Newsletter

Kondisi Fiskal Masih Berat, Semoga IHSG dan Rupiah Kuat

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
02 July 2025 06:30
wall street
Foto: Pixabay

Dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street ditutup beragam pada perdagangan Selasa atau Rabu dini hari waktu Indonesia.

Indeks S&P 500 turun tipis 0,11% dan ditutup di 6.198,01, sementara Nasdaq Composite merosot 0,82% ke level 20.202,89. Dow, yang merupakan indeks saham unggulan, menjadi pengecualian dengan naik 400,17 poin atau 0,91% menjadi 44.494,94.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik karena investor mulai keluar dari saham teknologi untuk memulai paruh kedua tahun 2025.

Investor juga mempertimbangkan perkembangan terbaru terkait rancangan undang-undang besar pajak dan belanja dari Presiden Donald Trump, serta komentar dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell.

Para pelaku pasar melepas saham-saham teknologi besar seperti Nvidia dan Microsoft, dan beralih ke saham-saham perusahaan sektor kesehatan.

Amgen dan UnitedHealth melonjak lebih dari 4%, sedangkan Merck dan Johnson & Johnson masing-masing naik lebih dari 3% dan sekitar 2%, yang mendorong kenaikan pada indeks Dow Jones.

Ini merupakan perubahan arah dari reli pasar yang sebelumnya digerakkan oleh sektor teknologi pada kuartal kedua: ETF XLK (Technology Select Sector SPDR Fund) naik hampir 23% pada kuartal tersebut namun terkoreksi 0,9% di awal kuartal ketiga.

"Selama dua bulan terakhir di kuartal sebelumnya, pasar benar-benar berpihak pada risiko. Investor membeli saham-saham dengan pendorong pertumbuhan sekuler yang kuat seperti AI dan teknologi. Saya pikir momentum itu sudah mulai habis." ujar Anthony Saglimbene, Kepala Strategi Pasar di Ameriprise, kepada CNBC International.

Di sisi lain, produsen mobil listrik Tesla turun 5% setelah Trump menyarankan lewat unggahan di Truth Social agar Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) menyelidiki subsidi pemerintah yang diterima oleh perusahaan-perusahaan milik Elon Musk.

Musk mengkritik rancangan undang-undang besar Trump, menyebutnya sebagai benar-benar gila dan merusak pada akhir pekan lalu. Ini bukan pertama kalinya Trump dan Musk berselisih soal kebijakan belanja pemerintah, karena perseteruan serupa sempat terjadi awal tahun ini.

RUU pajak tersebut disahkan di Senat pada Selasa lewat pemungutan suara 51-50. Selanjutnya, rancangan itu akan dibahas di DPR, yang masih bisa menolak perubahan dalam rancangan tersebut.

Sebelumnya, Chairman The Fed Jerome Powell menyatakan dalam sebuah diskusi panel di Bank Sentral Eropa di Portugal bahwa The Fed mungkin sudah akan memangkas suku bunga lagi jika bukan karena dampak tarif.

Ia menambahkan bahwa langkah ke depan akan bergantung pada data, dan tidak menjawab secara langsung apakah Juli terlalu cepat untuk melakukan pemangkasan.

"Pada dasarnya, kami menahan diri dari pemangkasan ketika melihat besarnya tarif, dan hampir semua proyeksi inflasi untuk AS naik secara signifikan sebagai akibatnya," kata Powell.

Para pelaku pasar berharap akan ada kesepakatan dagang antara AS dan mitra dagangnya, karena penangguhan 90 hari atas tarif tertinggi Trump akan berakhir minggu depan.

Meski Zachary Hill, Kepala Manajemen Portofolio di Horizon Investments, percaya bahwa pasar tidak berharap terlalu banyak, volatilitas tetap bisa terjadi.

"Investor telah meningkatkan eksposur selama beberapa minggu terakhir, jadi saya pikir ini menjadi titik rawan," ujarnya kepada CNBC.

Pasar saham sebelumnya mengalami pemulihan signifikan setelah mengalami penurunan tajam pada April akibat kebijakan tarif besar-besaran Trump yang sempat mendorong S&P 500 mendekati wilayah pasar bearish.

Namun, sejak itu indeks-indeks utama berhasil bangkit, dengan indeks S&P 500 menutup kuartal kedua dengan kenaikan 10,6%, dan Nasdaq naik hampir 18% pada periode yang sama.

(emb/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular