
Kesenggol Danantara, 7 Saham Ini Langsung Ngamuk!

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena menarik, beberapa emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpantau mencatatkan kenaikan harga saham yang luar biasa usai dikaitkan dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau yang sering disebut Danantara.
Ketika saham dikaitkan dengan nama "Danantara" yang kemungkinan merujuk ke tokoh investor atau institusi yang sedang populer, banyak saham mendadak naik. Ini biasanya disebabkan oleh beberapa faktor psikologis dan spekulatif.
Beberapa saham BUMN bahkan non-BUMN terpantau mengalami kenaikan signifikan usai kabar disentuhnya oleh Danantara.
Kini terpantau 7 emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami kenaikan yang luar biasa usai tersengat Danantara.
ANTM, INCO, MBMA
Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagatha Nusantara (Danantara) masuk konsorsium pengembangan dua proyek ekosistem baterai kendaraan listrik dengan raksasa global Huayou Cobalt dan Contemporary Amperex Technology (CATL).
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, porsi Indonesia tetap masih akan lebih besar dalam konsorsium bersama Huayou. Sebelumnya Huayou menggantikan porsi LG Energi Solution dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik.
Namun menurut Bahlil dalam proses Joint Venture (JV) berikutnya porsi Indonesia disepakati hanya 30%. Meski Presiden Prabowo Subianto meminta dinegosiasi supaya naik menjadi 40% - 50%, karena BPI Danantara bakal ikut serta dalam konsorsium ini.
Tak cuma dengan konsorsium Huayou, Bahlil mengatakan Danantara juga akan masuk dalam konsorsium proyek baterai EV CATL.
CEO BPI Danantara Rosan Roeslani mengungkapkan bahwa pihaknya masuk dalam konsorsium bersama Huayou untuk memperkuat konsorsium. Sehingga kepemilikan Indonesia bisa menjadi mayoritas.
Seperti diketahui ada dua mega proyek dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik. Yakni proyek Titan yang konsorsiumnya diisi oleh PT Indonesia Battery Corporation (IBC) selaku perusahaan induk, PT Aneka Tambang (Antam), PT Pertamina, dan PT PLN, dan Huayou yang menggantikan LG.
Selain itu juga ada konsorsium bersama CATL melalui anak usahanya Ningbo Contemporary Burnp Legend Co. Ltd yang dinamakan proyek Dragon. Kedua proyek ini fokus pada rantai pembuatan baterai listrik di Indonesia dari hulu ke hilir.
Dari adanya sentimen ini, sederet perusahaan yang terlibat dalam penambangan dan pengembangan nikel akan mendapatkan prospek keuntungan, seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA).
Berikut kita ulas satu per satu potensi keuntungan yang didapatkan oleh beberapa emiten ini :
Aneka Tambang (ANTM)
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) secara langsung berada di bawah konsorsium IBC. Bersama CATL, perusahaan pelat merah ini akan membangun proyek kendaraan listrik senilai Rp85,6 triliun.
Mega proyek ini terdiri dari proyek-proyek dalam rantai industri kendaraan listrik, seperti penambangan, peleburan nikel, bahan baterai, pembuatan baterai, sampai daur ulang baterai.
Saat ini, CATL memiliki total enam proyek di Indonesia dan 49% saham proyek pengembangan nikel laterit yang dikerjakan bersama ANTM. Adapun lima proyek lainnya meliputi pembuatan baterai terner dan daurĀ ulang baterai, CATL memiliki kepemilikan 60% - 70%. Megaproyek baterai kendaraan listrik akan berbasis di Provinsi Maluku Utara, Indonesia.
Dalam proyek ini, CATL melalui anak usahanya, Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL) dan ANTM akan membangun smelter nikel dengan teknologi rotary kiln-electric furnance (RKEF) dan smelter high pressure acid leaching (HPAL) di Buli, Halmahera Timur.
Dari smelter RKEF, ANTM menguasai 30% kepemilikan dengan total investasi US$ 1,4 miliar dan diprediksi bisa produksi 88.000 TPA NPI. Sementara untuk smelter HPAL ANTM diperkirakan bisa produksi 55.000 TPA MHP dengan kepemilikan sebanyak 40%.
Vale Indonesia (INCO)
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) akan diuntungkan dengan kerjasama antara Zhejiang Huayou Cobalt Co., dan Ford Motor Company dalam tiga proyek smelter dengan total investasi hingga US$ 8,8 miliar.
Proyek-proyek ini mencakup pembangunan pabrik berteknologi High-Pressure Acid Leach (HPAL) yang terdiri dari Indonesia Growth Project (IGP) Morowali, IGP Pomala, dan IGP Sorowako Limonite.
Proyek HPAL Pomalaa saat ini masih dalam tahap konstruksi dan belum selesai. Proyek ini ditargetkan untuk mencapai penyelesaian mekanis pada akhir tahun 2025 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2026.
Dengan nilai investasi sekitar Rp67,5 triliun, proyek ini akan menghasilkan hingga 120.000 ton nikel per tahun dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), yang digunakan sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik. Pembangunan proyek ini telah dimulai dengan peletakan batu pertama pada November 2022 dan saat ini sedang dalam proses konstruksi.
Kedua, INCO bersama Huayou memiliki proyek HPAL lagi di Sorowako, Sulawesi Selatan dengan total investasi mencapai sekitar US$2 miliar (sekitar Rp31 triliun).
Proyek ini telah memasuki tahap konstruksi awal (groundwork) sejak akhir 2023. Pembangunan tambang telah mencapai progres sekitar 70% dan ditargetkan selesai pada kuartal kedua 2025. Sementara itu, pembangunan pabrik HPAL ditargetkan rampung pada pertengahan 2026.
Dengan perkembangan ini, proyek HPAL Sorowako diharapkan dapat mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2027. Pabrik HPAL ini dirancang untuk memproduksi sekitar 60.000 ton nikel per tahun dalam bentuk MHP.
Ketiga, untuk proyek HPAL di Morowali memiliki nilai investasi mencapai USD 2 miliar. Berlokasi di kawasan industri berbasis energi hijau, pabrik ini memiliki kapasitas produksi 60 kilo ton (kt) nikel per tahun dalam bentuk MHP.
Merdeka Battery Materials (MBMA)
Berikutnya ada PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) yang diketahui bekerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd. melalui anak perusahaannya, PT Huayue Nickel Cobalt (HNC), dalam pembangunan pabrik HPAL di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah.
Pabrik ini akan dioperasikan oleh PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) dan dirancang untuk memiliki kapasitas produksi sebesar 90.000 ton nikel per tahun dalam bentuk MHP.
Dalam proyek ini, HNC bertanggung jawab atas manajemen konstruksi, sementara MBMA mengurus perizinan dan persetujuan dari pemerintah Indonesia.
Sementara itu dengan CATL melalui Ningbo Brunp Contemporary Amperex Co., Ltd., MBMA bekerja sama dalam pembangunan pabrik HPAL berkapasitas produksi 60.000 ton nikel per tahun dalam bentuk MHP. Bijih nikel yang akan diolah berasal dari tambang Sulawesi Cahaya Mineral (SCM).
Proyek ini sudah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pada 16 Maret 2023 lalu dan telah dimulai pada Januari 2025.
Proyek ini ditargetkan untuk mencapai tahap komisioning dalam waktu 18 bulan setelah dimulainya konstruksi, yang berarti pabrik diharapkan mulai beroperasi pada Juli 2026.
Garuda Indonesia (GIAA)
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) melalui PT Danantara Asset Management (Persero) memberikan pinjaman dana kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) untuk mendukung transformasi pengelolaan portofolio strategis.
Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani mengatakan dukungan transformasi komprehensif ini mencakup optimalisasi bisnis, pendanaan jangka panjang, seta pendampingan menyeluruh berbasis tata kelola dan restrukturisasi penyehatan kinerja senilai US$ 405 juta atau setara dengan Rp 6.650.505.000.000.
Melalui sinergi ini, pendanaan tersebut untuk mendanai kebutuhan maintenance, repair and overhaul (MRO), yang merupakan bagian dari total dukungan pendanaan bernilai sekitar US$ 1 miliar.
Hal tersebut dilakukan untuk menjaga keberlangsungan operasional dan kualitas layanan Garuda Indonesia dan Citilink, bersamaan dengan persiapan fondasi transformasi jangka panjang kedua belah pihak.
Suntikan ini diharapkan memberikan dampak positif terhadap pemulihan kinerja, kepercayaan pasar, dan daya saing Garuda Indonesia secara menyeluruh, termasuk melalui integrasi teknologi untuk mendorong efisiensi dan produktivitas operasional.
Selanjutnya, dukungan pembiayaan tersebut akan diikuti oleh berbagai langkah yang berfokus pada optimalisasi kinerja operasional dan keuangan guna mendukung transformasi bisnis jangka panjang menjadi maskapai penerbangan yang berkelanjutan.
Di tengah tren pemulihan trafik udara di Asia dan Pasifik yang masih berlangsung, proyeksi pertumbuhan trafik udara di Indonesia akan mencapai rata-rata 8% selama 4 tahun ke depan.
Pertumbuhan ini menjadi landasan bagi Garuda Indonesia Group untuk segera memperkuat posisi sebagai player di transportasi udara, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional.
Diproyeksikan Garuda Indonesia akan mengoperasikan total sekitar 120 pesawat hingga lima tahun ke depan. Dengan kemitraan bersama Danantara akan mendorong percepatan akselerasi kinerja Garuda Indonesia sebagai nasional flag carrier yang kuat dan berdaya saing tinggi.
Suntikan dana dari Danantara tentu akan mendorong performa operasional dan kinerja keuangan Garuda Indonesia ke depan.
Terbaru, CEO PT Danantara Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani, menyampaikan rencana pembelian 50 pesawat Boeing dari Amerika Serikat (AS) bagian dari kesepakatan Garuda dengan Boeing yang sudan ditandatangani sebelum pandemi Covid-19.
Dari total perjanjian tersebut, dia mengatakan, Boeing baru mengirim satu unit pesawat. Pengiriman pesawat diprediksi baru direalisasikan pada 2031-2032. Oleh karena itu, Danantara memutuskan untuk menyuntikkan dana lebih dari US$ 400 juta ke Garuda Indonesia.
Dana tersebut akan digunakan untuk perawatan dan optimalisasi armada, termasuk pesawat milik Citilink dan Garuda yang selama ini di-grounded.
Rosan mengungkap bahwa pemesanan Boeing merupakan bagian dari strategi jangka panjang agar Garuda tidak ketinggalan dalam kompetisi internasional. Jika pesanan dilakukan belakangan, antrean pengiriman bisa lebih lama.
Pertamina Geothermal (PGEO)
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) akan bekerja sama terkait pengembangan energi panas bumi 3 GW dengan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).
CEO BPI Danantara Rosan Roeslani mengatakan kerja sama tersebut akan berfokus pada proyek-proyek prioritas agar dapat segera masuk pipeline eksekusi investasi.
Hal ini merupakan langkah penting dalam mempercepat transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan. Rosan menyebut, apalagi, saat ini Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 juga menjadi fokus utama khususnya dalam kerangka integrasi proyek-proyek geothermal.
Kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi katalis percepatan hilirisasi energi dan pendorong pertumbuhan ekonomi hijau nasional.
Sebelumnya, PGE membuka peluang untuk bekerjasama dengan Danantara dalam pengembangan pembangkit geothermal mencapai target kapasitas 1,8 Gigawatt di 2033 dengan kebutuhan investasi mencapai US$ 6 hingga US$ 7 Miliar.
Sebagai informasi, PGEO merupakan pemimpin dalam pengembangan panas bumi di Indonesia dengan kapasitas terpasang langsung sekitar 672 MW dan melalui joint venture lebih dari 1.205 MW, total mencapai sekitar 1.877 MW.
Perusahaan pelat merah yang fokus menggarap panas bumi ini juga digadang-gadang bakal menjadi pemenang lelang WKP dan PSPE paling potensial. Berkat ini, prospek PGEO sebagai pengembangan panas bumi bisa lebih ekspansif dan memicu aliran investasi lebih banyak lagi.
Hal tersebut sejalan dengan target bauran EBT terhadap kelistrikan nasional yang dikeluarkan RUPTL periode 2025-2034 sampai 76%. Ini bisa dibilang target yang sangat agresif dibandingkan bauran EBT per akhir tahun lalu yang masih sekitar 14%.
PT Kimia Farma Tbk (KAEF)
Rencana masuknya Danantara ke sektor kesehatan nasional dinilai berpotensi mengubah lanskap industri secara signifikan dalam jangka panjang.
Strategi Danantara akan difokuskan pada enam pilar utama yakni peningkatan kapasitas produksi dan riset, penguatan sinergi antar BUMN farmasi dalam Biofarma Group salah satunya adalah PT Kimia Farma Tbk (KAEF), percepatan hilirisasi industri kesehatan, menarik investor swasta, pengembangan sumber daya manusia, serta digitalisasi layanan kesehatan.
Keseluruhan strategi ini dirancang untuk mendorong transisi dari ketergantungan pada impor menjadi negara yang mandiri secara kesehatan, terutama dalam produksi obat, alat kesehatan, dan teknologi layanan medis.
Danantara berpeluang menyuntikkan modal pada fasilitas produksi, modernisasi teknologi, serta memperluas kapasitas riset dalam negeri. Ini akan menjadi langkah penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku dan produk farmasi impor, terutama di tengah tantangan global rantai pasok.
Danantara bisa memperluas portofolio investasinya ke sektor hilir seperti alat kesehatan, reagen diagnostik, serta pengembangan terapi berbasis bioteknologi. Dengan demikian, sektor kesehatan nasional tidak hanya tumbuh dalam ukuran, tetapi juga dalam nilai tambah.
PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA)
Pemerintah tengah merampungkan revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 tentang percepatan pembangunan instalasi pengelolaan sampah menjadi energi listrik (PSEL) berbasis teknologi ramah lingkungan. Revisi ini bertujuan menyederhanakan proses perizinan serta pengelolaan dan mekanisme pembayaran.
Revisi ini sudah mencapai tahap finalisasi, tinggal menanti untuk disahkan. Pemerintah daerah nantinya akan bertanggung jawab menyediakan pasokan sampah dan lokasi pengelolaan sampah terpadu (TPST).
Dalam Perpres tersebut, pemerintah daerah dapat menjamin ketersediaan sampah 1.000 ton per hari dan menyediakan lahan.
Pengelolaan sampah berpotensi menghasilkan tiga produk yakni bahan bakar minyak (BBM) terbarukan, bioenergi, dan listrik.
Hal ini pun menguntungkan salah satu saham yang baru saja masuk ke dalam industri material sampah yakni PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA). Emiten ini merupakan perusahaan energi terintegrasi yang bergerak di berbagai bidang, termasuk energi terbarukan, pertambangan, perkebunan, dan kendaraan listrik. Kini TOBA sedang bertransformasi menuju bisnis yang lebih berkelanjutan dengan fokus pada energi hijau.
Diketahui TOBA melakukan akuisisi 266,56 juta lembar atau 100% saham Sembcorp Industries (Sembcorp) di anak usahanya, Sembcorp Environment Pte. Ltd, berbasis di Singapura. Langkah akuisisi ini adalah bagian dari strategi TOBA, dalam membangun platform pengelolaan limbah terintegrasi di Asia Tenggara.
Kabar Danantara yang akan berfokus pada investasi di bidang pengelolaan sampah, khususnya proyek "waste to energy" (sampah menjadi energi) pun akan menguntungkan TOBA.
Danantara akan berinvestasi dalam pembangunan fasilitas pengolahan sampah menjadi energi listrik. Proyek ini akan dijalankan melalui kerja sama dengan pemerintah daerah dan melibatkan pihak swasta sebagai investor.
Fasilitas pengolahan sampah akan dibangun di berbagai daerah yang membutuhkan, dimulai di Bantargebang, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) terbesar di Indonesia, dan bahkan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara.
Dari sisi target, Danantara ingin mempercepat pengembangan proyek "waste to energy" dan mendukung target pemerintah dalam menyelesaikan masalah sampah nasional pada tahun 2029.
Chandra Asri Pasific (TPIA)
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara Indonesia), Indonesia Investment Authority (INA), dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (Chandra Asri Group) milik Prajogo Pangestu bekerja sama untuk mendukung pengembangan bersama pabrik Chlor Alkali - Ethylene Dichloride (Pabrik CA-EDC).
Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan produksi soda api dan Etilen Diklorida di Indonesia yang menjadi bahan baku utama untuk industri hilir, termasuk pengolahan nikel yang akan mendorong dan mendukung swasembada hilir dan industri hilir Indonesia secara keseluruhan.
Nilai kerja sama kemitraan ini mencapai US$ 800 juta untuk memperkuat ketahanan industri Indonesia, mengurangi ketergantungan impor untuk bahan baku kimia hulu, dan memajukan agenda hilirisasi sebagai bagian dari transformasi ekonomi jangka panjang Indonesia.
Sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), Pabrik CA-EDC selaras dengan target pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8%.
Proyek CA-EDC akan dikelola oleh PT Chandra Asri Alkali (CAA), anak perusahaan Chandra Asri Group. Saat ini, pada tahap pertama, proyek ini meliputi pembangunan Pabrik CA-EDC yang akan memiliki kapasitas produksi 400.000 ton soda api padat per tahun (setara dengan 827.000 ton dalam bentuk cair) dan 500.000 ton Etilen Diklorida.
Upaya ini bertujuan untuk mengurangi kebutuhan impor soda api dan Etilen Diklorida di Indonesia, sehingga mendorong upaya untuk mendorong swasembada dalam memproduksi bahan-bahan ini dan hilirisasi.
Selanjutnya, tahap kedua dari pengembangan ini bertujuan untuk memperluas produksi Chlor-Alkali dan memperkenalkan turunan klorin yang akan memungkinkan efisiensi operasional dan rantai nilai yang lebih besar.
Studi kelayakan sedang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi produk hilir berbasis klorin yang dapat meningkatkan penciptaan nilai dan mendukung pertumbuhan industri dalam negeri.
PT Sentul City Tbk (BKSL)
Terdapat isu kerja sama antara Danantara dengan PT Sentul City Tbk (BKSL). Danantara dikabarkan tengah menjajaki proyek pembangunan kawasan terpadu (KEK) di sektor kesehatan, seperti dengan konsep yang diterapkan di Chengdu, China. Proyek ini disebut-sebut akan dibangun di lahan milik Sentul City.
Meskipun hingga saat ini pihak management Sentul City mengonfirmasi belum ada perjanjian yang ditandatangani terkait pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di wilayah Sentul City.
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan merupakan bagian dari strategi pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sektor kesehatan, menarik investasi, serta meningkatkan daya saing layanan kesehatan domestik maupun internasional (medical tourism).
Secara konsep, KEK Kesehatan merupakan zona ekonomi khusus yang difokuskan pada pengembangan industri dan layanan kesehatan, mulai dari layanan medis (rumah sakit, klinik), riset kesehatan, farmasi, teknologi medis, hingga wellness tourism.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)