Rahasia 8 Perusahaan Tertua RI Bertahan dari Era Kolonial ke Digital

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
17 August 2025 09:00
Potret lama aktivitas pekerja PT Unilever Indonesia
Foto: PT Unilever Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama hampir delapan dekade kemerdekaan, Indonesia telah menjadi rumah bagi ribuan perusahaan di berbagai sektor. Mulai dari manufaktur, perdagangan, hingga jasa.

Sebagian besar lahir dari ide dan investasi anak bangsa, sementara sebagian lainnya datang dari luar negeri. Namun, tak banyak yang menyadari bahwa di tengah maraknya bisnis modern, masih ada perusahaan-perusahaan yang telah hadir memberikan kontribusi bagi masyarakat sebelum Indonesia merdeka dan tetap bertahan hingga kini.

Perusahaan-perusahaan ini bukan hanya bertahan dari gempuran zaman, tetapi juga terus berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia, baik melalui penciptaan lapangan kerja, pembayaran pajak, maupun transfer pengetahuan.

Lalu, siapa saja perusahaan tersebut?

1. Unilever

Awal 1930-an, Unilever lahir dari merger Margarine Unie (Belanda) dan Lever & Co (Inggris) pada 1 Januari 1930. Tiga tahun kemudian, 5 Desember 1933, Lever Zeepfabrieken N.V. membuka pabrik di Angke, Jakarta Utara, sebagai perusahaan Belanda-Inggris dengan pusat kendali di Rotterdam.

Pabrik ini menjadi titik awal kehadiran Unilever di Tanah Air. Hari ini, Unilever bukan sekadar bertahan, namun produk-produknya menempel dalam keseharian orang Indonesia.

Merek-merek Unilever bahkan menjadi kata ganti untuk fungsi tertentu. Orang menyebut "Sunlight" untuk semua sabun cuci piring, "Rinso" untuk semua sabun cuci baju, "Lifebuoy" untuk semua sabun mandi batangan, dan "Pepsodent" sebutan untuk pasta gigi. Padahal itu semua adalah merek dagang, bukan jenis produk.

Pabrik PT Unilever IndonesiaFoto: Arsip Nasional
Pabrik PT Unilever Indonesia

 

Dari pabrik sabun di Angke pada 1933 hingga rak-rak supermarket, minimarket, warung, dan took online hari ini, Unilever telah menjadi bagian dari perjalanan sejarah sekaligus rutinitas sehari-hari dan hadir di setiap sudut rumah. Di meja makan lewat Bango, Royco, Buavita, SariWangi. Saat merawat kulit ada Vaseline, Citra, POND'S. Di kamar mandi melalui Clear, Sunsilk, Lifebuoy. Di ruang cuci dan bersih-bersih lewat Molto, Wipol, Super Pell.

Kehadiran Unilever di Indonesia tidak hanya fokus menghadirkan produk berkualitas, namun juga penerapan bisnis yang bertanggung jawab, berkelanjutan, dan bertumbuh bersama masyarakat.

Unilever IndonesiaFoto: Unilever Indonesia
Unilever Indonesia

 

Mengutip dari Annual Report tahun 2024, Unilever Indonesia turut meningkatkan taraf hidup jutaan orang, termasuk 4,266 karyawan, 80,000 warung dan toko, 35 ribu petani kedelai hitam dan gula kelapa di Indonesia, serta jutaan stakeholders dalam rantai pasok Perusahaan.

Selain terdepan dalam hal produk berkualitas, Unilever Indonesia juga terdepan dalam mengimplementasikan Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH) sejak 31 tahun lalu, sementara implementasi Undang-Undang tentang Jaminan Produk Halal Sendiri baru berjalan sejak Oktober 2019. Selain itu, Unilever Indonesia adalah perusahaan Indonesia pertama yang diketahui secara resmi menerbitkan Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) pada 2001.

