
Bikin Bangga! Ekspor Hortikultura RI Terbang 49%, Tembus Rp 55 Triliun

Jakarta, CNBC Indonesia- Hortikultura kerap dipandang sebagai sektor pelengkap dalam pertanian, namun paruh pertama 2025 membuktikan sebaliknya. Mengutip laporan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, ekspor hortikultura melonjak 49% dibandingkan semester I 2024.
Angka ini menjadi sinyal bahwa strategi pemerintah menekan impor sekaligus mendorong ekspor mulai membuahkan hasil.
Menteri Perdagangan Budi Santoso menegaskan lonjakan ekspor ini lahir dari kolaborasi lintas kementerian. Kementerian Pertanian menjaga pasokan, Kementerian Pertanian (Kemendag) membuka pasar, sementara pengawasan harga dilakukan setiap hari melalui sistem SP2KP.
"Ekspor hortikultura naik 49%. Ketahanan pangan terjaga, dan ini membuka jalan menuju lumbung pangan dunia," ujarnya (30/8/2025).
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melihat capaian tersebut sebagai bukti bahwa strategi lapangan lebih penting daripada rapat panjang. Dengan menekan impor hingga Rp100 triliun dan memperluas ekspor, Amran menyebut pertanian kembali ke rel yang benar. "Sawah dan kebun adalah kantor kita yang sesungguhnya," katanya.
Hilirisasi, peningkatan mutu, dan diversifikasi pasar menjadi tiga pilar untuk mempertahankan tren positif.
Badan Pusat Statistik (BPS) memperkuat klaim itu. Semester I 2025, ekspor buah-buahan tahunan mencatat nilai US$ 547,3 juta pada Januari dan masih di atas US$ 586,9 juta pada Juni. Ekspor sayur-sayuran juga menguat, dari US$ 168,9 juta pada Januari menjadi US$ 219,3 juta pada Juni.
Meski ada fluktuasi bulanan, grafiknya jelas menanjak. Buah tropis seperti manggis, pisang, dan nanas tetap jadi primadona, sementara sayuran segar makin mendapat tempat di pasar regional.
Secara tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor pertanian Januari-Juni 2025 mencapai US$ 3,39 miliar atau sekitar Rp 55,68 triliun (US$1=Rp 16.425). Nilai ini naik 49% dibanding Januari-Juni 2024 yang tercatat US$ 2,262 juta.
Dari subsektor hortikultura, buah-buahan tahunan meningkat signifikan dari US$250,6 juta menjadi US$403,8 juta, sementara sayur-sayuran juga naik dari US$64,4 juta menjadi US$151,2 juta.
Kenaikan ini sejalan dengan klaim pemerintah bahwa hortikultura menjadi pendorong utama ekspor pertanian semester I 2025.
Selain hortikultura, kopi melonjak dari US$469,8 juta ke US$1.113,8 juta, menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan. Tanaman obat dan rempah juga naik dari US$194,9 juta menjadi US$308 juta.
Namun tidak semua komoditas bergerak positif: tembakau, dan sarang burung walet justru melemah.
Gambaran ini menunjukkan bahwa meski ada komoditas yang menurun, tren keseluruhan ekspor pertanian Indonesia di pertengahan 2025 tetap menguat, dengan hortikultura sebagai motor utama.
Dengan capaian semester I 2025, ekspor hortikultura kian menjadi simbol pergeseran strategi pangan nasional, mendulang devisa melalui ekspor bernilai tambah.
Ke depan, tantangan terbesar ada pada konsistensi mutu, kontinuitas pasokan, dan perluasan pasar. Jika faktor-faktor ini dikelola, Indonesia berpeluang besar memperkuat posisi sebagai salah satu pemasok utama produk hortikultura dunia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
