
Harga Batu bara Tiba-tiba Meledak, Tertinggi Hampir 6 Bulan!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus menanjak dalam tiga hari terakhir. Lonjakan disebabkan oleh kebijakan China dan ancaman musim panas di Jerman.
Merujuk Refintiv, harga batu bara pada perdagangan Senin (28/7/2025) ditutup di posisi US$ 117,5 per ton. Harganya terbang 3,3%. Penguatan ini memperpanjang tren positif batu bara yang terbang 4,6% dalam tiga hari terakhir.
Harga penutupan kemarin juga menjadi yang tertinggi sejak 3 Februari 2025 atau hampir enam bulan.
Harga batu bara naik level tertinggi dalam hampir enam bulan terakhir, seiring upaya China untuk mengatasi kelebihan pasokan di berbagai industri.
Beijing menyatakan akan menutup tambang-tambang yang memproduksi batu bara melebihi kuota mereka, sebagai bagian dari langkah terbaru untuk membendung kelebihan pasokan bahan baku pembangkit listrik tersebut.
Langkah ini muncul setelah adanya laporan bahwa pemerintah China mewajibkan pembangkit listrik untuk meningkatkan stok batu bara sebesar 10%, dengan tujuan memanfaatkan harga yang sedang rendah dan mencegah tekanan deflasi produsen yang lebih agresif.
Meski demikian, produksi batu bara di China pada Juni meningkat 3,6% dibanding tahun sebelumnya, sejalan dengan sinyal sebelumnya bahwa negara tersebut berencana meningkatkan produksi sebesar 1,5% menjadi 4,82 miliar ton pada tahun ini, setelah mencatat rekor produksi pada tahun 2024.
Lonjakan harga juga didorong oleh ekspektasi bakal adanya pengurangan pasokan setelah National Energy Administration Tiongkok mengumumkan inspeksi di tambang batu bara besar untuk mengevaluasi produksi berlebih.
Sungai Rhine Terancam Kering, Jerman Dongkrak Permintaan
Kenaikan harga batu bara disebabkan oleh proyeksi kenaikan permintaan di Jerman. Namun, di sisi lain, Sungai Rhine sebagai nadi pengangkutan terancam kering.
Dilansir dari Montel News, operator kapal tongkang batubara melaporkan penurunan muatan lebih dari separuh dari kapasitas normal karena turunnya level air di Sungai Rhine.
Meskipun pengiriman melalui sungai terganggu, utilitas listrik di Jerman menyatakan bahwa stok di pembangkit cukup. Beberapa di antaranya bahkan menunda pengiriman lewat jalur sungai untuk sementara.
Di beberapa bagian sungai, ketinggian air telah turun di bawah satu meter, mempersempit jalur pelayaran dan membatasi jumlah muatan per kapal.
Dampak dari penurunan ini adalah kapal harus membawa muatan lebih ringan agar aman melintasi air dangkal, yang berarti dibutuhkan lebih banyak kapal untuk mengangkut volume yang sama.
Dengan jumlah kapal dan trip meningkat, operator menaikkan tarif pengiriman guna menutupi ongkos tambahan dan risiko operasional.
Menurut firma analisis Kpler, harga batubara di Eropa diperkirakan akan naik sekitar 20%, mencapai rata-rata US$125 per ton pada kuartal keempat 2025.
Proyeksi ini didorong ekspektasi terhadap pembakaran batubara yang meningkat di Jerman, sebagai bagian dari permintaan energi domestik yang lebih tinggi.
Permintaan regional meningkat terutama dari negara industri besar seperti Jerman, yang diperkirakan akan membakar lebih banyak batubara guna mengantisipasi musim dingin atau fluktuasi pasokan energi.
Harga spot saat ini sekitar US$104/t,on sehingga US$125/ton menandai kenaikan sekitar 20% dari level sekarang.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
