
Pekan Membara: RI Akan Digoyang The Fed, Deal Dagang, Inflasi & Lapkeu

Bursa saham AS berpesta pora pada akhir pekan lalu. Indeks melaju kencang setelah hasil laporan laba yang memuaskan dan perkembangan terbaru dalam perdagangan internasional.
Indeks S&P melonjak 0,40% dan mencatatkan rekor penutupan ke-14 tahun ini di level 6.388,64.
Nasdaq Composite naik 0,24%, mengakhiri perdagangan di 21.108,32, yang merupakan rekor penutupan ke-15 sepanjang 2025. Kedua indeks juga mencetak rekor intraday tertinggi sepanjang masa selama sesi perdagangan.
Indeks Dow Jones Industrial Average turut menguat 208,01 poin atau 0,47%, menetap di 44.901,92. Indeks berisi 30 saham utama ini mengakhiri sesi hanya sekitar 0,25% di bawah rekor penutupan sebelumnya pada 4 Desember di 45.014,04.
Ketiga indeks utama tersebut menutup minggu ini dengan kenaikan. Dow Jones naik sekitar 1,3%, sementara Nasdaq yang sarat saham teknologi terbang 1%, dan S&P 500 menguat sekitar 1,5%.
Hari Jumat menandai hari kelima berturut-turut S&P 500 mencetak rekor penutupan, dengan indeks ini pertama kali menembus level 6.300 pada hari Senin. Sementara itu, Nasdaq mencatat empat penutupan rekor dalam minggu ini, menembus angka 21.000 pada Rabu.
Rekor-rekor baru ini ditopang oleh musim laporan keuangan yang kuat, termasuk laporan laba Alphabet yang melampaui ekspektasi. Saham Verizon juga melonjak setelah hasil kinerjanya melebihi perkiraan analis. Sejak awal pekan, Alphabet naik 4%, dan Verizon naik 5%.
Berdasarkan data FactSet, lebih dari 82% dari 169 perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan kinerjanya sejauh ini, berhasil mengalahkan ekspektasi Wall Street.
"Pasar bullish masih terus berlanjut, ditopang oleh fundamental yang mendukung," ujar Terry Sandven, kepala strategi ekuitas di U.S. Bank Wealth Management, kepada CNBC International.
Dia menambahkann inflasi yang stabil mendukung suku bunga tetap dalam kisaran wajar, dan laba perusahaan cenderung meningkat
"ini menjadi latar belakang yang kondusif bagi saham untuk terus naik. Kami melihat bahwa kecenderungan investor untuk mengambil risiko masih kuat selama musim laporan laba ini berlangsung." Imbuh Terry.
Selain faktor laba, kesepakatan dagang baru antara AS dan mitra dagangnya juga membantu mendorong pasar menuju level tertinggi.
Awal pekan ini, Presiden Donald Trump mengumumkan kesepakatan dagang "besar-besaran" dengan Jepang, yang mencakup tarif resiprokal sebesar 15%. Trump juga mengatakan bahwa AS dan Indonesia telah mencapai kesepakatan kerangka kerja perjanjian dagang.
Trump menambahkan pada Jumat bahwa ia mengharapkan lebih banyak kesepakatan dagang akan tercapai sebelum tenggat tarif 1 Agustus minggu depan.
Salah satunya bisa jadi antara AS dan Uni Eropa, setelah Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan lewat platform X bahwa ia dan Trump telah sepakat untuk bertemu di Skotlandia hari Minggu guna membahas perdagangan.
"Tarif masih menjadi sumber ketidakpastian, dan komentar dari perusahaan masih mencerminkan hal tersebut," lanjut Sandven.
"Kalau kita melihat isu tarif yang terus berjalan, tantangan geopolitik seperti konflik Rusia-Ukraina, Israel-Iran, dan sebagainya di tengah semua itu, pasar ekuitas justru terus naik. Menurut kami, ini kembali ke faktor fundamental yang kuat, khususnya inflasi yang tampaknya sudah terkendali." Ujarnya.
Para investor saat ini bersiap untuk pekan tersibuk dalam musim laporan laba, di mana lebih dari 150 perusahaan S&P 500 dijadwalkan merilis laporan keuangan kuartalannya. Termasuk di antaranya adalah saham-saham besar dari kelompok "Magnificent Seven" seperti Meta Platforms dan Apple.
Pekan ini juga menjadi momen pertemuan kembali The Fed di mana para pembuat kebijakan secara luas diharapkan mempertahankan suku bunga di kisaran target saat ini yakni 4,25% hingga 4,5%.
(emb/emb)