
Saingi Amerika di Langit, Seberapa Hebat Jet Tempur China J-36?

Jakarta, CNBC Indonesia - China dikabarkan tengah mengembangkan jet tempur generasi ke-6, Chengdu J-36, yang diklaim mampu melesat mencapai kecepatan maksimum yang fantastis, yakni Mach 2,5.
Jika benar, maka J-36 akan mengalahkan kecepatan jet tempur siluman unggulan Amerika Serikat, F-22 Raptor dan F-35 Lightning II, serta setara dengan jet legendaris F-15 Eagle. J-36 merupakan lompatan besar dalam industri dirgantara China, dan menjadi ancaman baru yang tangguh dalam perlombaan dominasi udara.
J-36 yang penuh rahasia ini digambarkan memiliki desain sayap delta tanpa ekor dengan bentang sayap yang sangat besar dan konfigurasi mesin unik yang menggunakan tiga mesin bertenaga tinggi.
Jet Tempur J-36 China: Benarkah Bisa Mencapai Mach 2,5?
Jika angka Mach 2,5 itu benar, maka J-36 lebih cepat daripada F-22 Raptor dan F-35 Lightning II, dua jet tempur siluman generasi ke-5 Amerika Serikat yang dibuat oleh divisi legendaris Skunk Works milik Lockheed Martin.
![]() 6th Generation Fitgher Jet. (Tangkapan Layar GCAP via baesystems) |
Sumber angka Mach 2,5 tersebut berasal dari artikel Dan Arkin yang diterbitkan pada 30 Desember 2024 di IsraelDefense berjudul "Penerbangan Perdana Jet Tempur J-36: Terobosan dalam Industri Dirgantara China". Di sana, Arkin juga menyebut bahwa J-36 adalah "pesawat bermesin tiga yang sangat kuat," namun tidak memberikan detail lebih lanjut.
J-36 dispekulasikan ditenagai oleh mesin turbofan afterburner WS-10 atau WS-15 (kode: 'Emei'), yang diproduksi oleh Shenyang Aeroengine Research Institute, anak perusahaan dari Aero Engine Corporation of China (AECC).
WS-10 saat ini digunakan pada jet tempur siluman J-20 Weilong atau "Naga Perkasa". WS-15 dirancang untuk menggantikan WS-10 pada batch produksi J-20 berikutnya.
Mengutip dari Military Watch Magazine, "WS-15 diperkirakan memiliki usia pakai lebih panjang, perawatan lebih rendah, dan daya dorong yang jauh lebih besar yang membuat J-20 memiliki tenaga lebih dari jet tempur taktis manapun di dunia. Mesin ini juga diperkirakan memiliki kemampuan vektor dorong 2D atau 3D untuk manuver yang lebih baik."
Mesin WS-10 sendiri sudah cukup kuat, menghasilkan 135 kilonewton (30.000 lbf) daya dorong dan memungkinkan J-20 mencapai kecepatan Mach 2,0.
Alternatif mesin lain yang mungkin dipakai adalah Guizhou WS-13 ("Taishan"), yang digunakan pada jet siluman J-35. WS-13 merupakan versi modifikasi dari mesin Rusia RD-33, dan menghasilkan daya dorong 86,37 kN (19.420 lbf) dengan afterburner.
Fitur Menonjol J-36 Lainnya
Jet ini menggabungkan teknologi fly-by-wire dengan desain sayap delta tanpa ekor, memberikan jejak radar yang sangat rendah, stabilitas tinggi, dan manuver ekstrem di kecepatan tinggi.
Jet ini juga dilengkapi permukaan kendali penerbangan berbasis komputer dan desain aerodinamis yang mengurangi hambatan angin, sehingga meningkatkan efisiensi bahan bakar dan jangkauan operasi.
Dilaporkan, bentang sayapnya sangat besar untuk ukuran jet tempur, yaitu 24 meter (78,74 kaki). Sebagai perbandingan, J-20, jet tempur generasi 5 China, memiliki bentang sayap 13,01 meter (42,68 kaki) sedangkan F-35 milik Amerika hanya 11 meter (35 kaki).
AS punya F-47, Eropa punya GCAP Tempest
Ketika Amerika Serikat, China, dan Eropa berlomba menciptakan jet tempur generasi keenam, pertaruhannya bukan hanya dominasi udara melainkan hegemoni global.
Tak mau tertinggal, Washington memperkenalkan F-47, bagian dari program ambisius Next-Generation Air Dominance (NGAD). Digadang sebagai "Stealth++", jet ini akan melampaui F-35 dan F-22 dalam hampir semua aspek: kecepatan di atas Mach 2, radius tempur 1.000 mil laut, Integrasi penuh AI dan loyal wingman drone.
![]() Jet F-47 |
F-47 bukan hanya jet serbu, melainkan pusat komando lintas dimensi: udara, darat, laut, siber, hingga ruang angkasa. AI di dalamnya dilatih untuk pengambilan keputusan otonom dalam hitungan detik-suatu revolusi dalam strategi militer modern.
Eropa, lewat aliansi Inggris, Italia, dan Jepang, sedang mengembangkan GCAP Tempest. Diproyeksikan aktif pada 2035, jet ini disiapkan sebagai penerus Eurofighter Typhoon.
Tempest akan membawa senjata internal hingga 10.000 pon, dan mampu melintasi Atlantik tanpa isi ulang bahan bakar. Lebih dari itu, jet ini diposisikan sebagai "flying command center", menggabungkan data satelit, pasukan darat, hingga drone dalam satu sistem tempur terintegrasi.
Dengan AI sebagai inti, Tempest dikembangkan untuk membaca medan, memprediksi gerak lawan, dan mengeksekusi serangan dalam satu tarikan nafas digital.
Amerika, China, dan Eropa sama-sama tahu: siapa yang menguasai langit, akan menguasai masa depan geopolitik.
Selain simbol kekuatan militer, Jet tempur generasi keenam juga merupakan instrumen kendali atas alur perang modern. Ini bukan sekadar pertarungan teknologi, melainkan perlombaan menentukan tatanan dunia baru.
(mae)
