Harga Batu Bara Kembali Membara, Lagi-lagi Dibantu China

mae, CNBC Indonesia
25 July 2025 06:40
Batu bara
Foto: Pexels

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus menunjukkan volatilitasnya dengan menguat pada perdagangan kemarin. Kenaikan masih dipicu oleh kebijakan pemerintah China.

Merujuk Refintiv, harga batu bara pada perdagangan Kamis (24/7/2025) ditutup di posisi US$ 113,1 per ton. Harganya menguat 0,71%.

Penguatan ini berbanding terbalik dengan pelemahan sebesar 0,18% pada perdagangan Rabu sebelumnya. Harga batu bara juga terus menunjukan volatlitas yang sangat tinggi

Dalam enam hari terakhir, harga batu bara bergantian menguat dan melemah masing-masing turun tiga kali dan naik tiga kali.

Penguatan batu bara Kamis kemarin masih didorong aksi borong China meski pasar mereka juga tengah kelebihan pasokan.Laporan menunjukkan bahwa pemerintah China memerintahkan pembangkit listrik untuk menambah stok batubara sebesar 10%, sebagai langkah memanfaatkan harga yang masih rendah serta mencegah tekanan deflasi yang lebih agresif terhadap produsen domestik.

Selain itu, permintaan batu bara kokas dari Beijing juga tinggi. Harga kontrak berjangka coking coal (batubara kokas) di China bahkan mencapai batas atasnya untuk hari kedua berturut-turut pada Selasa lalu, di tengah rumor pasar tentang potensi inspeksi pemerintah di pusat-pusat produksi batubara utama yang bisa menyebabkan gangguan pasokan.

Batu bara kokas atau batubara metalurgi, biasanya digunakan untuk memproduksi kokas dalam proses pembuatan baja. Harga kokas juga menyentuh batas atas hariannya.

Sebuah dokumen yang diklaim berasal dari Administrasi Energi Nasional China (NEA), yang menyerukan inspeksi di tambang-tambang batubara di delapan provinsi untuk memeriksa apakah produksi melebihi kapasitas yang diizinkan, turut mendorong lonjakan harga, ujar Simon Wu, konsultan senior di Wood Mackenzie.

Harga batubara kokas juga naik didorong oleh ekspektasi peningkatan permintaan setelah Beijing mengumumkan bahwa mereka telah mulai membangun bendungan pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia di Tibet.

Proyek raksasa ini diperkirakan akan menciptakan permintaan baja sebesar 3,5 juta hingga 6 juta ton, yang pada akhirnya mendongkrak harga batu bara kokas.

Namun, analis mengingatkan jika kenaikan ini sementara karena pasokan batu bara tengah berlebih sehingga menekan harga.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation