
Harga Beras Kembali Ganas, Inflasi Juli Diramal Panas

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Konsumen (IHK) diperkirakan naik atau mengalami inflasi pada Juli 2025, didorong kenaikan harga sejumlah bahan pangan hingga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data IHK Juli 2025 pada Jum'at (1/8/2025).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan IHK secara bulanan (month to month/mtm) diproyeksikan naik atau mengalami inflasi sebesar 0,23%. IHK juga akan diproyeksi naik atau mengalami inflasi sebesar 2,29% secara tahunan (year on year/yoy).
Sementara itu, inflasi inti diperkirakan stagnan 2,33%.
Sebagai catatan, IHK pada Juni 2025 tercatat mengalami inflasi secara M-to-M (bulanan) sebesar 0,19% dari bulan Mei. Untuk perhitungan tahunan (Y-on-Y), IHK tercatat naik 1,87% dari Juni tahun lalu.
Sebagai catatan, fluktuasi IHK dalam hitungan bulanan di awal tahun 2025 diwarnai oleh inflasi dan deflasi secara seimbang. Indonesia mengalami inflasi sebanyak tiga kali pada bulan Maret (1,65%), April (1,17%), dan Juni (0,19%).
Jika inflasi kembali terjadi, maka merupakan inflasi ke-empat yang terjadi pada tahun ini. Inflasi adalah kondisi di mana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu.
Jika inflasi mencapai 0,19% (mtm) maka angkanya termasuk tinggi. Secara historis, inflasi Juli memang biasanya tinggi karena ada musim ajaran baru. Namun, dalam lima tahun terakhir, inflasi Juli (mtm) hanya mencapai 0,13%.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, laju inflasi Juli diproyeksi didorong oleh pengeluaran liburan sekolah serta kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi yang mulai berlaku sejak 1 Juli 2025.
Kenaikan ini memberikan efek langsung dan tidak langsung ke berbagai harga barang dan jasa melalui melejitnya biaya transportasi dan logistik.
Inflasi, dalam kadar yang tidak terlalu tinggi, dibutuhkan dalam perekonomian. Hal ini menceriminkan perputaran ekonomi yang sehat dan daya beli yang terjaga.
Namun, inflasi juga berarti harga-harga barang mengalami kenaikan, bisa jadi karena biaya produksi seperti harga minyak yang meningkat.
Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro memperkirakan bahwa inflasi akan naik karena kenaikan harga BBM non-subsidi, dan pengeluaran uang sekolah.
Menurutnya, kenaikan inflasi Juli ini juga disebabkan oleh harga pangan yang lebih tinggi, dengan peningkatan signifikan pada harga beras (+2,0% M-to-M), cabai rawit (+16% M-to-M), bawang merah (+5% M-to-M), dan daging ayam (+1,5% M-to-M).
Senada dengan Andry, Josua pardede, ekonom Bank Permata juga memperkirakan kenaikan inflasi pada bulan Juli.
"Inflasi terutama didorong oleh lonjakan harga komoditas pangan seperti beras, cabai rawit, dan bawang merah akibat gangguan produksi," ujar Josua kepada CNBC Indonesia.
Merujuk data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), rata-rata harga beras dibanderol Rp 15.824/kg atau naik 1,9% pada Juli 2025.
Harga telur menanjak 1,3% menjadi Rp 30.250 per kg sedangkan harga cabai rawit melonjak 14,4% menjadi Rp 61.617/kg.
Kenaikan harga beras akan sangat menentukan laju inflasi mengingat bobot beras sangat beras dalam hitungan inflasi.
Selain harga pangan, harga BBM non-subsidi juga naik.
Seperti diketahui, PT Pertamina dan sejumlah badan penyalur BBM menaikkan harga BBM non-subsidi untuk bulan kemarin terhitung 1 Juli 2025.
Pertamina, untuk wilayah DKI Jakarta, harga BBM Pertamax atau RON 92 naik menjadi Rp 12.500 per liter dari yang sebelumnya Rp 12.100 liter di bulan Juni 2025. Tak cuma Pertamax, harga Pertamax Turbo juga naik menjadi Rp 13.500 per liter dari sebelumnya Rp 13.050 per liter.
Sementara harga Pertamax Green atau RON 95 naik menjadi Rp 13.250 per liter dari yang sebelumnya Rp 12.800 per liter. Harga BBM solar seperti Dexlite (CN 51) juga mengalami kenaikan menjadi Rp 13.320 per liter dari sebelumnya Rp 12.740 per liter.
Pertamina Dex (CN 53) harganya juga naik menjadi Rp 13.650 per liter dari sebelumnya Rp 13.200 per liter. Sementara harga Pertalite dan Solar subsidi tidak ada perubahan, masing-masing dibanderol Rp 10.000 dan Rp 6.800 per liter.
Begitu juga dengan SPBU Shell. Mengutip situs resmi Shell, harga Shell Super yang setara dengan Pertamax juga mengalami kenaikan, dari yang sebelumnya Rp 12.370 per liter pada periode Juni 2025, kini per 1 Juli naik menjadi Rp 12.810 per liter.
Lalu, harga Shell V-Power naik dari Rp 12.840 menjadi Rp 13.300 per liter. Begitu juga dengan Shell V-Power Diesel dan Shell V-Power Nitro+ yang naik harga mulai 1 Juli 2025.
