
RI Punya 16 Spesies Jamur Baru; Tumbuh di Gunung Lawu - Ciremai

Jakarta, CNBC Indonesia- Pulau Jawa dan Bali ternyata masih menyimpan rahasia besar dalam ekosistemnya. Sebuah studi ilmiah berhasil mengidentifikasi 16 spesies jamur baru dari genus Marasmiellus, yang tersebar di berbagai kawasan konservasi, taman nasional, hingga kebun raya.
Temuan ini menambah daftar panjang biodiversitas Indonesia yang masih terus bertambah, terutama dari segmen fungi atau jamur, yang selama ini belum banyak terangkat dalam diskusi publik ataupun kebijakan pemanfaatan sumber daya hayati.
Dalam publikasi bertajuk "Marasmiellus from Java and Bali" oleh Atik Retnowati (2018), disebutkan bahwa dari hasil survei dan analisis mikroskopik serta morfologi, para peneliti berhasil mengidentifikasi 16 spesies jamur baru, semuanya berasal dari genus Marasmiellus.
Berikut adalah daftar spesies baru beserta lokasi temuan dan substrat tempat mereka tumbuh:
Mayoritas dari jamur ini ditemukan di substrat yang biasa diabaikan seperti daun, ranting, dan kayu mati. Namun keberadaannya penting, karena berperan besar dalam proses dekomposisi, penyuburan tanah, dan menjaga keseimbangan ekosistem hutan.
Meski sebagian besar spesies belum diketahui memiliki manfaat langsung secara ekonomi seperti jamur konsumsi atau obat, penemuan ini membuka peluang riset lanjutan. Apalagi, beberapa genus Marasmiellus di wilayah lain dunia telah menunjukkan potensi bioaktif seperti antioksidan dan antibakteri.
Dari 16 spesies baru tersebut, lebih dari 10 di antaranya ditemukan di kawasan lindung dan taman nasional. Ini menunjukkan bahwa eksplorasi biodiversitas masih sangat potensial di wilayah-wilayah yang relatif terjaga dari deforestasi.
Bagaimana Dengan Industri Jamur Global?
Industri jamur global sedang mengalami ekspansi besar, didorong oleh tren konsumsi pangan sehat dan pola makan nabati yang makin populer.
China muncul sebagai kekuatan dominan yang tak tertandingi.
Negeri Tirai Bambu ini menguasai lebih dari 75% pasokan jamur dunia, setara dengan lebih dari 32 juta ton per tahun. Angka ini hampir empat kali lipat dari total produksi seluruh negara lainnya jika digabungkan.
Menurut data FAO, Statista, dan Mordor Intelligence, produksi jamur dunia saat ini melampaui 40 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, China memegang peran sentral dengan volume lebih dari 32 juta ton. Negara lain seperti India, Amerika Serikat, Belanda, dan Polandia hanya memegang sebagian kecil pangsa pasar.
China memproduksi berbagai jenis jamur mulai dari Agaricus bisporus (jamur kancing putih), Lentinula edodes (shiitake), Pleurotus ostreatus (jamur tiram), hingga Auricularia auricula-judae (kuping kayu). Shiitake menjadi salah satu unggulan yang juga diekspor ke berbagai belahan dunia.
Fondasi Budaya dan Teknologi
Kesuksesan China di industri jamur juga soal sejarah dan teknologi. Budaya konsumsi jamur telah berakar sejak lebih dari 2.000 tahun lalu, terutama dalam praktik pengobatan tradisional China. Jamur dipercaya mampu meningkatkan vitalitas dan menyembuhkan berbagai penyakit.
Masuk ke era modern, China memadukan warisan itu dengan inovasi teknologi tinggi. Produksi jamur kini dilakukan dengan metode:
-
Budidaya dalam ruang tertutup dengan pengendalian suhu, kelembapan, dan CO₂
-
Sistem budidaya vertikal dan berbasis log/bag
-
Pertanian organik tanpa pestisida kimia
-
Integrasi kecerdasan buatan (AI) untuk memantau pertumbuhan jamur secara real-time
Peran pemerintah China juga sangat besar dalam mengerek industri ini ke level global. Negara ini menyediakan insentif berupa:
-
Subsidi pertanian khusus jamur
-
Pendanaan riset dan pengembangan (R&D)
-
Pelatihan intensif bagi petani di pedesaan
-
Pembangunan infrastruktur untuk penyimpanan dan distribusi
Wilayah seperti Zhejiang, Fujian, Sichuan, dan Henan menjadi sentra produksi yang tumbuh cepat, mendorong ekonomi lokal dan menyerap tenaga kerja skala besar.
![]() Jamur |
Industri jamur China sangat besar, beragam, dan berakar kuat pada warisan pertanian negara tersebut. China membudidayakan berbagai jenis jamur, dengan yang paling umum meliputi:
- Agaricus bisporus (jamur kancing putih)
- Lentinula edodes (shiitake)
- Flammulina velutipes (enoki)
- Auricularia auricula-judae (jamur kuping kayu)
- Pleurotus ostreatus (jamur tiram)
Meskipun penamaan Jamur Shiitake berasal dari bahasa Jepang, jamur shiitake menjadi salah satu kebanggaan China karena negara tersebut menyumbang porsi yang cukup signifikan dalam pasokan global.
Terdapat lima poin penting dalam produksi jamur China, yaitu volume produksi, pengaruh sejarah dan budaya, kemajuan teknologi, dukungan pemerintah dan investasi ekonomi, permintaan domestik dan internasional.
Jamur di Tengah Tren Konsumsi Global
Tren konsumsi global yang semakin mengarah pada pola makan sehat, vegetarian, dan berbasis nabati turut mendorong kenaikan permintaan jamur. Pasar Asia mendominasi, tapi konsumsi di Eropa dan Amerika juga terus naik.
Meski Indonesia belum masuk jajaran produsen utama, potensi pasarnya cukup besar. Jamur tiram dan kuping kayu banyak dikonsumsi domestik. Produksi jamur tiram dan jamur kuping sudah tersebar di berbagai wilayah, terutama Jawa Barat dan Jawa Timur. Dengan iklim tropis yang cocok dan tren konsumsi sehat yang tumbuh, peluang untuk menjadi pemain regional terbuka lebar asalkan ada dukungan kebijakan dan transfer teknologi yang nyata.
Dominasi China dalam produksi jamur bukan terjadi secara kebetulan. Kombinasi antara budaya yang menghargai jamur, dukungan infrastruktur dan kebijakan negara, serta adopsi teknologi membuat negeri ini menjadi raja jamur dunia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
