Pasar & Investor Menunggu Gebrakan Baru Purbaya, Pengganti Sri Mulyani

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
09 September 2025 06:20
Prabowo Rombak Kabinet, Lantik 4 Menteri dan 1 Wamen
Foto: Infografis/ Prabowo Rombak Kabinet, Lantik 4 Menteri dan 1 Wamen/ Edward Ricardo
  • Pasar keuangan RI kemarin bergerak mixed, IHSG turun dalam tersengat efek reshuffle kabiner, sementara rupiah menguat kencang terhadap dolar AS.

  • Wall Street Melanjutkan pesta pada perdagangan kemarin, Nasdaq mencetak rekor

  • Sentimen pasar hari ini nampaknya masih akan dipengaruhi efek reshuffle Kabinet Merah Putih

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan kemarin Senin (8/9/2025) bergerak beragam, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan obligasi kompak dalam zona koreksi, tetapi rupiah justru menguat kencang terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Pasar keuangan diperkirakan akan volatile hari ini setelah reshuffle kabinet. Sentimen selengkapnya yang akan mempengaruhi pergerakan pasar pada Selasa hari ini (9/9/2025), silahkan dibaca di halaman tiga artikel ini.

Membahas soal IHSG lebih dulu, pada kemarin ditutup koreksi tajam sampai 1,28% ke posisi 7.766,84. Penurunan kencang indeks pasar saham RI ini terjadi sekitar 30 menit jelang penutupan karena efek antisipasi reshuffle kabinet Merah Putih.

Padahal sebelumnya sejak pembukaan sampai kisaran pukul 15.00 WIB kemarin, IHSG masih bertengger di zona positif di atas level 7900.

Nilai transaksi yang terjadi kemarin di IHSG bisa dibilang ramai mencapai Rp20,20 triliun, melibatkan 36,68 miliar lembar saham yang berputar 2,23 juta kali. Adapun 232 saham menguat, 451 saham melemah, dan sisanya 121 saham stagnan. Market cap pasar saham RI bertengger di Rp14,08 triliun. I

Asing terpantau masih melakukan aksi jual sebanyak Rp525,94 miliar pada kemarin.

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) diguyur asing paling banyak hingga Rp1,24 triliun, diikuti saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dijual asing sebanyak Rp347,7 miliar, lalu saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) Rp121,8 miliar, dan saham telekomunikasi yang masih ada related dengan Hashim Djojohadikusumo PT Solusi Energi Digital Tbk (WIFI) sebanyak Rp43,88 miliar.

Di sisi lain, dari pergerakan pasar nilai tukar, rupiah justru menguat kencang terhadap dolar AS kemarin.

Merujuk data Refinitiv, mata uang Garuda mengakhiri posisi di Rp16.300/US$, dalam sehari terapresiasi 0,70%. Penguatan harian ini bisa dibilang paling kencang setidaknya dalam tiga bulan terakhir, sekaligus menandai level terkuat sejak 26 Agustus lalu.

Penguatan rupiah dikatrol indeks dolar AS yang terpantau melemah. Pada kemarin sampai pukul 15.00 WIB, DXY terpantau turun 0,10% ke posisi 97,67, melanjutkan pelemahan sejak Jumat pekan lalu (5/9/2025) yang kontarkasi 0,59%.

Indeks dolar AS melemah terus setelah rilis data ketenagakerjaan yang mengecewakan. Non-farm payrolls (NFP) AS pada Agustus hanya bertambah 22.000, jauh di bawah ekspektasi konsensus yang memproyeksikan pertambahan 75.000 tenaga kerja.

Saat ini, pelaku pasar menilai ada 12% peluang The Fed memangkas 50 bps pada pertemuan FOMC 16-17 September, naik signifikan dari sebelumnya mendekati nol.

Selain itu, probabilitas pemangkasan tambahan 25 bps pada Oktober mencapai 87%. Secara total, The Fed diperkirakan memangkas suku bunga 74 bps hingga akhir 2025, sehingga Fed Funds Rate turun ke kisaran 3,64% dari posisi saat ini 4,38%.

Beralih ke pasar surat utang, tampaknya masih dijual investor sampai kemarin, terpantau dari yield obligasi tenor 10 tahun yang naik lagi sebanyak 2 basis poin (bps) dari 6,40% menjadi 6,42% dalam sehari.

Sebagai catatan, dalam obligasi harga dan yield itu bergerak berlawanan arah, jadi kalau yield naik, artinya harga sedang turun yang menandai investor sedang banyak jualan.

Dari pasar Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street kompak pesta pora pada perdagangan Senin atau Selas dini hari waktu Indonesia. Indeks Nasdaq Composite bahkan ditutup pada rekor tertinggi seiring investor bersiap menghadapi pekan penuh data, termasuk dua rilis inflasi yang diawasi ketat.

Indeks Nasdaq yang sarat saham teknologi terbang 0,45% ke level 21.798,70, rekor tertinggi baru setelah sempat menyentuh level intraday tertinggi sepanjang masa dalam sesi perdagangan.

Sementara itu, indeks S&P 500 menguat 0,21% ke 6.495,15, dan Dow Jones Industrial Average naik 114,09 poin atau 0,25% menjadi 45.514,95.

Kenaikan ini dipimpin oleh saham produsen chip Broadcom yang naik 3%, serta saham favorit kecerdasan buatan Nvidia yang naik hampir 1%, menghapus sebagian kerugian tajamnya selama sebulan terakhir. Amazon dan Microsoft juga ikut menguat.

 

"Masih ada momentum besar untuk belanja AI, pembangunan infrastruktur AI, dan itu tidak hanya terfokus pada 'Magnificent Seven'," ujar Ross Mayfield, ahli strategi investasi di Baird Private Wealth Management kepada CNBC International.

Investor kini menunggu dua laporan inflasi penting pekan ini untuk mendapat gambaran lebih jauh mengenai kondisi ekonomi AS, setelah data perekrutan yang lebih lemah dari perkiraan pada Jumat lalu.

Laporan indeks harga produsen (PPI) untuk Agustus akan dirilis Rabu pagi, disusul indeks harga konsumen (CPI) pada Kamis.

Data ini akan dirilis setelah laporan ketenagakerjaan Agustus yang lesu, yang justru memicu harapan investor bahwa The Federal Reserve (The Fed) hampir pasti akan memangkas suku bunga acuan pada pertemuan kebijakan akhir bulan ini.

Data ketenagakerjaan tersebut juga membuka peluang pemangkasan suku bunga sebesar 0,5 poin persentase.

"Kita sedang berada dalam situasi kekosongan katalis. Pasar akan berada dalam mode menunggu CPI, kecuali muncul kejutan tak terduga terkait tarif atau perdagangan." kata Mayfield.

Sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan pasar pada Selasa hari ini (9/9/2025) tampaknya masih akan datang efek reshuffle kabinet Merah Putih yang dilakukan setelah penutupan pasar kemarin.

Sementara untuk data ekonomi tidak banyak yang rilis baik dari global maupun nasional. Adapun kami merekap beberapa sentimen yang bakal mempengaruhi gerak pasar hari ini :

Reshuffle Kabinet Merah Putih : 3 Menteri Diganti, Tambah 1 Kementerian Baru

Presiden Prabowo Subianto melantik sejumlah menteri dan wakil menteri Kabinet Merah Putih untuk sisa masa jabatan periode 2024-2029 di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (8/9/2025).

Salah satu yang diganti adalah Sri Mulyani. Presiden Prabowo Subianto menunjuk Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan yang baru.

Bukan cuma di Kementerian Keuangan, reshuffle juga terjadi di 4 kementerian lain. Masing-masing adalah Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Kemenko Polkam), Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Kementerian Koperasi (Kemenkop), dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).

Selain itu, Kabinet Merah Putih juga kedatangan kementerian baru, yakni Kementerian Haji dan Umrah. Berikut susunan Menteri dan Wakil Menteri yang baru ditunjuk:

  • Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa (menggantikan Sri Mulyani).
  • Menteri P2MI, Mukhtarudin (menggantikan Abdul Kadir Karding).
  • Menteri Koperasi, Ferry Juliantono (menggantikan Budi Arie Setiadi).
  • Menteri Haji dan Umrah, M. Irfan Yusuf.
  • Wakil Menteri Haji dan Umrah, Dahnil Anza

Masih akan ada dua reshuffle lagi untuk posisi pengganti Menkopolkam dan Menpora. Mensesneg Prasetyo Hadi mengatakan Presiden untuk sementara belum menunjuk secara definitif posisi Menkopolkam.
Selanjutnya, sosok yang mengisi posisi Menpora dikatakan saat ini masih berada di luar kota.

Menteri Keuangan Diganti, Waspada Asing Kabur Lagi

Secara khusus membahas soal reshuffle kabinet di Kementerian Keuangan, tampaknya ini menjadi satu pukulan untuk pasar saham, lantaran IHSG kemarin langsung terjun lebih dari 1% jelang penutupan pasar.

Di pasar modal, Sri Mulyani dianggap menteri yang lebih disukai asing, jadi ini juga merupakan sentimen negatif yang patut diantisipasi akan mempengaruhi risk appetite asing masuk ke pasar saham RI. Pasalnya, kemarin asing masih mencatat net sell lagi di keseluruhan pasar saham mencapai lebih dari Rp500 miliar.

Mengutip Reuters, Jason Tuvey, Deputy Chief Emerging Markets di Capital Economics, London mengatakan "Penggantian Sri Mulyani akan menimbulkan kekhawatiran bahwa Presiden Prabowo akan melonggarkan aturan fiskal dan memberi tekanan lebih besar pada bank sentral untuk mendukung program pemerintah".

Lebih lanjut, Ia menjelaskan bahwa risiko utama adalah jika Purbaya lebih mudah mengikuti keinginan presiden, yang bisa mengarah pada upaya mengabaikan aturan fiskal serta mendorong BI melonggarkan kebijakan moneter secara agresif.

Saat ini, pasar berharap Menteri Keuangan yang baru mampu menjaga keberlanjutan stabilitas fiskal sekaligus mempertahankan reputasi internasional Indonesia. Pergantian Sri Mulyani, yang selama ini dianggap sebagai jangkar stabilitas fiskal dengan kredibilitas global, jelas mengejutkan pasar.

Pertanyaannya, apakah Menkeu yang baru bisa menjaga disiplin fiskal, atau justru membuat defisit semakin melebar? Jika disiplin fiskal tidak dijaga, risiko yang muncul tidak kecil: defisit dan utang berpotensi membengkak, peringkat kredit bisa turun, inflasi serta suku bunga naik, nilai rupiah melemah, pasar saham dan obligasi tertekan, hingga berujung pada hilangnya kepercayaan investor.

Karena itu, konsistensi kebijakan fiskal akan menjadi kunci untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global saat ini.

Update Cadangan Devisa RI periode Agustus 2025

Beralih ke data dalam negeri, pada kemarin ada rilis cadangan devisa untuk periode Agustus 2025 yang hasilnya turun jadi US$ 150,7 miliar, jika dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 152 miliar.

"Perkembangan tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai respons Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi," tulis BI dalam siaran pers, Senin (8/9/2025).

Posisi cadangan devisa pada akhir Agustus 2025 setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"Ke depan, Bank Indonesia memandang posisi cadangan devisa memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal sejalan dengan prospek ekspor yang tetap terjaga, neraca transaksi modal dan finansial yang diprakirakan tetap mencatatkan surplus, serta persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik dan imbal hasil investasi yang menarik."

Surplus Dagang China, Impor Melambat

Surplus perdagangan China tercatat sebesar US$ 102,33 miliar pada Agustus 2025, melampaui ekspektasi US$ 99,2 miliar dan lebih tinggi dibandingkan US$ 91,29 miliar pada bulan yang sama tahun sebelumnya, seiring ekspor yang tetap lebih unggul dibandingkan impor.

Ekspor tumbuh 4,4% secara tahunan (YoY), di bawah perkiraan kenaikan 5% dan melambat dari pertumbuhan 7,2% di Juli, karena dorongan sementara dari gencatan tarif Beijing mulai memudar.

Sementara itu, impor naik 1,3%, lebih rendah dari perkiraan 3% dan melambat dari kenaikan 4,1% di Juli, akibat berlanjutnya krisis sektor properti, meningkatnya ketidakpastian kerja, serta berkurangnya stimulus konsumsi yang menekan permintaan domestik.


Melambatnya impor China menjadi peringatan bagi Indonesia karena ini bisa berdampak besar terhadap permintaan barang dari Indonesia.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Update penjualan mobil nasional periode Agustus 2025

  • Perubahan data consumer credit AS periode Juli 2025

  • Revisi non farm payroll annual AS

  • Serah terima jabatan Menteri Keuangan

  • Serah terima jabatan Menteri Koperasi di Press Room Lantai 1 Kementerian Koperasi, Jakarta Selatan

  • Press conference Indonesia SEZ Investment Summit & Awards 2025 di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat

  • Public Expose Live 2025 Bank Raya dan sejumlah emiten terpilih lainnya

  • Public Expose PT Remala Abadi Tbk (DATA) di Binakarna Auditorium, Hotel Bidakara Jakarta Selatan

  • Seremoni penandatanganan Surat Keputusan Bersama (SKB) Penyelenggaraan Perizinan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan di Kabupaten/Kota melalui MPPDN yang akan dilaksanakan di Auditorium Leimena, Gedung Adhyatma, Kementerian Kesehatan Kota Jakarta Selatan. Turut hadir antara lain Menteri Kesehatan dan Menteri Komunikasi dan Digital.

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Ex date stock split FISH dengan rasio 1 : 10

  • Trading start utnuk warant AADI, CTRA, ENRG, HRUM, MAPI, PGAS, PTRO, RAJA, SRTG, dan TOWR

  • RUPS SPTO dan KLIN

  • Public Expose : AGRO, AKRA, ASRI, BDKR, DATA, GUNA, IPCM, PANI, TMPO, VTNY, WOWS, WTON.

 

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

 

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular