
Euforia Saham IPO Sukses Bangkitkan IHSG, Pesta Berlanjut Hari Ini?

Dari pasar saham Amerika Serikat, bursa Wall Street ditutup beragam pada perdagangan Selasa atau Rabu dini hari waktu Indonesia.
Indeks S&P turun tipis 0,07% dan ditutup di level 6.225,52. Sementara itu, Nasdaq Composite naik 0,03% dan mengakhiri sesi di 20.418,46. Dow Jones Industrial Average tergelincir 165,60 poin atau 0,37%, berakhir di 44.240,76.
Pelaku pasar kesulitan mengikuti sinyal yang bertentangan dari Trump terkait kebijakan dagang. Pada Senin, Trump memperpanjang tenggat tarif dari 9 Juli menjadi 1 Agustus. Namun di hari yang sama, ia menyatakan bahwa tanggal baru tersebut tidak 100% final.
Namun pada Selasa, Trump mengunggah pernyataan di Truth Social bahwa tidak akan ada perubahan atau perpanjangan atas tanggal 1 Agustus. Pada hari yang sama, Trump juga mengumumkan tarif impor tembaga sebesar 50%.
Aksi pasar Selasa terjadi setelah aksi jual besar-besaran pada Senin, ketika Dow anjlok lebih dari 400 poin akibat keputusan Trump memberlakukan tarif 25% terhadap Korea Selatan dan Jepang. Total ada setidaknya 14 negara yang dikenakan tarif baru oleh Trump pada hari Senin.
Investor kini menanti kejelasan lebih lanjut, dengan banyak yang memperkirakan bahwa tarif akhir nantinya tidak akan seketat ancaman yang telah disampaikan Trump.
"Apa yang kita lihat sejak April adalah pasar mulai melampaui kekhawatiran bahwa tarif akan memberikan dampak buruk signifikan terhadap pertumbuhan, laba, inflasi, dan lainnya," kata Bill Merz, kepala riset pasar modal di U.S. Bank Wealth Management. Kepada CNBC International.
Dia menambahkan sentimen investor telah berubah drastis dalam waktu singkat dan menjadi lebih optimis, sebagaimana terlihat dari harga pasar saham yang mendekati rekor tertinggi di berbagai indeks.
Di sisi positif, saham Nvidia naik 1%, semakin mendekati kapitalisasi pasar sebesar $4 triliun. Namun sektor perbankan menekan pasar, setelah HSBC mengambil sikap lebih berhati-hati terhadap bank-bank besar. Saham JPMorgan dan Bank of America turun 3%, sementara Goldman Sachs melemah hampir 2%.
Kepala Ekonom National Retail Federation, Jack Kleinhenz, mengatakan dampak ekonomi dari tarif dan kebijakan pemerintah lainnya masih sulit diprediksi, bahkan setelah enam bulan berjalan di tahun 2025, menurut
"Kecemasan dan kebingungan kini menjadi sorotan utama dalam perekonomian dan pasar keuangan karena ketidakpastian terhadap kebijakan publik semakin meningkat. Sulit untuk menilai bagaimana perubahan kebijakan akan memengaruhi ekonomi di awal 2025, dan kondisi itu masih berlaku hingga saat ini," katanya dalam sebuah pernyataan kepada CNBC.
Investor masih bergulat dengan perkembangan kebijakan tarif yang bergerak cepat. Presiden Trump pada Selasa menegaskan tidak ada pengecualian terhadap tenggat dimulainya tarif pada 1 Agustus. Sementara itu, Undang-Undang "One Big Beautiful Bill Act" yang ditandatangani Trump pekan lalu turut menambah kekhawatiran investor terhadap arah fiskal negara dan potensi utang pemerintah di masa depan.
"Fundamental ekonomi saat ini tampak solid, tetapi ketidakpastian menyelimuti segalanya," ujar Kleinhenz.
Dia menambahkan ada banyak faktor yang saling bertabrakan terkait tarif, imigrasi, dan deregulasi, dan semua pihak masih mencoba memahami berapa sebenarnya tarif yang akan berlaku.
"Bagaimana dampaknya terhadap inflasi harga produk ritel, dan yang tak kalah penting, berapa lama tarif tersebut akan diberlakukan." Imbuhnya.
(saw/saw)