Unilever IndonesiaFoto: Unilever Indonesia
Unilever Indonesia

2. PT Pos Indonesia

Besarnya arus perdagangan di Indonesia mendorong Gubernur Jenderal VOC, Gustaaf Willem Baron van Imhoff, mendirikan lembaga pengantaran barang melalui sistem pos. Tujuannya supaya arus kegiatan dagang bisa lancar.

Maka, pada 26 Agustus 1746 berdiri kantor pos pertama di Indonesia yang berada di Batavia. Mengutip dari The Archives of the Dutch East India Company (VOC) and the Local Institutions in Batavia (2007), sejarah kemudian mencatat bahwa tujuan pendirian pos berhasil.

Warga mengambil dana bantuan subsidi upah (BSU) di Kantor Pos Indonesia Dharmawangsa, Jakarta, Rabu, (9/7/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: Warga mengambil dana bantuan subsidi upah (BSU) di Kantor Pos Indonesia Dharmawangsa, Jakarta, Rabu, (9/7/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Warga mengambil dana bantuan subsidi upah (BSU) di Kantor Pos Indonesia Dharmawangsa, Jakarta, Rabu, (9/7/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Seiring waktu, keberadaan lembaga pos (Posten Telegrafdienst) membuat aksesibilitas perdagangan bisa terjaga. Apalagi usai kantor pos di Semarang dan rute perjalanan berupa Jalan Raya Pos buatan Daendels tercipta.

Dinamika politik dan ekonomi di masa kolonial tak membuat kantor pos berhenti. Malah makin eksis hingga era kemerdekaan. Di era kemerdekaan, berdiri kantor-kantor pos di seluruh kota Indonesia. Semuanya saling terkoneksi.

Sampai sekarang, kantor pos masih eksis dan berkontribusi positif dalam bidang logistik, keuangan, dan pengembangan masyarakat. Mereka berperan penting dalam penyaluran bantuan sosial, mendukung UMKM, dan menyediakan layanan keuangan yang inklusif

3. Bank Rakyat Indonesia

Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank terbesar di Indonesia. Bank pelat merah ini hampir tidak pernah tergeser dari jajaran big four dan salah satu bank dengan kapitalisasi pasar atau market cap paling besar.

BRI termasuk salah satu bank dengan sejarah panjang dan tertua di Indonesia. Buku One Hundred Years Bank Rakyat Indonesia, 1895-1995 (1995:5-6) mencatat sejarah BRI bermula dari kas masjid.

Pada 1894, ada guru sekolah yang ingin mengadakan pesta sunatan. Namun, guru itu tak punya uang dan terpaksa ngutang ke rentenir. Kabar ini kemudian terdengar oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja. Dia prihatin sebab sudah pasti gaji guru yang kecil bakal bergelut dengan tagihan rentenir.

Kebetulan, dia diberikan amanah mengelola uang kas masjid Kota Purwokerto sebesar 4.000 gulden. Dia punya ide untuk menjadikan uang kas itu sebagai sarana menolong guru supaya tak lagi meminjam ke rentenir. Selain guru, para pegawai dan petani juga bisa meminjam.

Langkah Wiriaatmadja semakin maju pada tahun berikutnya. Pada 16 Desember 1895, upaya Wirjaatmadja itu kemudian berhasil membentuk bank simpan pinjam De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden. Dia membentuk bank bersama Raden Atma Soepradja, R. Atma Soebrata dan R. Djaja Soemitra.

Berdasar Staatsblad No. 82 tahun 1934, bank ini menjadi bank umum kredit rakyat alias Algemene Volkscrediet Bank (AVB) sejak 19 Februari 1934. Lalu, di zaman pendudukan Jepang, AVB diubah menjadi Syomin Ginko.

Dok BRIFoto: Dok BRI
Dok BRI

Setelah Indonesia merdeka, namanya lalu berganti menjadi Bank Rakjat Indonesia (BRI). Di tangan pemerintah Indonesia pula, BRI diambil alih menjadi bank milik negara. BRI kini lekat dengan bisnis wong cilik dengan berkontribusi kepada negara lewat pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta penguatan inklusi keuangan.

