
Sinyal Kencang Harga BBM Besok per 1 Juli 2025 Naik: Ini Hitungannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi diprediksikan akan naik per 1 Juli 2025, jika melihat tren pergerakan harga minyak dunia.
Harga minyak mentah dunia secara rata-rata mengalami kenaikan pada Juni 2025. Di sisi lain, nilai tukar rupiah cenderung menguat. Kedua indikator ini krusial dalam menentukan menentukan harga BBM non-subsidi di Indonesia keesokan hari.
Menurut data Refinitiv, rata-rata harga minyak brent berada di angka US$ 69,80 per barel pada Juni 2025, lebih tinggi dibandingkan rata-rata di bulan Mei 2025 yang sebesar US$ 64,005 per barel. Sepanjang Juni, rata-rata harga minyak brent naik 9,06 %.
Harga minyak brent bahkan sempat menembus US$ 78,85 per barel pada 19 Juni 2025, level tertingginya sejak 20 Januari 2025.
Tren kenaikan ini juga terlihat pada harga minyak WTI yang naik pada Juni 2025 dibandingkan dengan harga bulan sebelumnya. Rata-rata harga minyak WTI ada di US$ 67,7 per barel pada Juni 2025, lebih tinggi dibandingkan pada Desember 2024 yakni US$ 60,96 per barel.
Kenaikan harga minyak pada Juni 2025 dipicu oleh tensi geopolitik yang terjadi di Timur Tengah, khususnya konflik antara Iran dan Israel yang terjadi sejak pertengahan Juni. Konflik terus memanjang hingga sempat muncul ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran.
Ancaman ini tentu memberi pengaruh bagi harga minyak dunia, mengingat sekitar 20% pasokan minyak dunia selama ini bergantung pada Selat Hormuz untuk melakukan distribusi.
Namun, pernyataan yang menjurus pada kemungkinan meredanya konflik seperti gencatan senjata sementara yang diumumkan akhir Juni, menekan harga kembali mendekati level sebelum adanya konflik.
Selama perang yang dimulai setelah Israel menargetkan fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni 2025, harga minyak mentah brent sempat naik ke atas $80 per barel, sebelum merosot ke $67 per barel setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan akan ada kesepakatan gencatan senjata antara Iran-Israel.
Meskipun begitu, sinyal dari sisi supply menandakan bahwa jumlah pasokan minyak global akan meningkat. Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) bersama dengan sepuluh negara non-OPEC dalam OPEC+ mengumumkan akan menaikkan produksi minyak mereka sebanyak 411.000 barel per hari untuk kebutuhan bulan Juli.
Tambahan produksi ini akan membantu menahan harga minyak untuk naik lebih tinggi lagi.
Melansir dari Reuters, empat delegasi dari OPEC+ mengatakan bahwa mereka akan meningkatkan produksi sebesar 411.000 barel per hari di bulan Agustus, menyusul peningkatan produksi dengan jumlah yang sama yang telah direncanakan untuk bulan Juli.
"Laporan mengenai kenaikan OPEC keluar dan harga merosot," kata Phil Flynn, analis pasar senior di Price Futures Group kepada Reuters.
Sementara itu, pergerakan rupiah menunjukkan penguatan pada awal-pertengahan Juni 2025, mencapai titik terlemah bulan Juni pada 23 Juni 2025 sebesar Rp16.480/US$. Setelahnya, rupiah terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp16.225/US$ pada 30 Juni 2025.
Jika melihat rata-ratanya, nilai tukar rupiah pada Juni 2025 berada di angka Rp16.285/US$. Nilai tukar rupiah menguat dari rata-rata Mei 2025 yang menyentuh Rp16.412/US$.
Rupiah yang menguat akan mengurangi beban pembelian BBM dari luar negeri.
Penguatan rupiah dapat didorong beberapa hal, baik berupa kebijakan dalam negeri maupun sentimen dari kebijakan negara lain.
BI mempertahankan suku bunga acuan pada 5,50% pada 18 Juni, mendukung stabilnya nilai tukar Rupiah. Selain itu, terdapat sentimen global berupa koreksi dollar AS akibat penurunan ekspektasi inflasi Amerika, mendorong mata uang Asia untuk menguat
Data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan (CPI/ PPI), serta sinyal dari The Fed yang diperkirakan akan menahan atau menurunkan suku bunga, turut mendukung penguatan rupiah.
Ambruknya indeks dolar, meredanya ketegangan perang di Timur Tengah serta melandainya tensi perang dagang juga menjadi penolong rupiah.
Minyak Naik Tetapi Rupiah Menguat, Bagaiamana Nasib BBM?
Sebagai catatan, pemerintah menentukan harga BBM berdasarkan formulasi tertentu. Dua variabel akan dipakai yakni rata-rata harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah mengingat besarnya impor.
Keputusan Menteri ESDM Nomor 19 K/10/MEM/2019 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak menjelaskan formula harga menggunakan rata-rata harga publikasi Mean of Platts Singapore (MOPS) dengan satuan USD/barel periode tanggal 25 pada 2 bulan sebelumnya sampai dengan tanggal 24, 1 bulan sebelumnya untuk penetapan bulan berjalan.
Merujuk Refinitiv, rata-rata harga minyak brent pada dua bulan terakhir (Juni-Mei 2025) adalah sebesar US$66,90/barel. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan pada dua bulan sebelumnya (April-Mei 2025) sebesar US$65,23 per barrel.
Sementara itu, rata-rata harga minyak WTI pada dua bulan terakhir (Juni-Mei 2025) adalah sebesar US$64,33/barel. Harga tersebut lebih rendah dibandingkan pada dua bulan sebelumnya (Juni-Mei 2025) sebesar US$61,96 per barrel.
Rata-rata Desember 2024-Januari 2025 lebih tinggi dibandingkan November-Desember 2024 karena harga minyak yang jauh lebih rendah sepanjang November dan Desember.
Kedua data ini, pergerakan rupiah dan harga minyak dunia, menunjukkan arah pergerakan yang berbeda. Rata-rata nilai tukar rupiah pada bulan Juni menunjukkan penguatan, sedangkan rata-rata harga minyak dua bulan terakhir lebih tinggi dibandingkan dua bulan sebelumnya.
Namun, terdapat sentimen positif bahwa harga minyak akan cenderung stabil dalam beberapa waktu kedepan, mengingat OPEC+ memberikan proyeksi kenaikan volume produksi minyak dunia.
Jika hanya melihat lonjakan harga minyak mentah dunia maka harga BBM berpotensi naik per 1 Juli 2025.
Namun, harga bisa saja dipertahankan jika melihat rupiah yang menguat.
Sebagai catatan, pemerintah menurunkan harga BBM non-subsidi secara moderat pada April-Mei 2025, kemudian kembali menurunkannya pada Juni 2025 secara lebih signifikan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
