Rupiah Tak Tunduk Pada Suku Bunga, Ini Buktinya!

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
20 August 2025 15:55
Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia Menjelang dan setelah pengumuman suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari ini, Rabu (20/8/2025) rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Melansir dari Refinitiv, Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini dibuka di level Rp16.310/US$ atau terdepresiasi sebesar 0,46%. Rupiah mengikis pelemahan menjelang penutupan dengan mengakhiri perdagangan di Rp 16.285 atau melemah 0,18%.

Lalu bagaimana dengan pergerakan nilai tukar rupiah di saat pengumuman BI-Rate sejak awal tahun ini?

CNBC Indonesia telah merangkum pergerakan nilai tukar rupiah di hari pengumuman suku bunga BI mulai dari Harga pembukaan, Harga penutupan, hingga Harga penutupan di hari berikutnya.

Data menunjukkan rupiah hampir selalu melemah setiap kali ada pengumuman BI rate, terlepas dari keputusannya.

Sepanjang tahun ini, BI sudah memangkas BI rate sebanyak empat kali yakni pada Januari, Mei, Juli dan Agustus 2025. Dari empat keputusan tersebut, rupiah ditutup melemah tiga kali.  Rupiah malah terbang tinggi saat dan setelah BI memangkas suku bunga pada Mei.

Pada pertemuan Februari, Maret, April dan Juni di mana BI mempertahankan suku bunga, nilai tukar melemah tiga kali dan hanya menguat sekali.

Pergerakan rupiah pada hari berikutnya juga sangat beragam. Rupiah tidak selalu melemah atau menguat setelah BI memangkas dan mempertahankan suku bunga.

Secara teori, rupiah akan melemah ketika BI memangkas suku bunga karena selisih rate menjadi lebih kecil. Jika BI menurunkan suku bunga, imbal hasil aset berdenominasi rupiah (obligasi, deposito) turun karena kurang menarik dibanding aset luar negeri. Akibatnya, modal asing bisa keluar  dan permintaan dolar naik sehingga rupiah melemah.

Namun, teori ini tidak selalu sejalan sepanjang tahun ini. Kondisi ini mencerminkan jika pergerakan rupiah sangat dipengaruhi eksternal meskipun ada keputusan BI.

 

Pada RDG Januari 2025, rupiah sempat dibuka di level Rp16.265/US$ dan berakhir di Rp16.315/US$. Penurunan suku bunga 25 bps ke 5,75% tidak mampu menahan pelemahan, bahkan sehari kemudian rupiah kembali tertekan ke Rp16.355/US$.

Kondisi serupa juga terlihat pada Februari 2025. Rupiah dibuka di Rp16.300/US$ dan ditutup di Rp16.330/US$ setelah BI menahan suku bunga di 5,75%. Meski di H+1 sedikit menguat ke Rp16.325/US$, pergerakannya tetap terbatas.

Situasi sedikit membaik di Mei 2025, ketika BI memangkas suku bunga ke 5,50%. Rupiah dibuka di Rp16.400/US$ dan ditutup lebih baik di Rp16.390/US$. Tren penguatan berlanjut sehari setelahnya ke Rp16.325/US$.

Pada Juni 2025, rupiah kembali tertekan meski BI menahan suku bunga. Dari posisi Rp16.300/US$ di pembukaan, kurs sempat ditutup di Rp16.295/US$, namun sehari kemudian melemah ke Rp16.390/US$.

Sementara itu pada Juli 2025, BI menurunkan lagi suku bunga menjadi 5,25%. Rupiah dibuka di Rp16.255/US$ dan relatif stabil di Rp16.265/US$, meski sehari kemudian kembali melemah ke Rp16.325/US$.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation