
Harga Emas Babak Belur: 5 Rekor Buruk Emas Pekan Ini Bikin Nangis

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas babak belur sepanjang pekan ini. Selain ambruk tiga ahri beruntun, harga emas juga terlempar dari level US$ 3.400.
Merujuk Refinitiv, harga emas pada perdagangan terakhir pekan in,I, Jumat (25/7/2025) ada di posisi US$ 3.335,93 atau ambruk 0,95%. Pelemahan ini memperpanjang derita emas. Sang logam mulia sudah jatuh tiga hari beruntun dengan pelemahan mencapai 2,88%.
Harga penutupan kemarin juga menjadi yang terendah sejak 15 Juli 2025. Sepanjang pekan ini, harga emas juga ambles 0,4%. Pelemahan ini jauh lebih buruk dibandingkan pada pekan lalu yakni 0,19%.
Setidaknya ada lima rekor buruk emas pada pekan ini:
1. Harga penutupan terendah
Harga penutupan Jumat kemarin adalah yang terendah sejak 15 Juli 2025 atau delapan hari terakhir
3. Harga emas terlempar dari level US$ 3.400
4. Harga emas melemah tiga hari beruntun
Pelemahan tiga hari beruntun jarang dialami emas sepanjang tahun ini yakni hanya lima kali.
Terakhir kali emas melemah tiga haru beruntun adalah pada 23-25 Mei 2025 itupun dengan pelemahan 2%. Pelemahan tiga hari beruntun sebelumnya lagi terjadi pada 29 April- 2 Mei, 3 April-7 April serta 20-24 Maret.
5. Harga emas melemah dua pekan beruntun
Harga emas juga sudah melemah dua pekan beruntun. Fenomena ini jarang terjadi pada tahun ini. Emas hanya pernah melemah dua pekan beruntun sebanyak tiga kali yakni awal Mei, akhir Juni, serta dua pekan lalu.
Harga emas tertekan oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan tanda-tanda kemajuan dalam negosiasi dagang antara AS dan Uni Eropa yang mengurangi permintaan terhadap aset safe haven.
Indeks dolar AS (DXY) ditutup di 97,65 atau posisi terbaiknya dalam empat hari. Pembelian emas dikonversi dalam dolar AS sehingga kenaikan dolar akan membuat emas batangan menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri.
"Kesepakatan dengan Jepang cukup signifikan, dan ada harapan tercapainya kesepakatan AS-Uni Eropa sebelum tenggat 1 Agustus. Hal ini melemahkan permintaan safe haven karena minat risiko yang meningkat mendorong aliran modal ke aset berisiko," kata Peter Grant, wakil presiden dan analis logam senior di Zaner Metals, kepada Reuters.
Setelah tercapainya kesepakatan dagang antara AS dan Jepang minggu ini, Komisi Eropa menyatakan bahwa kesepakatan perdagangan dengan AS sudah berada dalam jangkauan, meskipun negara-negara anggota Uni Eropa telah menyetujui tarif balasan terhadap barang-barang AS jika negosiasi gagal.
Dari sisi data ekonomi, klaim pengangguran mingguan di AS turun ke level terendah dalam tiga bulan terakhir, menunjukkan pasar tenaga kerja yang tetap stabil meski perekrutan cenderung lesu.
Data pasar tenaga kerja yang stabil diperkirakan akan memberi ruang bagi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk menahan suku bunga pada level 4,25%-4,50% dalam pertemuan minggu depan, meskipun inflasi mulai menunjukkan tanda-tanda kenaikan akibat tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump.
Kunjungan mendadak Trump ke bank sentral menandai upaya baru untuk menekan Ketua The Fed Jerome Powell, dengan Presiden kembali mendesak pemangkasan suku bunga secara agresif.
"Emas mungkin akan menarik minat beli di kisaran $3.300, tetapi kemungkinan belum akan menembus rekor tertinggi baru sebelum keputusan The Fed diumumkan," imbuh Grant.
Secara historis, emas biasanya berkinerja baik selama periode ketidakpastian dan dalam kondisi suku bunga rendah.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
