
Produksi Jagung RI Naik-Turun, Bagaimana Nasib Swasembada Pangan?

Jakarta, CNBC Indonesia- Target Presiden Prabowo Subianto untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia dalam empat hingga lima tahun mendatang menghadapi dinamika di lapangan. Salah satu komoditas utama, yakni jagung, kini menunjukkan tren produksi yang naik-turun.
Pada satu sisi, optimisme menguat. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, bahkan menyebut produksi jagung tahun 2025 berpotensi surplus. "Jagung, kita bingung belinya karena jagung harus kita beli Rp 5.500 (per kg) karena jagung tahun ini mungkin surplus, jadi produksi jagung berlebih," ungkapnya dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2025, Rabu (26/2/2025). Ia pun mengapresiasi antusiasme masyarakat dan jajaran Polri yang ikut menanam jagung di berbagai lahan kosong, yang memperkuat produksi nasional.
BPS juga mencatat produksi jagung tahun 2024 meningkat 2,98% menjadi 15,21 juta ton dari 14,77 juta ton pada 2023. Pulau Jawa menjadi sentra utama dengan menyumbang 7,89 juta ton atau 51,86% dari total produksi nasional, disusul Sumatera (3,49 juta ton), Sulawesi (2,05 juta ton), Kalimantan (259,10 ribu ton), dan wilayah lainnya (1,52 juta ton).
Namun, situasi pada 2025 tidak seluruhnya cerah. Dalam rilis terbaru BPS pada Selasa (1/7/2025), realisasi luas panen jagung pada Mei 2025 justru menurun menjadi 170 ribu hektare dibanding 200 ribu hektare pada Mei 2024.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa total produksi jagung pipilan kering kadar air 14% (JPK-KA14%) sepanjang Januari-Agustus 2025 diperkirakan mencapai 10,84 juta ton, meningkat 8,16% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan total luas panen yang juga tumbuh 7,68% menjadi 1,90 juta hektare dari sebelumnya 1,76 juta hektare.
Namun, di balik optimisme itu, data per bulan menunjukkan tren yang mengkhawatirkan.
Misalnya, luas panen jagung pada Mei 2025 turun menjadi 0,17 juta hektare, anjlok 13,26% dibanding Mei 2024 (0,20 juta ha). Penurunan ini juga diikuti dengan penurunan produksi menjadi 0,98 juta ton, turun 9,01% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
![]() Luas Panen Jagung di Indonesia |
Tren penurunan juga tercermin dari bulan sebelumnya. Pada April 2025, luas panen jagung mencapai 230.902 hektare, turun 19,28% dibanding April 2024. Begitu juga pada Maret 2025 yang anjlok 20,08% secara tahunan. Hal ini memberi sinyal bahwa produksi sempat tertekan cukup signifikan menjelang pertengahan tahun.
Meski begitu, harapan tetap ada. BPS memperkirakan potensi luas panen jagung sepanjang Juni-Agustus 2025 mencapai 0,66 juta hektare, dan produksi JPK-KA14% diperkirakan sebesar 3,85 juta ton pada periode yang sama.
Harapan peningkatan produksi ini banyak ditopang oleh provinsi-provinsi sentra jagung seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.
Jawa Timur sebagai produsen jagung terbesar, menyumbang lebih dari 25% produksi nasional. Sementara itu, lonjakan signifikan juga terlihat di Jawa Barat dan Gorontalo, yang masing-masing tumbuh lebih dari 20% secara tahunan.
Namun fluktuasi tetap menjadi catatan. Beberapa wilayah seperti Lampung dan Jawa Tengah justru mengalami kontraksi produksi, mengindikasikan bahwa surplus tidak merata secara geografis.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)