
Rahasia 8 Perusahaan Tertua RI Bertahan dari Era Kolonial ke Digital

4. Sido Muncul
Jamu Sido Muncul, merek ternama penangkal masuk angin, berawal dari pasangan pemerah susu asal Ambarawa, Jawa Tengah, Siem Thiam Hie dan Go Djing Nio. Sambil menjalankan usaha susu dan roti pada 1930, Go Djing Nio mulai meracik jamu.
Setelah pindah ke Yogyakarta pada 1935, mereka membuka toko jamu dan pada 1940 mulai memasarkan ramuan masuk angin rebus yang kelak dikenal sebagai Tolak Angin. Perang Dunia II memaksa keluarga pindah ke Semarang, tempat mereka menetap dan fokus memproduksi jamu untuk batuk, pilek, dan pencernaan.
Tahun 1951, berdirilah pabrik Sido Muncul yang berarti "impian terwujud". Kepemimpinan berlanjut ke Desi Sulistyo (1967) dan Irwan Hidayat (1974), yang membawa perusahaan berkembang pesat. Pada 1975, statusnya menjadi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, dan pada 1997 mereka membangun pabrik modern seluas 30 hektare di Klepu, Ungaran.
Belakangan, Sido Muncul tidak hanya menghasilkan Tolak Angin yang cukup merajai pasar obat anti masuk angin di Indonesia, tapi juga Tolak Linu, Kuku Bima Energi, Alang Sari Plus, Kopi Jahe Sido Muncul, Kuku Bima Kopi Ginseng, Susu Jahe, Jamu Komplit, dan Kunyit Asam.
5.Semen Padang
Industri semen di Indonesia berawal pada masa kolonial Hindia Belanda awal 1900-an. Setelah kebijakan Politik Etis dan liberalisasi ekonomi, pemerintah kolonial gencar membangun infrastruktur. Karena semen saat itu masih diimpor dari Eropa dengan biaya tinggi, mereka memutuskan membangun pabrik sendiri.
Pada 1907, pemerintah memilih kawasan Pegunungan Kapur Indarung, Sumatera Barat, yang tengah berkembang pesat sebagai pusat industri. Pabrik ini diberi nama NV Nederland Indische Portland Cement Maatschappij (NIPCM), kini dikenal sebagai Semen Padang. Resmi berdiri 18 Maret 1910, NIPCM mendapat dukungan penuh pemerintah. Mulai dari izin lahan, bahan baku, hingga akses distribusi lewat jalan, rel kereta, dan pelabuhan.
![]() |
Sebagai satu-satunya produsen semen di Asia Tenggara, NIPCM cepat berjaya. Dua tahun beroperasi, keuntungan mencapai 2 juta gulden dan kawasan sekitarnya tumbuh menjadi pusat ekonomi baru.
Setelah melalui masa pendudukan Jepang dan kemerdekaan, pada 1957 NIPCM dinasionalisasi menjadi Semen Padang. Sejak itu, semen produksinya menjadi bahan penting pembangunan nasional. Mulai dari Monas, Gedung DPR/MPR, Jembatan Semanggi, hingga gedung-gedung pencakar langit di Jakarta.
Semen Padang juga terus berinovasi menyesuaikan jaman, salah satunya adalah dengan meluncurkan produk bata yang saling mengunci (inter-lock / sistem lego).
Dibuat tanpa proses pembakaran, mempertimbangkan kemudahan dan kecepatan serta kekuatan pada aplikasi dinding bangunan.
Bata ini juga lebih ramah lingkungan dan tahan gempa.
6. Kapal Api
Sejarah kopi Kapal Api berawal pada 1920-an ketika Go Soe Loet, perantau asal Fujian, Tiongkok, tiba di Surabaya dan memulai usaha kopi rumahan. Ia hanya memilih biji kopi terbaik, menyangrai, menumbuk, lalu menjualnya. Untuk membedakan produknya, dia memberi merek HAP Hootjan, berarti "kapal api", terinspirasi perjalanannya ke Jawa dengan kapal uap.
Bisnis ini bertahan melewati masa sulit dan kelak diteruskan anaknya, Go Tek Whie (Soedomo Mergonoto). Pada 1970-an, Soedomo mengganti merek menjadi Kapal Api. Saat mesin pengolah kopi usang menurunkan kualitas produksi, ia sempat mencoba membuat mesin sendiri namun gagal. Akhirnya, ia meminjam dana Rp123 juta untuk membeli mesin dari Jerman, yang sukses mengangkat kualitas dan penjualan.
![]() Kapal Api |
Soedomo mendirikan PT Santos Jaya Abadi di Sidoarjo, gencar beriklan di TVRI, dan memperluas pasar ke luar Jawa hingga ekspor ke Timur Tengah dan Asia pada 1985. Inovasinya melahirkan merek lain seperti Kopi ABC, Good Day, Ceremix, dan Permen Relaxa.
Pada 1992, ia merambah bisnis kedai kopi dengan Excelso, menyasar segmen menengah atas. Kini Kapal Api menguasai sekitar 60% pasar kopi Indonesia dan meraih omset triliunan rupiah.
7. Pegadaian
Sama seperti sekarang, pegadaian tercipta karena tingginya kebutuhan masyarakat terhadap akses cepat terhadap dana tunai melalui layanan gadai. Sejak awal berdiri pada 1901, Pegadaian telah mengalami beberapa kali perubahan bentuk badan hukum, yang mencerminkan peranannya yang terus berkembang dalam masyarakat.
Saat ini, Pegadaian merupakan perusahaan BUMN yang menyediakan berbagai layanan keuangan, mulai dari pembiayaan, tabungan emas, hingga program pemberdayaan masyarakat. Dengan layanan gadai yang mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, Pegadaian berperan penting sebagai solusi keuangan cepat, aman, dan terpercaya.
![]() Gedung Pegadaian |
Didukung lebih dari 4.000 outlet dan 240 ribu agen di seluruh Indonesia, serta kemudahan akses melalui aplikasi Pegadaian Digital dan berbagai kanal lain seperti perbankan, e-commerce, dan aplikasi investasi, Pegadaian terus memperkuat komitmennya mendukung inklusi keuangan, pemberdayaan UMKM, dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
8. Kimia Farma
Sejarah mencatat Kimia Farma menjadi perusahaan farmasi pertama di Indonesia. Situs resmi menyebutnya berdiri pada 1817 dengan nama NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Kendati demikian, CNBC Indonesia baru mendeteksi keberadaan Kimia Farma pada 1866 berdasarkan koran Java Bode (12 Januari 1866).
NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co dibentuk pemerintah Hindia Belanda untuk memenuhi obat-obatan modern, khususnya obat menangkal penyakit tropis. Dari sini, apotek berkembang menjadi 'raja' di Indonesia dan seringkali mengalami transformasi signifikan.
Pada 1958, misalnya, NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co mengalami nasionalisasi menjadi Kimia Farma. Lalu, pada 2001 berubah menjadi perusahaan publik. Kini, Kimia Farma terus berkembang, dengan fokus pada diversifikasi produk dan layanan, serta memperluas jaringan apotek di seluruh Indonesia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]