Duh! Investasi di BBCA, ICBP, GGRM Anda Malah Boncos dalam 3 Bulan

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
13 August 2025 09:35
saham
Foto: saham

Jakarta, CNBC Indonesia - Tujuan utama orang berinvestasi tentu mencari keuntungan atau cuan, baik dari kenaikan harga aset (capital gain) maupun dari pendapatan pasif seperti dividen atau bunga. Namun, tidak ada investasi yang pasti untung. Bahkan instrumen yang dianggap aman seperti obligasi pemerintah pun masih memiliki risiko (misalnya risiko inflasi atau perubahan suku bunga).

Banyak orang ingin cepat cuan, tapi justru terjebak membeli di harga tinggi dan menjual di harga rendah. Investor yang sabar biasanya lebih konsisten mendapat hasil.

Saham dengan kapitalisasi pasar besar (big cap) sering menjadi incaran investor. Hal ini dikarenakan volume transaksi biasanya besar, sehingga mudah dibeli atau dijual tanpa menggerakkan harga terlalu banyak.

Mayoritas big cap adalah saham blue chip, perusahaan besar dengan rekam jejak panjang, kinerja stabil, dan posisi dominan di industrinya. Bahkan pergerakan harganya tidak sevolatile saham small cap, meskipun tetap bisa naik-turun tergantung kondisi pasar.

Investor besar pun seperti reksa dana, dana pensiun, dan investor asing biasanya lebih nyaman menempatkan dana di saham berkapitalisasi besar karena kemudahan keluar-masuk modal.

Meskipun market cap besar sering dianggap aman, bukan berarti harga sahamnya akan terus naik. Jika laba stagnan atau turun, harga saham bisa ikut tertekan meski perusahaannya besar. S
ektor tertentu kadang sedang lesu, sehingga semua emiten di sektor itu ikut kena imbas.

Bahkan jika harga sudah terlalu tinggi dibandingkan fundamentalnya (overvalued), investor cenderung ragu membeli lagi, sehingga kenaikannya terbatas.

Banyak saham big cap tergantung arus modal asing. Jika investor asing keluar, harga bisa terkoreksi meski fundamental masih bagus. Isu global, kebijakan pemerintah, atau sentimen jangka pendek bisa memengaruhi harga.

Lantas jika seorang investor memiliki dana investasi Rp100 juta dan ditempatkan di beberapa saham big caps yang justru turun performa harga sahamnya dalam 3 bulan ini, tersisa berapa dana investasinya?

Begitupun sebaliknya, jika seorang investor memiliki dana invetasi Rp100 juta dan ditempatkan di beberapa saham big caps yang naik performa harga sahamnya dalam 3 bulan, maka jadi lipat uangnya?

CNBC Indonesia Research telah membuat perumpamaan dan catatan pergerakan saham big caps dalam 3 bulan terakhir yang memberikan performa buruk dan juga baik.

Terpantau bahkan investasi di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) saja investor masih merugi dalam 3 bulan terakhir. Saham yang belum lama ipo PT Daya Intiguna Yasa Tbk (MDIY) juga memberikan performa kurang baik dalam 3 bulan terakhir.

Sementara berinvestasi di 10 saham yang mampu memberikan gain puluhan hingga ratusan persen di saham kapitalisasi pasar besar pun mendorong nilai investasi terus bertumbuh. Bahkan salah satu saham konglomerat RI Prajogo Pangestu, PT Barito Pasific Tbk (BRPT) mampu menumbuhkan nilai investasi Rp100 juta menjadi Rp284,15 juta.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation