Pasar & Investor Menunggu Gebrakan Baru Purbaya, Pengganti Sri Mulyani

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
09 September 2025 06:20
Sri Mulyani Beberkan 8 Program Prioritas 2026
Foto: CNBC Indonesia

Sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan pasar pada Selasa hari ini (9/9/2025) tampaknya masih akan datang efek reshuffle kabinet Merah Putih yang dilakukan setelah penutupan pasar kemarin.

Sementara untuk data ekonomi tidak banyak yang rilis baik dari global maupun nasional. Adapun kami merekap beberapa sentimen yang bakal mempengaruhi gerak pasar hari ini :

Reshuffle Kabinet Merah Putih : 3 Menteri Diganti, Tambah 1 Kementerian Baru

Presiden Prabowo Subianto melantik sejumlah menteri dan wakil menteri Kabinet Merah Putih untuk sisa masa jabatan periode 2024-2029 di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (8/9/2025).

Salah satu yang diganti adalah Sri Mulyani. Presiden Prabowo Subianto menunjuk Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan yang baru.

Bukan cuma di Kementerian Keuangan, reshuffle juga terjadi di 4 kementerian lain. Masing-masing adalah Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Kemenko Polkam), Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Kementerian Koperasi (Kemenkop), dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).

Selain itu, Kabinet Merah Putih juga kedatangan kementerian baru, yakni Kementerian Haji dan Umrah. Berikut susunan Menteri dan Wakil Menteri yang baru ditunjuk:

  • Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa (menggantikan Sri Mulyani).
  • Menteri P2MI, Mukhtarudin (menggantikan Abdul Kadir Karding).
  • Menteri Koperasi, Ferry Juliantono (menggantikan Budi Arie Setiadi).
  • Menteri Haji dan Umrah, M. Irfan Yusuf.
  • Wakil Menteri Haji dan Umrah, Dahnil Anza

Masih akan ada dua reshuffle lagi untuk posisi pengganti Menkopolkam dan Menpora. Mensesneg Prasetyo Hadi mengatakan Presiden untuk sementara belum menunjuk secara definitif posisi Menkopolkam.
Selanjutnya, sosok yang mengisi posisi Menpora dikatakan saat ini masih berada di luar kota.

Menteri Keuangan Diganti, Waspada Asing Kabur Lagi

Secara khusus membahas soal reshuffle kabinet di Kementerian Keuangan, tampaknya ini menjadi satu pukulan untuk pasar saham, lantaran IHSG kemarin langsung terjun lebih dari 1% jelang penutupan pasar.

Di pasar modal, Sri Mulyani dianggap menteri yang lebih disukai asing, jadi ini juga merupakan sentimen negatif yang patut diantisipasi akan mempengaruhi risk appetite asing masuk ke pasar saham RI. Pasalnya, kemarin asing masih mencatat net sell lagi di keseluruhan pasar saham mencapai lebih dari Rp500 miliar.

Mengutip Reuters, Jason Tuvey, Deputy Chief Emerging Markets di Capital Economics, London mengatakan "Penggantian Sri Mulyani akan menimbulkan kekhawatiran bahwa Presiden Prabowo akan melonggarkan aturan fiskal dan memberi tekanan lebih besar pada bank sentral untuk mendukung program pemerintah".

Lebih lanjut, Ia menjelaskan bahwa risiko utama adalah jika Purbaya lebih mudah mengikuti keinginan presiden, yang bisa mengarah pada upaya mengabaikan aturan fiskal serta mendorong BI melonggarkan kebijakan moneter secara agresif.

Saat ini, pasar berharap Menteri Keuangan yang baru mampu menjaga keberlanjutan stabilitas fiskal sekaligus mempertahankan reputasi internasional Indonesia. Pergantian Sri Mulyani, yang selama ini dianggap sebagai jangkar stabilitas fiskal dengan kredibilitas global, jelas mengejutkan pasar.

Pertanyaannya, apakah Menkeu yang baru bisa menjaga disiplin fiskal, atau justru membuat defisit semakin melebar? Jika disiplin fiskal tidak dijaga, risiko yang muncul tidak kecil: defisit dan utang berpotensi membengkak, peringkat kredit bisa turun, inflasi serta suku bunga naik, nilai rupiah melemah, pasar saham dan obligasi tertekan, hingga berujung pada hilangnya kepercayaan investor.

Karena itu, konsistensi kebijakan fiskal akan menjadi kunci untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global saat ini.

Update Cadangan Devisa RI periode Agustus 2025

Beralih ke data dalam negeri, pada kemarin ada rilis cadangan devisa untuk periode Agustus 2025 yang hasilnya turun jadi US$ 150,7 miliar, jika dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 152 miliar.

"Perkembangan tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai respons Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi," tulis BI dalam siaran pers, Senin (8/9/2025).

Posisi cadangan devisa pada akhir Agustus 2025 setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"Ke depan, Bank Indonesia memandang posisi cadangan devisa memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal sejalan dengan prospek ekspor yang tetap terjaga, neraca transaksi modal dan finansial yang diprakirakan tetap mencatatkan surplus, serta persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik dan imbal hasil investasi yang menarik."

Surplus Dagang China, Impor Melambat

Surplus perdagangan China tercatat sebesar US$ 102,33 miliar pada Agustus 2025, melampaui ekspektasi US$ 99,2 miliar dan lebih tinggi dibandingkan US$ 91,29 miliar pada bulan yang sama tahun sebelumnya, seiring ekspor yang tetap lebih unggul dibandingkan impor.

Ekspor tumbuh 4,4% secara tahunan (YoY), di bawah perkiraan kenaikan 5% dan melambat dari pertumbuhan 7,2% di Juli, karena dorongan sementara dari gencatan tarif Beijing mulai memudar.

Sementara itu, impor naik 1,3%, lebih rendah dari perkiraan 3% dan melambat dari kenaikan 4,1% di Juli, akibat berlanjutnya krisis sektor properti, meningkatnya ketidakpastian kerja, serta berkurangnya stimulus konsumsi yang menekan permintaan domestik.


Melambatnya impor China menjadi peringatan bagi Indonesia karena ini bisa berdampak besar terhadap permintaan barang dari Indonesia.

(tsn/tsn)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular