Dolar Dihajar di Mana-Mana: Yen Juara Asia, Nasib Rupiah Mengenaskan

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
05 September 2025 10:01
Dolar Taiwan. (REUTERS/Jason Lee/File Photo)
Foto: Dolar Taiwan. (REUTERS/Jason Lee/File Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai mata uang Asia terpantau mayoritas mengalami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (5/9/2025). Melansir dari Refinitiv, per pukul 09.20 WIB, dolar Taiwan menjadi mata uang di Asia paling kuat, sementara rupiah menjadi mata uang yang paling tertekan.

Dolar Taiwan memimpin penguatan dengan kenaikan sebesar 0,31% di level TWD 30,601/US$. Disusul oleh yen Jepang yang terapresiasi 0,25% ke JPY 148,14/US$ dan won Korea yang juga turut mengalami kenaikan sebesar 0,22% di level KRW 1390,3/US$.

Sebaliknya, tekanan justru dialami oleh rupiah yang melemah 0,10% di level Rp16.409/US$. Perlu dicatat, data rupiah hari ini diambil dari pasar Non-Deliverable Forward (NDF) karena Indonesia sedang dalam libur nasional untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Selain rupiah, dong Vietnam turut mengalami tekanan terhadap dolar AS dengan depresiasi sebesar 0,04% di posisi VND 26370/US$.

Penguatan mayoritas mata uang Asia ini terjadi seiring dengan melemahnya indeks dolar AS (DXY). Tercatat DXY tengah berada di zona pelemahan dengan penurunan sebesar 0,23% di level 98,11. 

Pelemahan dolar AS dipicu oleh meningkatnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) pada pertemuan 16-17 September mendatang. Hal ini terjadi setelah serangkaian data tenaga kerja AS menunjukkan pelemahan, mulai dari data ADP yang hanya mencatat 54.000 penambahan pekerjaan pada Agustus, jauh di bawah periode Juli yang direvisi naik ke 106.000 dan meleset dari perkiraan 65.000. 

Selain itu, lowongan pekerjaan turun ke 7,18 juta pada Juli, terendah sejak September 2024, sementara klaim pengangguran naik ke level tertinggi dalam dua bulan terakhir. Beberapa pejabat The Fed juga menegaskan adanya risiko pelemahan pasar tenaga kerja yang memperkuat alasan untuk segera menurunkan suku bunga. 

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation