
RI Belum Dapat Berkah dari Lonjakan Harga Perak

Jakarta, CNBC Indonesia- Lonjakan harga perak global yang kini menembus level tertinggi 14 tahun, ternyata memberi angin segar pada kinerja ekspor perak Indonesia.
Harga perak ditutup di posisi US$40,89 per troy ons pada Selasa (2/9/2025). Harga tersebut adalah yang tertinggi dalam 14 tahun terakhir. Dalam setahun, harga perak sudah terbang 40% lebih.
Menurut catatan Kementerian Perdagangan, ekspor perak Indonesia di kode HS 4 7114 (Articles of goldsmith silversmith wares and parts) pada Januari-Desember 2024 hanya mencapai US$10,35 juta.
Angka ini anjlok 78,96% (yoy), mencerminkan lemahnya permintaan global maupun daya saing produk RI. Kala itu, ekspor terbesar dikirim ke Thailand, India, Hong Kong, Italia, dan Malta.
Penurunan ini sejalan dengan tren harga perak yang cenderung berfluktuasi dan tekanan dari negara produsen besar. Produk perak Indonesia yang sebagian besar berupa kerajinan dan perhiasan juga menghadapi tantangan dari pasar internasional yang lebih memilih produk bernilai tambah tinggi.
Situasi berubah pada Januari-Juni 2025. Nilai ekspor di kategori yang sama melonjak menjadi US$2,467 juta, atau naik 3.958% yoy. Pendorong utama kebangkitan ini adalah permintaan dari Thailand, yang menyerap hampir US$2 juta, naik 804,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kebangkitan ini seolah menandakan respons cepat pasar regional terhadap kenaikan harga perak global. Lonjakan harga mendorong aktivitas perdagangan kembali hidup, terutama di Asia Tenggara, yang memang menjadi pasar tradisional produk perak RI.
Selain HS 4 7114, kinerja ekspor perak Indonesia juga cemerlang di kategori HS 7106 (Silver including silver plated or gold platinum). Pada semester I 2025, ekspor di kelompok ini tembus US$47,15 juta, atau melonjak 3.982% yoy.
Singapura dengan nilai US$22 juta, Hong Kong US$18 juta, Thailand US$5 juta dan Uni Emirat Arab sebesar US$3 juta
Dengan Singapura dan Hong Kong sebagai hub perdagangan emas-perak dunia, tingginya ekspor ke dua negara ini mengindikasikan bahwa perak Indonesia banyak masuk ke rantai pasok global, bukan hanya untuk konsumsi akhir.
Meski nilainya sangat kecil, Indonesia juga tercatat mengekspor di kategori HS 4 711 (Base metal silver or half clad) senilai US$0,0043 juta pada Januari-Juni 2025, dengan tujuan tunggal Korea Selatan. Data ini menunjukkan masih adanya diversifikasi pasar, meskipun kontribusinya belum signifikan.
Kenaikan harga perak global bisa menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk memperkuat kinerja ekspor. Namun, tantangannya ada pada nilai tambah. Selama ini, sebagian besar produk RI masih berupa bahan mentah atau kerajinan sederhana, sementara pasar global lebih banyak mencari produk dengan desain modern atau kebutuhan industri berteknologi tinggi.
Selain itu, pasar utama seperti Singapura dan Hong Kong menunjukkan bahwa ekspor RI masih bergantung pada hub perdagangan, bukan langsung ke pasar akhir. Hal ini bisa menekan margin keuntungan produsen dalam negeri.
Dengan harga perak dunia yang tengah melonjak, ekspor RI kembali menemukan jalannya setelah terpuruk di 2024. Lonjakan ribuan persen di semester I 2025 menjadi sinyal positif. Namun, tanpa strategi hilirisasi dan peningkatan kualitas produk, Indonesia berisiko hanya menjadi pemasok bahan baku murah di tengah peluang besar pasar global.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)