Kondisi Fiskal Masih Berat, Semoga IHSG dan Rupiah Kuat
- Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam pada perdagangan kemarin, IHSG melemah sementara rupiah menguat
- Wall street ditutup beda arah, hanya Dow Jones yang menguat
- Data realisasi APBN, inflasi Juni, IPO jumbo hingga data ekonomi as menjadi penggerak pasar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam pada perdagangan kemarin, Selasa (1/7/2025). Pasar saham melemah sementara rupiah menguat.
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan volatile di tengah banyaknya sentimen negatif. Kabar baiknya hari ini ada sejumlah calon emiten yang mulai melakukan pemesanan saham penawaran perdana (IPO). Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,18% atau 12,32 poin ke posisi 6.915,36.
Pergerakan IHSG cukup volatil, dengan indeks tercatat pada awal perdagangan dibuka menguat mengekor rekor wall street dan kinerja positif Bursa Asia.
Sebanyak 245 saham naik, 356 turun, 191 tidak berubah. Nilai transaksi hari ini cenderung sepi atau hanya mencapai Rp 11,39 triliun yang melibatkan 17,17 miliar saham dalam 1,11 juta kali transaksi.
Investor asing masih mencatat net sell sebesar Rp 695,74 miliar pada perdagangan kemarin.
Mayoritas sektor perdagangan melemah, dengan sektor finansial, konsumer primer dan industri tertekan paling dalam. Sementara sektor bahan baku mencatatkan penguatan terbesar.
Emiten perbankan dan blue chip tercatat menjadi pemberat kinerja IHSG hari ini ini. Emiten-emiten tersebut termasuk Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Negara Indonesia (BBNI) dan Astra International (ASII).
Beralih ke pasar valuta asing, nilai tukar rupiah ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Melansir dari Refinitiv,nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa kemarin (1/7/2025) ditutup menguat pada posisi Rp16.185/US$ atau naik 0,28%.
Penutupan hari kemarin menunjukkan perlawanan rupiah terhadap dolar AS setelah di hari sebelumnya, Senin(30/6/2025) rupiah ditutup melemah 0,19% pada level Rp16.230/US$.
Penguatan nilai rupiah sejalan dengan indeks dolar AS (DXY) yang mengalami pelemahan sebesar 0,18% ke level 96,69 per pukul 15:00 WIB.
Dolar Amerika Serikat melemah tipis akibat ketidakpastian di Senat AS terkait rencana fiskal Presiden Donald Trump serta kritik Trump terhadap Federal Reserve yang menimbulkan kekhawatiran atas independensi bank sentral, dikutip dari Reuters.
Di sisi lain, dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2025 kembali surplus sebesar US$4,30 miliar selama 61 bulan berturut-turut, mendorong penguatan nilai tukar rupiah karena meningkatnya permintaan terhadap mata uang domestik. Namun demikian, data Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia dari S&P Global menunjukkan kontraksi lanjutan pada Juni di level 46,9, menjadi kontraksi ketiga dalam tiga bulan terakhir.
Dari pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun melandai ke 6,59% pada perdagangan kemarin, dari 6,64% pada perdagangan sebelumnya.
Imbal hasil berbanding terbalik dengan harga. Imbal hasil yang melandai ini menandai harga SBN yang tengah menguat karena dicari investor.
(emb/mae)