
Dunia Dibayangi Krisis Kayu, Dampaknya Sudah Terasa di RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kayu gergajian (lumber) dunia meroket drastis sejak awal tahun 2025. Lonjakan dipicu ketatnya pasokan di Amerika Utara di saat permintaan melesat.
Harga lumber sempat menembus US$ 695,5 per seribu kaki papan pada 1 Agustus 2025 level tertinggi sejak Mei 2022. Harga memang melandai ke US$ 684 per per seribu kaki papan pada perdagangan kemarin, Selasa (5/8/2025).
Harga lumber sudah melonjak 24,35% sepanjang tahun ini dan membuatnya menjadi komoditas pertanian dengan kenaikan harga tertinggi tahun ini. Lonjakan harga juga terbilang tinggi dibandingkan komoditas non-pertanian. Sebagai perbandingan, harga emas yang ramai dibicarakan naik 28,5% sepanjang tahun ini.
Mengapa Harga Kayu Melonjak?
Harga kayu terus melonjak karena persoalan produksi. Kapasitas penggergajian telah menyusut tajam dalam dua tahun terakhir, dengan lebih dari 5 miliar kaki papan ditutup di Kanada dan Amerika Serikat. Produksi pada kuartal pertama 2025 hanya mencapai 9,1 miliar kaki papan, turun 2,1% dibanding tahun sebelumnya. Impor AS juga turun 5,1%, dengan volume dari Kanada anjlok 6,5%.
Bea masuk semakin menambah tekanan, di mana tarif antidumping untuk kayu Kanada melonjak menjadi 21%, dan berpotensi naik ke 35% dengan tindakan subsidi balasan (countervailing measures) yang masih dalam proses. Hal ini mengurangi daya saing impor dan membuat harga kayu di AS tetap tinggi.
Dari sisi permintaan, pembangunan rumah baru serta aktivitas renovasi dan perbaikan diperkirakan meningkat pada 2025, meski suku bunga hipotek yang tinggi masih menahan pemulihan yang lebih kuat.
Gangguan musiman seperti penundaan penebangan akibat kebakaran hutan dan perawatan pabrik juga semakin memperketat pasokan.
Kenaikan Harga Ditekan oleh Tarif Dagang
Produsen kayu olahan dunia terkonsentrasi di wilayah Laut Baltik dan Amerika Utara. Peningkatan harga berkaitan dengan terbatasnya pasokan di Amerika Utara yang dipadankan dengan permintaan yang melonjak.
Di Amerika Utara, kapasitas pabrik penggergajian telah menyusut tajam selama dua tahun terakhir, dengan lebih dari 5 miliar kaki papan mengalami penutupan di Kanada dan Amerika Serikat. Produksi pada kuartal pertama tahun 2025 hanya mencapai 9,1 miliar kaki papan, turun 2,1% dibandingkan tahun sebelumnya.
![]() Lumber |
Tarif telah menambah tekanan yang signifikan, karena bea anti-dumping atas kayu Kanada baru-baru ini melonjak menjadi 21%, sehingga mengurangi daya saing impor dan mengunci harga tetap tinggi. Impor AS terkait kayu gergajian turun 5,1%, dengan volume dari Kanada turun 6,5%.
Di sisi permintaan, pembangunan rumah baru serta aktivitas perbaikan dan renovasi diperkirakan akan meningkat pada 2025, meskipun suku bunga KPR yang tinggi masih berpotensi menjaga lonjakan permintaan.
Produksi Kayu Indonesia
Merujuk pada Statistik Produksi Kehutanan milik Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kayu olahan mengalami penurunan pada 2024. Total produksi kayu olahan untuk seluruh jenis pada tahun 2024 adalah 35.648.355 meter kubik, menurun dari produksi tahun 2023 yang mencapai 50.922.991 meter kubik.
Sebagai informasi, kayu olahan didefinisikan sebagai produk hasil pengolahan kayu bulat, bahan baku serpih dan/atau kayu bahan baku setengah jadi, dengan ragam produk berupa kayu gergajian termasuk ragam produk turunannya, veneer termasuk ragam produk turunan panel kayu lainnya, dan serpih kayu termasuk ragam produk turunannya.
Kendati demikian, produksi jenis kayu gergajian tetap mencatatkan kenaikan produksi pada tahun 2024 yang mencapai 3,181,790 meter kubik dari tahun sebelumnya yang mencapai 2.772.613 meter kubik.
Produksi kayu jenis lain seperti veneer, papan partikel, moulding, dan furnitur kayu juga mengalami kenaikan dengan laju pertumbuhan yang bervariasi.
Produksi veneer meningkat sebesar 16,4% dari 1.310.510,18 meter kubik pada 2023 menjadi 1.525.551,47 meter kubik pada 2024. Sementara itu, furnitur kayu mencatat lonjakan signifikan sebesar 67,4%, dari 174,97 meter kubik menjadi 29.293,24 meter kubik pada 2024.
Jika dilihat dari data produksi, sumbangan produksi terbesar diberikan oleh jenis olahan chip dan partikel/serpih kayu. Jenis kayu olahan ini mengalami penurunan sebesar 29,99% pada tahun 2024, berkontribusi besar pada penurunan produksi kayu olahan secara keseluruhan.