Hingga semester I-2025, sekitar 44,67% kredit BRI adalah dari sektor UMKM. Layanan BRI juga jauh menjangkau pelosok dengan memberdayakan 1,2 juta agen BRILink. Keberadaan mereka adalah salah satu tombak bagi perluasann inklusi keuangan.

4. Sido Muncul 

Jamu Sido Muncul, merek ternama penangkal masuk angin, berawal dari pasangan pemerah susu asal Ambarawa, Jawa Tengah, Siem Thiam Hie dan Go Djing Nio. Sambil menjalankan usaha susu dan roti pada 1930, Go Djing Nio mulai meracik jamu.

Setelah pindah ke Yogyakarta pada 1935, mereka membuka toko jamu dan pada 1940 mulai memasarkan ramuan masuk angin rebus yang kelak dikenal sebagai Tolak Angin. Perang Dunia II memaksa keluarga pindah ke Semarang, tempat mereka menetap dan fokus memproduksi jamu untuk batuk, pilek, dan pencernaan.

Tahun 1951, berdirilah pabrik Sido Muncul yang berarti "impian terwujud". Kepemimpinan berlanjut ke Desi Sulistyo (1967) dan Irwan Hidayat (1974), yang membawa perusahaan berkembang pesat. Pada 1975, statusnya menjadi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, dan pada 1997 mereka membangun pabrik modern seluas 30 hektare di Klepu, Ungaran.

Belakangan, Sido Muncul tidak hanya menghasilkan Tolak Angin yang cukup merajai pasar obat anti masuk angin di Indonesia, tapi juga Tolak Linu, Kuku Bima Energi, Alang Sari Plus, Kopi Jahe Sido Muncul, Kuku Bima Kopi Ginseng, Susu Jahe, Jamu Komplit, dan Kunyit Asam.

5.Semen Padang

Industri semen di Indonesia berawal pada masa kolonial Hindia Belanda awal 1900-an. Setelah kebijakan Politik Etis dan liberalisasi ekonomi, pemerintah kolonial gencar membangun infrastruktur. Karena semen saat itu masih diimpor dari Eropa dengan biaya tinggi, mereka memutuskan membangun pabrik sendiri.

Pada 1907, pemerintah memilih kawasan Pegunungan Kapur Indarung, Sumatera Barat, yang tengah berkembang pesat sebagai pusat industri. Pabrik ini diberi nama NV Nederland Indische Portland Cement Maatschappij (NIPCM), kini dikenal sebagai Semen Padang. Resmi berdiri 18 Maret 1910, NIPCM mendapat dukungan penuh pemerintah. Mulai dari izin lahan, bahan baku, hingga akses distribusi lewat jalan, rel kereta, dan pelabuhan.

Sejumlah atraksi pesawat Apache, Golden Eagle, hingga Jet Tempur F-16 diperlihatkan dari langit Monas saat proses gladi kotor menjelang perayaan HUT ke-80 RI Mulai pesawat tempur F-16 hingga helikopter di Kawasan Monas, Jakarta, Jumat, (15/8/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Sejumlah atraksi pesawat Apache, Golden Eagle, hingga Jet Tempur F-16 diperlihatkan dari langit Monas saat proses gladi kotor menjelang perayaan HUT ke-80 RI Mulai pesawat tempur F-16 hingga helikopter di Kawasan Monas, Jakarta, Jumat, (15/8/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

Sebagai satu-satunya produsen semen di Asia Tenggara, NIPCM cepat berjaya. Dua tahun beroperasi, keuntungan mencapai 2 juta gulden dan kawasan sekitarnya tumbuh menjadi pusat ekonomi baru.

Setelah melalui masa pendudukan Jepang dan kemerdekaan, pada 1957 NIPCM dinasionalisasi menjadi Semen Padang. Sejak itu, semen produksinya menjadi bahan penting pembangunan nasional. Mulai dari Monas, Gedung DPR/MPR, Jembatan Semanggi, hingga gedung-gedung pencakar langit di Jakarta.

Semen Padang juga terus berinovasi menyesuaikan jaman, salah satunya adalah dengan meluncurkan produk bata yang saling mengunci (inter-lock / sistem lego).

Dibuat tanpa proses pembakaran, mempertimbangkan kemudahan dan kecepatan serta kekuatan pada aplikasi dinding bangunan.
Bata  ini juga lebih ramah lingkungan dan tahan gempa.

 

6. Kapal Api

Sejarah kopi Kapal Api berawal pada 1920-an ketika Go Soe Loet, perantau asal Fujian, Tiongkok, tiba di Surabaya dan memulai usaha kopi rumahan. Ia hanya memilih biji kopi terbaik, menyangrai, menumbuk, lalu menjualnya. Untuk membedakan produknya, dia memberi merek HAP Hootjan, berarti "kapal api", terinspirasi perjalanannya ke Jawa dengan kapal uap.

Bisnis ini bertahan melewati masa sulit dan kelak diteruskan anaknya, Go Tek Whie (Soedomo Mergonoto). Pada 1970-an, Soedomo mengganti merek menjadi Kapal Api. Saat mesin pengolah kopi usang menurunkan kualitas produksi, ia sempat mencoba membuat mesin sendiri namun gagal. Akhirnya, ia meminjam dana Rp123 juta untuk membeli mesin dari Jerman, yang sukses mengangkat kualitas dan penjualan.

Kapal ApiFoto: Kapal Api
Kapal Api

 

Soedomo mendirikan PT Santos Jaya Abadi di Sidoarjo, gencar beriklan di TVRI, dan memperluas pasar ke luar Jawa hingga ekspor ke Timur Tengah dan Asia pada 1985. Inovasinya melahirkan merek lain seperti Kopi ABC, Good Day, Ceremix, dan Permen Relaxa.

Pada 1992, ia merambah bisnis kedai kopi dengan Excelso, menyasar segmen menengah atas. Kini Kapal Api menguasai sekitar 60% pasar kopi Indonesia dan meraih omset triliunan rupiah.

7. Pegadaian

Sama seperti sekarang, pegadaian tercipta karena tingginya kebutuhan masyarakat terhadap akses cepat terhadap dana tunai melalui layanan gadai.  Sejak awal berdiri pada 1901, Pegadaian telah mengalami beberapa kali perubahan bentuk badan hukum, yang mencerminkan peranannya yang terus berkembang dalam masyarakat.

Saat ini, Pegadaian merupakan perusahaan BUMN yang menyediakan berbagai layanan keuangan, mulai dari pembiayaan, tabungan emas, hingga program pemberdayaan masyarakat. Dengan layanan gadai yang mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, Pegadaian berperan penting sebagai solusi keuangan cepat, aman, dan terpercaya.

Gedung PegadaianFoto: Dok: Pegadaian
Gedung Pegadaian

Didukung lebih dari 4.000 outlet dan 240 ribu agen di seluruh Indonesia, serta kemudahan akses melalui aplikasi Pegadaian Digital dan berbagai kanal lain seperti perbankan, e-commerce, dan aplikasi investasi, Pegadaian terus memperkuat komitmennya mendukung inklusi keuangan, pemberdayaan UMKM, dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

8. Kimia Farma

Sejarah mencatat Kimia Farma menjadi perusahaan farmasi pertama di Indonesia. Situs resmi menyebutnya berdiri pada 1817 dengan nama NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Kendati demikian, CNBC Indonesia baru mendeteksi keberadaan Kimia Farma pada 1866 berdasarkan koran Java Bode (12 Januari 1866).

NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co dibentuk pemerintah Hindia Belanda untuk memenuhi obat-obatan modern, khususnya obat menangkal penyakit tropis. Dari sini, apotek berkembang menjadi 'raja' di Indonesia dan seringkali mengalami transformasi signifikan.

Pada 1958, misalnya, NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co mengalami nasionalisasi menjadi Kimia Farma. Lalu, pada 2001 berubah menjadi perusahaan publik. Kini, Kimia Farma terus berkembang, dengan fokus pada diversifikasi produk dan layanan, serta memperluas jaringan apotek di seluruh Indonesia.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular