Newsletter

Asing Serbu RI di Tengah Drama Panas China-AS, IHSG-Rupiah Bisa Pesta?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
12 August 2025 06:20
Ilustrasi Wall Street. (AP/Richard Drew)
Foto: (AP/Richard Drew)

Dari pasar saham AS, bursa Wall Street kompak kebakaran pada perdagangan Senin atau Selasa dini hari waktu Indonesia.

Bursa ambruk karena para pelaku pasar bersiap menghadapi rilis data inflasi yang akan keluar akhir pekan ini, dan sebagian besar mengabaikan perkembangan positif terkait isu tarif.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 200,52 poin atau 0,45% menjadi 43.975,09. Indeks S&P 500 melemah 0,25% menjadi 6.373,45, sementara Nasdaq Composite terkoreksi 0,3% dan ditutup di level 21.385,40.

Data inflasi pekan ini menjadi tantangan besar bagi pelaku pasar. Indeks Harga Konsumen (CPI) yang akan dirilis pada Selasa dan Indeks Harga Produsen (PPI) yang keluar pada Kamis akan menjadi faktor kunci dalam membentuk prospek arah suku bunga, khususnya untuk pertemuan The Federal Reserve (The Fed) pada September mendatang. Jika inflasi keluar lebih panas dari perkiraan, hal itu dapat menghambat kenaikan pasar.

Konsensus pasar memperkirakan inflasi Juli akan mencatat kenaikan 0,2% secara bulanan dan 2,8% secara tahunan. Inflasi inti diperkirakan naik 0,3% secara bulanan dan 3,1% secara tahunan, meningkat dari angka bulan Juni yang masing-masing sebesar 0,2% dan 2,9%.

Data inflasi ini dirilis menjelang pertemuan tahunan The Fed di Jackson Hole, Wyoming, pada 21-23 Agustus, yang dapat menjadi penentu arah kebijakan untuk rapat September.

Saat ini, pasar memperkirakan peluang 87% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga bulan depan. Namun, Sam Stovall dari CFRA Research mengatakan investor mungkin terlalu optimistis.

"Saya agak khawatir pasar pada akhirnya akan kecewa. The Fed akan menghadapi dilema jika inflasi tetap tinggi dan konsumen masih mau membelanjakan uangnya - di mana urgensinya untuk menurunkan suku bunga?" ujar Kepala Strategi Investasi CFRA kepada CNBC International.

Investor juga merasa kurang terkesan setelah Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang memperpanjang tenggat waktu pemberlakuan tarif atas barang-barang China selama 90 hari lagi. Perintah itu ditandatangani beberapa jam sebelum tengah malam, saat jeda tarif sebelumnya akan berakhir.

(tsn/tsn)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular