Ini 10 Krisis Ekonomi Terparah dalam 249 Tahun Sejarah Amerika

mae, CNBC Indonesia
05 July 2025 14:30
The United State flag is silhouetted against the setting sun Sunday, May 28, 2017, in Leavenworth, Kan. (AP Photo/Charlie Riedel)
Foto: Bendera Amerika Serikat (AP Photo/Charlie Riedel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) genap berusia 249 tahun pada 4 Juli 2025. Dalam rentang sejarah panjang tersebut, AS beberapa kali menjadi korban atau pemicu dari krisis ekonomi dunia.

Aktivitas ekonomi AS menghasilkan produk domestik bruto (PDB) sebesar US$ 26,9 triliun. Nilai tersebut adalah yang terbesar di dunia dan setara dengan 25% PDB global.
Dengan nilai PDB sebesar itu, AS adalah magnet sekaligus magma bagi perekonomian global. Apa yang terjadi di AS bisa dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, baik itu sentiment positif ataupun negatif.
Dengan status sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia, tak jarang AS menjadi sumber krisis dunia.

Contoh nyata adalah the Great Depression yang terjadi pada 1920-1930an. Contoh terbaru dari krisis dunia yang dipicu oleh perkembangan di AS adalah Krisis Keuangan Global 2008-2009. Krisis ini dipicu oleh persoalan kredit rumah macet di AS atau SubprimeĀ Mortgage.

Data dari National Bureau of Economic Research (NBER) menunjukkan AS telah mengalami 34 kali resesi dari 1857 hingga sekarang.

Resesi terbesar adalah the Great Depression sementara resesi yang paling baru terjadi pada 2020. Rata-rata durasi resesi berlangsung 17 bulan tetapi durasinya makin pendek sejak 1980 yakni 10 bulan.

Sejarah 249 tahun AS menunjukkan krisis ekonomi ataupun resesi merupakan kejadian umum dalam sejarah Paman Sam dan merupakan bagian dari siklus bisnis secara keseluruhan.

Resesi Terparah, The Great Depression
The Great Depression adalah krisis ekonomi paling parah dalam sejarah modern dunia, yang dimulai pada 1929 dan berdampak ke seluruh dunia selama lebih dari satu dekade, terutama pada 1930-an.

Krisis ini bermula pada 29 Oktober 1929 yang dikenal sebagai Black Tuesday atau kejatuhan besar di bursa saham Wall Street. Krisis ini baru berakhir sekitar 1939 atau menjelang Perang Dunia II.

Krisis ini bermula dari aksi investor yang meminjam uang untuk membeli saham (margin trading). Aksi ini memicu gelembung harga saham hingga harga saham runtuh secara drastis serta menghancurkan kekayaan dan kepercayaan investor.
Sektor perbankan menjadi korban karena banyak menyalurkan pinjaman. Ribuan bank tutup dan tabungan rakyat hilang sehingga masyarakat menarik uang secara massal.

Akibat hilangnya tabungan dan pendapatan maka investasi jeblok yang berujung pada berhentinya investasi. Ribuan perushaan bangkrut sehingga pemutusan hubungan kerja (PHK) marak terjadi.

Akibatnya, ekonomi AS terkontraksi sekitar 26,7% pada 1929-2933. Angka pengangguran juga melonjak menjadi 25,6% pada 1933 yang menjadi rekor tertinggi sepanjang AS.
Harga barang juga turun tajm dan memicu deflasi hingga berbuntut panjang pada anjloknya sektor pertanian.
Untuk mengantisipasi ini, Presiden Franklin D. Roosevelt (FDR) kemudian meluncurkan paket stimulus yang sangat legendaris yang diberi nama New Deal.

Stimulus ini memungkinkan adanya program proyek pekerjaan public yang menciptakan jutaan lapangan kerja.
FDR juga mereformasi sistem keuangan dengan mendirikan FDIC (Federal Deposit Insurance Corporation) dan membangun Securities and Exchange Commission (SEC) untuk mengatur pasar saham .

Tak hanya di AS, krisis ini menjalar ke Eropa, Amerika Latin, dan Asia. Krisis bahkan memperparah ketidakstabilan politik dan memicu naiknya ideologi ekstrem seperti fasisme di Jerman dan Jepang militeristik . Munculnya ideologi ini menjadi salah satu faktor menuju Perang Dunia II.

Krisis Subprime Mortgage

Krisis SubprimeMortgage adalah krisis keuangan global yang bermula dari gelembung kredit perumahan di AS pada pertengahan 2000-an, dan meledak pada 2007-2008, menyebabkan resesi global yang dikenal sebagai Great Recession.

Krisis SubprimeĀ Mortgage terjadi secara bertahap, tetapi puncaknya terjadi antara tahun 2007 hingga 2008.

Krisis ini bermula dari banyaknya bank di AS yang memberikan KPR (kredit rumah) kepada orang-orang yang sebetulnya tidak mampu membayar.

Lonjakan kredit membuat harga rumah terus naik sehingga menciptakan gelembung harga properti pada 2001-2006.

Permainan ini dilanjutkan dengan sekuritisasi utang di mana Kredit KPR dikumpulkan, dibungkus jadi produk keuangan (MBS/CDO), dan dijual ke investor global.

Permasalahan muncul saat suku bunga naik dan harga rumah turun. Krisis pun meledak pada 2007 dan mencapai puncak pada 2008 ditandai dengan kejatuhan pasar KPR.

Banyak peminjam yang gagal bayar dan pasar pun runtuh. Kondisi ini memicu tsunami di pasar keuangan karena banyak melibatkan lembaga investasi global seperti Lehman Brothers dan besar lain.

Akibat dari krisis ini, PDB ekonomi AS terkontraksi 4,3% dan angka pengangguran menembus 9,5% di mana ada lebih dari 15 juta orang kehilangan pekerjaan. Jutaan orang juga kehilangan rumah karena disita dan harga rumah jatuh 30-40%.

Untuk menyelamatkan AS, Presiden AS saat itu, Barack Obama, mengeluarkan stimulus US$ 800 miliar pada 2009 untuk membiayai infrastruktur, tunjangan, dan pajak.

Bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) juga memangkas suku bunga mendekati 0% dan meluncurkan Quantitative Easing (QE) untuk menyuntik likuiditas.

Selain The Great Depression dan Great Recession, AS juga pernah mengalami beberapa krisis ekonomi yang memukul dan sangat berat. Berikut beberapa krisis ekonomi AS selama 249 tahun Merdeka:

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation