Danantara Siap Panen Dividen Rp 170 Triliun, Siapa Penyetor Terbesar?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
28 August 2025 10:25
Gedung Danantara Jakarta. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Gedung Danantara Jakarta. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dividen dari badan usaha milik negara (BUMN) menjadi salah satu sumber arus kas utama bagi Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). Namun, ada catatan penting: meskipun Indonesia memiliki 1.046 BUMN termasuk anak hingga cucu usaha, ternyata 97% dividen yang disetor berasal hanya dari delapan perusahaan besar.

Hal ini diungkapkan Chief Operation Officer Danantara, Dony Oskaria, dalam Special Talkshow : Nota Keuangan & RAPBN 2026 di CNBC Indonesia TV, Jumat (15/8/2025). Ia menyoroti kondisi BUMN yang masih menghadapi tantangan, di mana sekitar 52% di antaranya merugi dengan total kerugian mencapai Rp50 triliun setiap tahun. "Ini PR yang harus kita lakukan, dan saat ini sedang kita review," ujarnya.

Deretan Emiten BUMN Paling Banyak Setor Dividen ke Danantara

Jika melihat dividen tahun buku 2024 yang cair pada 2025, sektor perbankan masih menjadi tulang punggung arus kas Danantara.

Kontribusi terbesar datang dari Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang menyetor Rp27,51 triliun dari total dividen Rp51,74 triliun. Angka ini sejalan dengan kepemilikan 53,18% saham BBRI oleh Danantara melalui PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI).

Posisi kedua ditempati Bank Mandiri (BMRI) yang mengalirkan Rp22,63 triliun, dengan porsi kepemilikan Danantara sebesar 52%.
Disusul kemudian oleh Bank Negara Indonesia (BBNI) yang berkontribusi Rp8,37 triliun dari total dividen Rp13,95 triliun, serta Bank Tabungan Negara (BBTN) yang menambah setoran Rp451,09 miliar dari total dividen Rp751,83 miliar.

Di luar sektor perbankan, Telkom Indonesia (TLKM) juga menjadi penyumbang besar dengan dividen Rp10,96 triliun dari total Rp21,05 triliun, seiring kepemilikan 52,09% saham oleh Danantara.

Kontribusi signifikan juga datang dari sektor tambang melalui PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID).

Holding BUMN pertambangan ini menyetujui pembagian dividen tunai sebesar Rp20,1 triliun untuk tahun buku 2024, setara dengan 55% dari laba bersih Rp36,5 triliun. Angka ini meningkat dari dividen tahun sebelumnya sebesar Rp17,14 triliun. Adapun sisa laba bersih senilai Rp16,44 triliun dialokasikan untuk mendukung program hilirisasi yang sedang dijalankan oleh Grup MIND ID.

Selain MIND ID yang belum listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), ada tiga lagi BUMN yang ikut menyumbang dividen jumbo kepada negara dan menjadi penopang arus kas Danantara. Pertamina menyetor dividen Rp9,3 triliun dari kinerja 2024, sementara PLN menyumbang Rp3,35 triliun.Lalu PT Pelabuhan Indonesia (Persero) berkontribusi Rp1,7 triliun.

Dari sektor lain, Jasa Marga (JSMR) tercatat menyetor Rp791 miliar, sedangkan Semen Indonesia (SMGR) menyumbang Rp332,16 miliar.

Prospek Dividen Tahun Depan Masih Akan Moncer

Dari hasil laba tahun lalu, Danantara diperkirakan akan mendapatkan dividen sekitar Rp114 triliun. Dari hasil ini, sekitar Rp105 triliun sudah didapatkan dari 12 emiten yang kami kumpulkan di atas.

Kalau melihat target tiap tahun, Danantara diprediksi bisa mengelola dividen BUMN sekitar Rp170 triliun. Nilai ini lebih tinggi dari yang diperkirakan bisa didapat pada tahun ini, artinya tahun depan alokasi laba BUMN yang akan dibagikan sebagai dividen kemungkinan besar bisa naik.

Kami melihat beberapa emiten BUMN yang kinerja-nya moncer tahun ini akan digenjot untuk memberikan setoran lebih baik.

Salah satu yang kami sorot ada emiten tambang emas anak usaha MIND ID yaitu PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Paruh pertama 2025 menjadi momen manis bagi emiten emas pelat merah, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Kinerja operasionalnya kuat menembus rekor sejarah.
Berkat hal tersebut, laba sepanjang 2025 diprediksi bisa menembus Rp8 triliun dan bisa memberikan potensi dividen lebih ciamik tahun depan.

Berdasarkan laporan resmi perusahaan, ANTM mencatat rekor penjualan emas tertinggi sepanjang sejarah pada kuartal II/2025. Ini kemudian mengakumulasi penjualan emas pada paruh pertama tahun ini sebesar 29.305 kg (942.178 troy ons), dengan produksi emas mencapai 438 kg (14.082 troy ons).

ANTM juga mencatat rekor tertinggi penjualan bijih nikel secara triwulanan pada kuartal II 2025, menunjukkan posisi-nya yang semakin kuat di pasar domestik.

Sepanjang semester I/2025, penjualan bijih nikel mencapai 8,20 juta wet metric ton (wmt), dengan produksi sebesar 9,10 juta wmt.

Berkaca pada hasil kuartal pertama tahun ini, ANTM berhasil mencetak laba senilai Rp2,13 triliun. Jika diasumsikan pertumbuhan konstan, sepanjang 2025 laba yang dihasilkan bisa mencapai Rp8,52 triliun, ini mengimplikasi earning per share senilai Rp354,74.

Nilai tersebut tumbuh lebih dari dua kali lipat dari EPS 2025 senilai Rp151,77.

Secara historis, sudah dua tahun terakhir ini ANTM selalu membagikan payout ratio (DPR) sampai 100%, artinya laba yang dihasilkan pada tahun 2023 - 2024 seluruhnya dibagikan pada investor.

Tak menutup kemungkinan, pada tahun depan menggunakan laba dari tahun laba 2025 dividen yang bisa dibagikan bisa lebih tinggi, karena memakai 50% dari laba saja dividen per lembar yang akan dihasilkan masih lebih banyak dibandingkan tahun buku 2024.

Kami mengasumsikan lebih konservatif jika DPR sebanyak 80%, maka DPS akan berada di sekitar Rp443,43. Dari nilai ini, jika dibandingkan terhadap harga saham ANTM pada perdagangan Rabu (27/8/2025) hari ini di Rp2.940 per lembar, akan menghasilkan cuan sekitar 15,08%.

Berkat kinerja moncer ANTM tahun ini, potensi kontribusi-nya ke MIND ID seharusnya juga akan meningkat. Hal ini tentu akan berdampak positif ke Danantara sebagai pemilik mayoritas MIND ID.

Emiten lain yang disoroti lagi tidak lepas dari sektor perbankan, meskipun kinerja-nya melambat, tetapi ada kemungkinan dividen payout ratio (DPR) bisa saja dinaikkan.

Secara keseluruhan, Danantara akan menggenjot mayoritas BUMN terutama yang jelas menghasilkan laba untuk bisa menyetor dividen lebih optimal. Bagi investor, hal ini tentu menarik apalagi untuk emiten yang terdaftar di BEI karena ritel bisa membeli saham-nya lebih leluasa dan ikutan menikmati dividen.

Namun, kita juga harus objektif karena dividen itu hanya salah satu dari keuntungan yang akan kita dapatkan. Masih ada capital gain yang pada akhirnya kita harus perhatikan momentum pembeliannya dengan menganalisis secara teknikal juga, ini supaya return yang kita dapatkan akan lebih optimal dan meminimalisir risiko terbawa turun.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut

 

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation