
Dibantu Kabar Gembira dari AS, IHSG Bersiap Cetak Sejarah Hari Ini

Dari pasar saham AS, bursa Wall Street kompak menguat pada perdagangan Selasa atau Rabu dini hari waktu Indonesia.
Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite ditutup pada rekor tertinggi baru setelah laporan inflasi yang lebih jinak sehingga memicu kemungkinan bahwa Federal Reserve (The Fed) dapat menurunkan suku bunga bulan depan.
Indeks S&P naik 1,13% di level 6.445,76, sementara Nasdaq yang sarat saham teknologi terbang 1,39% menjadi 21.681,90. Dow Jones Industrial Average melonjak 483,52 poin atau 1,10% menjadi 44.458,61.
Rilis data inflasi terbaru pada Selasa memberi ketenangan bagi investor, yang sebelumnya khawatir bahwa kebijakan tarif luas Presiden Donald Trump dapat memicu lonjakan harga di perekonomian AS.
Indeks harga konsumen (CPI) naik 2,7% secara tahunan (YoY) pada Juli, sementara perkiraan Dow Jones memproyeksikan kenaikan 2,8%.
Inflasi inti - yang tidak memasukkan harga pangan dan energi yang bergejolak - meningkat 3,1% secara tahunan, sedikit lebih tinggi dari perkiraan 3%.
Ekspektasi terhadap penurunan suku bunga melonjak setelah laporan tersebut.
Berdasarkan data perdagangan dari CME's FedWatch Tool, pelaku pasar kini memperkirakan peluang 94% bahwa penurunan suku bunga akan terjadi bulan depan, naik dari 85% sebelum data dirilis.
Para trader juga meningkatkan taruhan terhadap pemangkasan suku bunga pada Oktober dan Desember.
"Sepertinya ini adalah kondisi Goldilocks bagi pasar saham. Semakin banyak orang memperkirakan pemangkasan suku bunga pada September. Jadi, suku bunga cenderung turun, laba perusahaan cenderung naik, itu lingkungan yang cukup baik untuk pasar saham secara umum." kata Tom Hainlin, ahli strategi investasi nasional di U.S. Bank Asset Management Group, kepada CNBC International.
Saham berkapitalisasi kecil, yang dianggap sebagai penerima manfaat besar dari turunnya suku bunga pinjaman jangka pendek, memimpin reli dengan indeks Russell 2000 naik hampir tiga kali lipat dari kenaikan S&P 500.
Pergerakan pada Selasa terjadi ketika pelaku pasar mempertimbangkan perkembangan terbaru di bidang tarif. Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Senin bahwa ia akan memperpanjang jeda 90 hari untuk kenaikan tarif barang-barang China.
Wall Street juga akan mencermati laporan indeks harga produsen (PPI) pada Kamis untuk melihat inflasi di tingkat grosir. Kedua laporan ini hadir menjelang pertemuan tahunan The Fed di Jackson Hole pada akhir Agustus dan rapat kebijakan bank sentral pada September.
(tsn/tsn)