjakan likuiditas menunjukkan transmisi pelonggaran moneter BI sepanjang 2025 mulai nyata, meski dampaknya ke konsumsi dan investasi belum sepenuhnya dirasakan. Bagi pasar, data ini menegaskan ruang stabilisasi rupiah tetap ada, dengan catatan BI konsisten menjaga keseimbangan antara menjaga nilai tukar dan mendukung pertumbuhan.

Powell Ingatkan Harga Saham

Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral berada dalam "situasi yang menantang" dengan risiko inflasi yang bisa lebih cepat dari perkiraan, di saat yang sama pertumbuhan lapangan kerja yang lemah menimbulkan kekhawatiran tentang kesehatan pasar tenaga kerja.

Powell mengatakan tersebut di acara  the Greater Providence Chamber of Commerce 2025 Economic Outlook Luncheon, Selasa waktu AS.

Dalam pernyataan yang disiapkan untuk Kamar Dagang Greater Providence di Rhode Island, Powell tidak banyak memberi indikasi kapan The Fed mungkin akan kembali memangkas suku bunga, dengan menekankan bahwa ada risiko baik jika pemangkasan dilakukan terlalu cepat-yang bisa memicu lonjakan inflasi baru-maupun jika dilakukan terlalu lambat-yang bisa menyebabkan tingkat pengangguran naik tanpa perlu.

Powell juga mencatat bahwa harga aset, kategori yang biasanya mencakup saham dan instrumen berisiko lainnya, berada pada level yang tinggi.

Dalam pidatonya di Providence, Rhode Island, Powell ditanya sejauh mana ia dan para koleganya memberi perhatian pada harga pasar dan apakah mereka memiliki toleransi lebih besar terhadap valuasi yang tinggi.

"Kami memang melihat kondisi keuangan secara keseluruhan, dan kami bertanya pada diri sendiri apakah kebijakan kami memengaruhi kondisi keuangan dengan cara yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.Tetapi benar, dengan banyak ukuran, misalnya harga ekuitas, saat ini memang cukup tinggi."" kata Powell dikutip dari Reuters.

Menjelang pertemuan kebijakan pekan lalu, saham dan aset lainnya sempat reli kuat seiring keyakinan yang meningkat bahwa Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan menurunkan suku bunga acuan pinjaman overnight. Saham terus menguat dan mencetak rekor baru pada berbagai indeks utama setelah keputusan pada Rabu untuk memangkas suku bunga sebesar seperempat poin persentase.

"Pasar mendengarkan kami, mengikuti, dan membuat perkiraan tentang ke mana arah suku bunga. Lalu mereka menetapkan harga berdasarkan perkiraan itu," kata Powell saat membahas suku bunga hipotek.

Meskipun Powell menyoroti tingginya valuasi ekuitas, ia menegaskan bahwa saat ini bukanlah masa dengan risiko stabilitas keuangan yang meningkat.

Rilis PMI Amerika Serikat

PMI Komposit flash turun ke 53,6, terendah tiga bulan, dengan manufaktur melemah ke 52,0 dari 53,0, dan jasa melandai ke 53,9 dari 54,5.

Menunjukkan lemahnya permintaan domestik, kenaikan tarif impor yang menekan biaya, serta kenaikan persediaan barang jadi terbesar sepanjang sejarah survei akibat penjualan yang lebih lambat dari perkiraan. Meski demikian, optimisme bisnis tidak hilang sepenuhnya karena ekspektasi bahwa penurunan suku bunga bisa mengimbangi tekanan tarif dan ketidakpastian kebijakan.

Simak Rilis Data dan Agenda Hari ini
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Sosialisasi Surat Edaran Menteri Komunikasi dan Digital tentang Permintaan Data Program Pelatihan dan Sertifikasi Bidang Digital untuk Perencanaan Pelatihan Digital Nasional
  • Diskusi KAGAMA dengan tema Bagaimana AI Menjadi Senjata Ekonomi, Pendidikan, dan Kebudayaan Bangsa
  • Launching penyaluran SPHP Jagung Tahun 2025 di Ruang Rapat Nusantara 2, Gedung E, kantor pusat Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan.



Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Tender Offer: ANJT, PADI, CNTX
  • RUPS: INOV
  • Public Expose: BLUE, CLAY, HDFA

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular