
Bisnis Wong Cilik Makin Susah: Kredit UMKM Turun, Terendah Sejak Covid

Jakarta, CNBC Indonesia - Kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kembali mengalami perlambatan pertumbuhan pada Juli 2025.
Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan, kredit UMKM tercatat sebesar Rp1.397,4 triliun atau hanya tumbuh 1,6% (year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan Juni yang mencapai 2,0% yoy dengan nilai Rp1.404,0 triliun.
Angka ini sekaligus menjadikan pertumbuhan kredit UMKM yang terendah sejak Mei 2021 atau lebih dari empat tahun. Pada saat itu, kredit UMKM hanya tumbuh 0,5% (yoy), namun hal ini terjadi ketika Indonesia masih dalam kondisi pandemi Covid-19.
Laju pertumbuhan kredit UMKM sedang dalam kondisi tren penurunan dalam setahun terakhir.
Setelah sempat melonjak hingga 18% pada pertengahan 2022 berkat pemulihan pasca-pandemi, tren pertumbuhannya mulai melambat sejak 2023 dan hanya berada pada kisaran 7-9%.
Memasuki 2024, perlambatan semakin nyata dengan posisi akhir tahun hanya 3,0%, sebelum akhirnya terjun ke 1,6% pada Juli 2025.
Angka tersebut bahkan lebih rendah dibanding periode awal pandemi Covid-19, ketika kredit UMKM masih mampu kembali ke zona positif setelah sempat terkontraksi di awal 2021.
Fakta ini menunjukkan bahwa kredit UMKM kini memasuki kondisi yang mengkhawatirkan yang jauh berbeda dibanding momentum pertumbuhan pesat beberapa tahun lalu.
Berdasarkan skala usaha UMKM, skala mikro masih menjadi kontributor terbesar dalam kredit UMKM. Pada Juli, kredit usaha skala mikro tercatat sebesar Rp617,3 triliun atau kontraksi 3,1% (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan kontraksi Juni yang sebesar 2,5%.
Terjadi nya tren penurunan pertumbuhan pada kredit UMKM, memang terlihat disebabkan oleh penurunan pertumbuhan pada kredit usaha mikro.
Pada Januari 2024, pertumbuhan kredit UMKM di usaha mikro masih sangat tinggi sebesar 24,5% (yoy), namun sejak April 2024, pertumbuhannya merosot jadi 0,8%, hingga akhirnya masuk ke zona kontraksi pada Januari 2025 ini. Artinya, kredit UMKM usaha mikro yang awalnya menjadi motor utama pertumbuhan UMKM justru berubah menjadi faktor penekan utama sejak 2025.
Untuk diketahui, UMKM memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia, menyumbang lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dengan jumlah sekitar 64,2 juta unit usaha dan menyerap sebagian besar tenaga kerja nasional.
Dampak terhadap Ekonomi Indonesia
Perlambatan kredit UMKM memberikan sejumlah konsekuensi bagi perekonomian Indonesia.
1. Pertumbuhan PDB bisa tertahan karena sektor perdagangan, jasa, dan manufaktur skala kecil tidak mendapat tambahan modal untuk ekspansi.
2. Penciptaan lapangan kerja baru menjadi terbatas, yang pada gilirannya bisa memperburuk tingkat pengangguran informal.
3. Daya beli masyarakat berisiko melemah karena UMKM sebagai penyalur barang dan jasa tidak mampu meningkatkan produksinya.
4. Dari sisi stabilitas, pelemahan kredit UMKM bisa mengurangi peran sektor ini sebagai penopang saat krisis, seperti yang pernah terjadi pada krisis 1998 dan pandemi 2020 ketika UMKM terbukti menjadi penyelamat ekonomi nasional.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)