Newsletter

Kondisi Fiskal Masih Berat, Semoga IHSG dan Rupiah Kuat

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
02 July 2025 06:30
Badan Anggaran DPR RI Rapat Kerja dengan Menteri Keuangan RI, Menteri PPN/Kepala Bappenas Ri, dan Gubernur Bank Indonesia. Pembahasan Pembicaraan Pendahuluan RAPBN TA 2026 dan RKP Tahun 2026, Selasa (21/7/2025). (Tangkapan layar TV Parlemen)
Foto: Pixabay

Pergerakan pasar keuangan Indonesia hari ini masih aan digerakkan beragam sentimen dari dalam atau luar negeri. Dari dalam negeri sentimen akan datang dari data inflasi, neraca perdagangan hingga realisasi APBN.

Datangnya IPO jumbo juga akan menjadi penggerak pasar hari ini diharapkan menjadi penggerak sentimen pasar yang positif.
Berikut sentimen pasar har ini:

Inflasi Juni 2025

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan indeks harga konsumen (IHK) Juni 2025inflasi 0,19%. Secara tahunan inflasi mencapai 1,87% year on year (yoy). Sementara itu, inflasi inti diperkirakan stagnan 2,41%.

Inflasi pada Juni 2025 itu berbanding terabalik dengan proyeks banyak analis.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 13 institusi memperkirakan IHK secara bulanan (month to month/mtm) diproyeksi turun atau mengalami deflasi sebesar 0,06%. Sementara secara tahunan (year on year/yoy), IHK masih diproyeksi naik atau mengalami inflasi sebesar 1,75%.

Terjadinya inflasi ini menjadi kabar baik mengingat ada kekhawatiran penurunan daya beli yang dicerminkan melalui deflasi pada Mei 2025.

Neraca Dagang Kembali Surplus

BPS mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2025 tercatat surplus sebesar US$4,30 miliar atau 61 bulan secara beruntun.

Surplus kali ini ditopang oleh komoditas nonmigas sebesar US$ 5,83 miliar meliputi lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral serta besi dan baja.

Komoditas migas defisit US$1,53 miliar, meliputi hasil minyak dan minyak mentah sebagai penyumbang terbesar.

Ekspor Mei 2025 US$ 24,61 miliar dan impor US$ 20,31 miliar. Sementara itu, secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia Januari-Mei 2025 mengalami surplus US$15,38 miliar.

Surplus Mei 2025 jauh lebih besar dibandingkan April 2025 yang hanya US$0,16 miliar. Surplus ini diharapkan menjadi penopang rupiah ke depan.

Update Asumsi Makro 2025: PDB RI Ditarget 4,7%, Dolar AS Rp 16.800

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan asumsi dasar ekonomi makro tahun 2025 dalam Rapat Kerja bersama Badan Anggaran DPR RI, Selasa kemarin (1/7/2025). Pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%, namun realisasi semester I baru mencapai 4,8%, dengan proyeksi tahunan dikoreksi ke kisaran 4,7%-5,0%.

"Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi berada di rentang 4,7% hingga 5% untuk semester II," ujar Sri Mulyani, seraya menyebut bahwa proyeksi tersebut sejalan dengan perkiraan lembaga internasional. Pemerintah, kata dia, akan mengandalkan instrumen fiskal untuk menjaga momentum, antara lain melalui program MBG, FLPP, dan Koperasi Merah Putih yang dinilai memiliki efek berganda.

Dari sisi inflasi, pemerintah memproyeksikan angka di kisaran 2,2% hingga 2,6% pada semester II. Nilai tukar rupiah dipatok pada kisaran Rp16.300 hingga Rp16.800 per dolar AS, sementara imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) diperkirakan tetap lebar di sekitar 7%, sedikit di atas batas bawah 6,8%.

Terkait harga minyak, Sri Mulyani menyebut situasi geopolitik masih menciptakan ketidakpastian. Rentang harga minyak mentah diasumsikan antara US$66 hingga US$94 per barel, mencerminkan risiko dari konflik di Timur Tengah.

Adapun untuk sektor energi, outlook lifting minyak ditetapkan sebesar 593-597 ribu barel per hari (bph), sementara lifting gas berada pada kisaran 976-980 ribu barel setara minyak per hari (bsmph), termasuk kontribusi tambahan dari lapangan Banyu Urip.

Pemerintah optimistis menjaga stabilitas ekonomi melalui kebijakan fiskal yang responsif dan terukur, meski tekanan global dan domestik masih akan membayangi sepanjang 2025.

Data Kementerian Keuangan menunjukkan selama periode 2014-2024, hampir semua asumsi meleset dari target. Asumsi pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, dan lifting minyak adalah yang paling kerap melenceng.
Dalam 10 tahun terakhir, pemerintah hanya bisa memenuhi target pertumbuhan sekali yakni pada 2022. Selebihnya, selalu gagal.

Tak hanya pertumbuhan, realisasi asumsi nilai tukar juga kerap lebih lemah dari target. Realisasi nilai tukar yang lebih lemah dibandingkan target terjadi pada 2014, 2015, 2018, 2020,2022-2024.Kondisi ini menunjukkan jika pergerakan nilai tukar rentan terhadap guncangan global.

Nilai tukar diperkirakan masih akan lebih lemah dibandingkan targetnya pada tahun ini. Perang dagang dan perang Israel vs Iran menekan nilai tukar rupiah.



Kondisi Terkini APBN 2025, Realisasi & Outlook

Selain itu, Sri Mulyani juga menyampaikan pendapatan negara pada semester I-2025 mencapai Rp1.201 triliun (neto). Pendapatan negara diperkirakan hanya akan mencapai Rp 2.865,5 triliun hingga akhir tahun atau 95,4% dari target.

Sementara itu, belanja negara hingga semester I 2025 mencapai Rp 1.407,1 atau 38,8%. Hingga akhir tahun, belanja negara diperkirakan mencapai Rp 3.527,5 triliun atau 97,4$.

Dengan demikian, defisit diperkirakan akan menembus Rp 662 triliun atau 2,78% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit ini lebih besar dibandingkan yang ditetapkan yakni 2,53% dari PDB.



Awal Juli: Manufaktur RI Rontok, Pengusaha Batasi Pekerja

Aktivitas manufaktur Indonesia mengalami kontraksi tajam pada Juni 2025, dengan Purchasing Managers' Index (PMI) tercatat di 46,9, yang merupakan yang terendah sejak April 2025 dan mendekati level saat gelombang Covid-19 Delta.

Penurunan tajam dalam pesanan baru menjadi faktor utama kontraksi ini, yang juga memengaruhi output, aktivitas pembelian, dan ketenagakerjaan.

Permintaan domestik yang lesu menyebabkan perusahaan mengurangi kapasitas dan menurunkan jumlah tenaga kerja, dengan tingkat pengurangan tenaga kerja tercatat sebagai yang terbesar sejak September 2021.

Selain itu, penurunan dalam pembelian bahan baku dan stok persediaan juga menambah dampak negatif terhadap sektor manufaktur.

Kondisi pasar yang lesu membuat perusahaan manufaktur semakin pesimis terhadap prospek produksi, dengan tingkat kepercayaan bisnis jatuh ke level terendah dalam delapan bulan terakhir.

Meskipun ada optimisme terbatas di kalangan pelaku industri, harapan akan pertumbuhan ekonomi ke depan sangat rendah, jauh di bawah rata-rata historis.

Faktor global, seperti kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi global, semakin membebani prospek sektor manufaktur Indonesia, yang kemungkinan akan menghadapi tantangan lebih lanjut pada bulan-bulan mendatang

Parade IPO Jumbo Siap Dimulai, IHSG Siap Ketiban Berkah!

Pada Juli 2025, Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menyambut kedatangan delapan emiten yang bakal melaksanakan IPO, yang dijadwalkan pada tanggal 8, 9, dan 10 Juli.

Kehadiran IPO jumbo ini diharapkan dapat menggairahkan pasar saham Indonesia, terutama setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi pada Juni yang mengurangi gairah pasar.

Para analis melihat IPO ini sebagai peluang untuk menarik minat investor, asalkan saham yang ditawarkan memiliki fundamental yang kuat dan prospek yang menarik.

Delapan emiten tersebut diperkirakan akan memiliki total kapitalisasi pasar awal sekitar Rp29,62 triliun, meskipun jumlah ini relatif kecil dibandingkan dengan total kapitalisasi IHSG yang mencapai Rp12.190 kuadriliun.

Namun, jika saham-saham tersebut mengalami lonjakan harga ekstrem melalui Auto Rejection Atas (ARA) selama tiga hari berturut-turut, nilai kapitalisasi pasar mereka bisa melonjak lebih dari Rp41 triliun, meningkatkan kontribusinya terhadap IHSG menjadi sekitar 0,34%.

Dalam hal ini, saham dengan harga rendah seperti CDIA dan COIN memiliki potensi kontribusi yang besar jika mengalami kenaikan harga signifikan.

Namun, pergerakan harga saham IPO sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti sentimen pasar, kondisi ekonomi makro, dan fundamental perusahaan. Oleh karena itu, meskipun simulasi menunjukkan potensi kenaikan besar, realitas di pasar bisa sangat bervariasi. Investor perlu berhati-hati dan melakukan riset yang matang, karena volatilitas pasar sangat tinggi dan keputusan investasi harus tetap didasarkan pada analisis risiko yang cermat.

Jumlah Lowongan Pekerjaan AS Meningkat, Trump Terus Serang Powell

Jumlah lowongan pekerjaan di Amerika Serikat meningkat menjadi 10,1 juta pada Mei 2025, lebih tinggi dari ekspektasi pasar yang sebesar 9,9 juta. Meskipun ada kecemasan tentang dampak kebijakan suku bunga tinggi, data ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja masih tetap kuat meskipun ada tantangan ekonomi.

Angka yang menunjukkan bahwa meskipun suku bunga lebih tinggi, perekonomian AS masih dapat mempertahankan daya tahan.

Namun, mantan Presiden Donald Trump kembali menyerang Jerome Powell, Ketua The Federal Reserve (The Fed), dengan menyalahkan kebijakan suku bunga tinggi atas tekanan ekonomi yang dirasakan banyak orang.

Melansir dari US News Trump berulang kali menuduh Powell menghambat pertumbuhan ekonomi dengan langkah-langkah kebijakan yang terlalu ketat. Menanggapi kritik tersebut, Powell dengan tegas mempertahankan kebijakan moneter The Fed.

Dalam pidatonya (1/7/2025) kemarin, Powell menyampaikan, "Kami tetap fokus pada tujuan utama kami, yaitu menjaga inflasi tetap terkendali. Itu adalah prioritas utama kami, bahkan jika kebijakan kami tidak selalu populer."

Meskipun dihadapkan dengan kritik, Powell menegaskan bahwa kebijakan suku bunga yang lebih tinggi diperlukan untuk meredam inflasi yang masih belum sepenuhnya terkendali.

"Kami akan terus memantau data ekonomi dengan hati-hati dan membuat keputusan berdasarkan apa yang terbaik untuk stabilitas jangka panjang ekonomi AS," katanya. Dengan fokus pada kestabilan ekonomi dan pengendalian inflasi, Powell menekankan bahwa The Fed harus mengambil keputusan yang sulit meskipun dampaknya bisa terasa dalam jangka pendek.


(emb/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular